Chapter 21

24.2K 2.9K 25
                                    

Oh iya, disini aku mau ngucapin terima kasih buat para readers yang masih support cerita ini (walau cerita ini pernah hiatus lama -_-) Thank's banget ya, readers:)

*****

Felicha di tengah kesibukannya memikirkan desain toko permennya tiba-tiba di kagetkan oleh kedatangan undangan pesta teh di kediaman duke Rault. Tepatnya pesta itu diadakan oleh Celina Rault atau yang kepanjangannya Celina Shirley de Rault.

Felicha heran. Bukanlah mereka tidak akrab? Lagipula Celina terlihat kurang menyukai dirinya. Mengapa mengundangnya pula?

Felicha tak tahu saja kalau itu demi reputasi. Celina memang tidak ingin pestanya nanti kacau dihadiri mantan gelandangan. Meski sangat jijik dalam hati, tak mungkin kan gadis itu menunjukkannya secara terang-terangan dengan tak mengundang Felicha. Lagipula, sejak baron Arathorn membawa Felicha ke festival berburu kerajaan, sejak itu pula seolah baron memperkenalkan putrinya itu kepada para bangsawan. Karena itulah, dia dengan sangat terpaksa mengundang Felicha.

Kini, Felicha melihat Fiona yang sudah berdandan cantik dan anggun duduk santai di teras kediaman. Sepertinya menunggunya berangkat bersama.

"Saudari, kau terlihat cantik dengan gaun barumu itu," puji Fiona dengan senyum lembutnya.

Gaun Felicha memang baru. Tetapi bukan gaun yang baru dibeli ketika sehabis melihat lokasi toko sebelumnya. Gaun itu dibeli ketika pertama kali Felicha ke pasar dulu. Sekedar informasi, dia waktu itu tidak hanya membeli satu gaun saja.

"Terima kasih, kau juga sangat cantik saudari Fiona."

Mndengar Felicha memujinya, Fiona membalasnya dengan senyuman. Lain dengan hatinya yang merasa arogan. Tentu saja! Aku lebih cantik darimu!

"Ayo, kita berangkat!" ajak Fiona bersiap memasuki kereta yang telah terparkir.

"Baik."

Duduk berhadapan dikereta hanya berdua saja dengan Fiona membuat Felicha sangat malas. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Dan seolah Fiona telah menampakkan sedikit sifatnya, gadis itu sedari tadi sesekali memandang Felicha dengan seringaian, kebencian, iri, cemburu, dan entah apalagi. Tak dapat dikatakan bagus pastinya. Walau Felicha mengetahui tatapannya dari sudut matanya, dia berpura-pura seolah tak tahu.

Kereta mereka akhirnya sampai di kediaman duke Rault. Memang tidak terlalu jauh wilayahnya. Jadi, tidak sampai memakan satu hari perjalanan.

Fiona turun terlebih dahulu diikuti Felicha dibelakangnya. Kediaman duke memang lebih besar daripada kediaman baron. Kediaman ini lebih terlihat seperti istana. Pantas saja si Celina itu berlaku bak putri yang harus dikagumi semua orang terutama gadis seusianya.

"Ayo, masuk Saudari."

"Dimana undanganmu?" tanya Fiona lagi ketika sampai di pintu masuk.

Felicha yang tidak pernah menghadiri pesta bangsawan ataupun konglomerat lupa kalau harus membawa undangannya juga. Dia dengan cemas berkata, "A-aku lupa tidak membawa undanganku."

Fiona yang mendengar itu tertawa dalam hatinya. Dia memang sengaja tidak mengingatkan Felicha ketika hendak berangkat tadi. Benar sajakan, gelandangan ini tak tahu kalau ke pesta harus membawa undangannya.

"Bagaimana ini Saudari? Jika tidak ada undangan kau tidak dapat masuk," ujar Fiona seolah cemas dengan keadaan Felicha.

"Ada apa ini, Nona?" tanya salah satu pengawal kediaman duke yang menjaga pintu. Melihat keduanya tidak masuk ke dalam, membuat penjaga itu merasa bingung.

"Saudari saya lupa membawa undangannya. Apakah dia diizinkan masuk?" Fiona menjawab sok tulus.

"Maaf, Nona. Tanpa undangan saudari Anda tidak akan bisa masuk. Itu sudah aturannya."

Fiona lalu memandang Felicha dengan pura-pura prihatin. "Saudari, bagaimana ini? Kau dengar sendirikan kata penjaga kau tidak dapat masuk. Apa kau menungguku dikereta saja? Soalnya kalau kita pulang dan tidak menghadiri pesta teh Nona Celina, itu tidak akan sopan dan mempermalukan keluarga kita."

Felicha sedari tadi hanya memperhatikan percakapan Fiona dan penjaga itu dengan datar. Meski awalnya cemas, kemudian dia merasa santai-santai saja. Dia malah lebih suka tidak menghadiri pesta itu. Meski ada banyak makanan enak nanti disana. Tetapi mengingat banyaknya mulut berbisa gadis-gadis bangsawan itu, dia lebih suka menunggu di kereta. Walau terlihat memalukan, lagipula kalau dirinya tak merasa malu tidak masalah bukan?

"Iya, aku akan menunggu di kereta saja."

Tak bisa Fiona tak terkejut dengan ucapan Felicha. Ternyata Felicha lebih memilih menunggu di kereta dari pada mengikutinya. Ugh, sudahlah... Dia lebih suka melakukan hal yang melakukan bagi dirinya sendiri. Bukankah itu bagus?

Namun, harapan Fiona untuk mempermalukan Icha karena tak dapat masuk tak terkabul. Tiba-tiba suara halus Celina menyapa pendengaran mereka.

"Ada apa ini? Mengapa seperti ada ribut-ribut?"

Salah satu penjaga segera melaporkan, "Salam Nona Celina. Maaf Nona, ini ada Nona yang lupa tidak membawa undangannya. Jadi, dia tidak diperbolehkan masuk."

Kemudian Celina melihat Fiona dan Felicha, karena mengenalnya gadis itu segera menyapa. "Nona Fiona? Nona Felicha?"

"Salam Nona Celina. Ini, saudari saya lupa tidak membawa undangannya. Mohon dimaklumi karena dia masih baru dalam acara bangsawan seperti ini," ujar Fiona dengan sok tulus seraya memohonkan maaf untuk adiknya.

Celina dalam hati mendumal kesal. Ah, lihatlah mantan gelandangan ini. Pertama kali diundang saja sudah membuat masalah. Tetapi bagaimanapun dia harus tetap sopan padanya. Demi menjaga citranya tentunya.

Celina segera menampilkan senyum ramahnya. "Ah, begitu Nona Felicha. Karena ini pertama kalinya Anda mendatangi sebuah pesta bangsawan, saya akan mengizinkan Anda masuk. Lagipula kita sudah saling mengenal."

Setelah mengucapkan itu kepada Felicha, Celina memandang Fiona dan para Nona bangsawan yang baru datang dengan senyum sambutan. "Ayo, silakan masuk semua!"

Wah, lady Celina sangatlah ramah ya orangnya!

Dia juga baik hati.

Lihatlah dia membiarkan Nona yang tidak membawa undangan itu masuk. Sungguh baik sekali hatinya!

Celina yang sudah berbalik memimpin jalan tersenyum arogan mendengar pujian yang dilontarkan untuknya itu. Walau berat hati seperti mengundang si Felicha ini masuk, setidaknya keputusannya sudah benar bukan?

Pesta teh dirayakan di taman bunga milik Celina. Taman yang sangat indah dengan bunga-bunga berbagai musim. Katanya agar bunga di musim yang bukan musimnya itu dapat terus hidup membutuhkan bantuan alat sihir. Yang pasti tidak murah harganya. Felicha hanya bisa menggigit jari mengingat angka yang disebutkan oleh gosipan para lady.

Mereka memperbincangkan gosip-gosip bangsawan terkini sembari minum teh dan memakan kue yang disuguhkan. Intinya, mereka sama sekali tidak membahas hal-hal yang bermanfaat. Maklumlah mereka pun masih anak-anak. Berbeda dengan pesta teh bangsawan untuk dewasa atau setidaknya remaja. Selain membicarakan gosip terkini, biasanya mereka membicarakan masalah politik dan ekonomi kerajaan.

"Nona Celina, kudengar kau baru dibelikan kuda poni baru?" Salah satu lady bertanya.

"Iya, kudengar kuda poni nya sanhat indah," sahut lady yang lain.

Celina tersenyum melihat bahwa semua orang mengetahui berita terbaru tentangnya. "Iya, kuda poni baruku berwarna putih. Bulu-bulunya sangat halus dan indah. Apakah Nona-Nona ini ingin melihatnya?"

"Ayo, kita lihat bagaimana indahnya kuda poni baru Nona Celina!" Usulan itu disetujui oleh para Nona bangsawan.

*****

Dan apalagi yang akan direncanakan Fiona?
Mari kita simak chapter selanjutnya...

Eits, jangan lupa vote n komennya ya :p

My Cutiepie Little LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang