Chapter 28

20.5K 2.6K 116
                                    

Tok! Tok!

"Masuk!"

Felicha memasuki ruangan kerja baron dengan kepala tertunduk. Gadis itu berjalan mendekati meja kerja dimana baron berada. Tangan Felicha bertautan meredakan kegugupan yang dirasakannya. Dia tidak tahu apakah ayah—ah, tidak baron ini akan mengizinkannya keluar.

"Salam, Tuan Baron. Saya ingin meminta izin pergi ke pasar, apakah diperbolehkan?" izin Felicha dengan penuh harap.

Christopper mengerutkan dahi. Setelah menunggu beberapa saat namun yang keluar dari mulutnya adalah penolakan. "Tidak!"

"Saya ingin melihat perkembangan toko permen saya, Tuan Baron!" tambah Felicha berbohong agar diperbolehkan keluar.

Dia sangat berharap Christopper mengizinkannya ke pasar meski mereka saat ini tidak dalam hubungan yang baik.

Terlihat Christopper menghela nafas, "Baik, tapi jangan buat masalah!"

"Baik, terima kasih, Tuan Baron!"

Felicha tersenyum gembira dengan mata berbinar. Dan senyuman itu terlihat oleh Christopper. Membuat lelaki paruh baya itu memikirkan suatu hal.

Dengan hati riang, Felicha segera berlari keluar dari ruang kerja baron dengan sedikit melompat-lompat girang. Dia tidak sabar melihat apakah benda pusaka itu sudah ada. Dia berharap bisa mendapatkannya.

Tetapi sebelum dirinya keluar dari pintu, suara Christopper terdengar acuh namun mengandung kepedulian disana. "Jangan panggil Tuan, panggillah seperti sebelumnya."

Felicha hanya menunduk. Tangannya yang berpegangan pada pintu ditekannya erat. Dia tak tahu apakah bisa seperti sebelumnya lagi. Seenaknya saja 'orang tua' itu menyuruhnya setelah apa yang diperbuatnya pada dirinya.

Tanpa menjawab, Felicha segera membuka pintu. Gadis itu keluar dari ruangan itu dengan perasaan campur aduh. Marah, kesal, kecewa, dan ada sedikit harapan disana.

"Apakah masih bisa seperti sebelumnya?" gumam Felicha pelan sebelum pergi menjauh.

Tanpa disadari, Fiona keluar dari persembunyiannya. Gadis itu mencuri dengar percakapan Felicha dari balik pintu. Walau tidak terlalu keras tetapi dia masih cukup mendengar. Dia juga mendengar ucapan ayahnya yang menyuruh Felicha memanggilnya lagi dengan sebutan 'ayah'. Fiona tak bisa membiarkannya. Dia harus segera melakukan sesuatu.

****

Ketika Felicha berada di teras kediaman menunggu kereta kudanya, Fiona tiba-tiba mendatanginya. Seperti biasa, gadis itu ditemani oleh pelayan alias ibunya. Fiona dengan senyum terbaiknya menyapanya seolah keduanya adalah saudari yang akrab.

"Hai, Saudari Felicha! Mau kemana saudari menjelang siang begini?"

Tanpa menjawab, Felicha hanya dia saja tak menggubris perkataan Fiona. Dia sudah terlalu lelah menghadapi si protagonis licik ini.

"Nona Felicha, seharusnya Anda menjawab perkataan Nona Fiona. Tidak sopan mengacuhkan saudari Anda sendiri." Pelayan a.k.a ibu Fiona menasehatinya seolah dirinya melakukan kesalahan.

"Terserah Icha lah!" Jawaban Felicha ini membuat kedua orang itu geram dalam hatinya.

"Saudari, kenapa kau tampaknya selalu memusuhiku? Apa salahku padamu?" ujar Fiona dengan lemah dan sedihnya.

Yang jelas itu hanya akting!

"Fiona, Icha tahu kalau kau hanya pura-pura. Jangan pikir Icha tidak tahu semua tindakanmu itu?!"

My Cutiepie Little LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang