Holla, assalamualaikum, maaf ya baru bisa update. Ada banyak kesibukan di duta.
Happy baca ❤️
Sorry for typo.
.
.
.Aluna mengigiti bibirnya sendiri. Merasa sudah gila karena tindakan refleks-nya barusan. Sedikit menyesal dengan aksi nekatnya. Dia tebak, pasti sekarang si Barra-Barra itu lagi senyum-senyum GR sendiri karena ulahnya.
Dia juga heran, dapat keberanian dari mana sampai nekat memberi stempel bibirnya tepat di pipi Barra. Untung tidak ketahuan Mama, kalau sampai beliau tahu, bukan salam paham lagi, tapi mungkin Aluna sudah diseret ke KUA malam ini juga.
Bego banget sih, Lun! Umpatan keluar dari bibirnya sendiri. Melangkah ke pantry - tempat mama sedang siapkan makan malam dengan pipi bersemburat merah serat dada berdebar-debar tak keruan. Aneh! Dulu sedekat pori-pori dengan Barra tak merasa apapun, tapi setelah deklarasi mama soal perjodohan malah membuatnya seperti dihantui salah tingkah sendiri.
"Una, ngapain Nak?" interupsi Mama Hastari melihat Aluna berdiri menyandar di sisi kulkas sembari tatapannya kosong. Gadis itu sontak tergeragap. Mata cokelatnya dilabuhkan ke lantai, tidak berani menatap mama karena merasa bersalah di hati.
Aluna menggeser tubuh saat melihat Mama hendak membuka kulkas. Gelengan-nya mencuat dibarengi senyum tipis.
"Mau bantuin mama siapin makan malam," ucapnya kemudian.
"Sudah kok, itu kamu bantu bawain ke meja makan saja, ya." Aluna mengangguk atas titah mamanya. Tangannya cekatan mengambil mangkuk berisi sup konro yang barusan dipanasi mama.
Mengangkut satu persatu menu makan malam dan menatanya di meja makan, setelahnya Aluna duduk di sana sembari menopang dagu.
Kernyitan tercetak di kening saat memikirkan bagaimana nanti kalau berhadapan sama Barra. Pasti bakalan awkward dan rikuh usai tindakannya tadi."Anak gadis ngelamun?" Suara Mama menginterupsi. Aluna menoleh sembari menggeleng pelan.
"Enggak, Mama."
Mama menarik kursi, bersaman suara ketipak langkah berjalan mendekat ke ruang makan. Barra datang dibarengi senyuman tipis. Lelaki itu kemudian duduk di sebelah Mama, berseberangan dengan Aluna.
Canggung. Satu kata yang mendominasi perasaan Aluna saat ini. Apalagi saat matanya tak sengaja bertemu pandang dengan manik cokelat gelap milik Barra. Refleksnya menghantamkan pandangan ke sisi lain karena enggan jantungnya dibuat ricuh tak keruan saat sepasang retinanya berserobok dengan lelaki itu.
"Makan Bar, mama masak sup konro tadi." Preambule mama diangguki Barra. Dia mengangkat piring, baru akan menciduk nasi, tapi gerakannya terhenti oleh ucapan Mama.
"Una, coba ambilin nasinya buat Kakak sama Mama." Hastari menoleh Aluna saat berujar. Aluna malah menatap balik sang mama. Tumben sekali minta diambilkan nasi. Biasanya masing-masing ambil sendiri.
Tidak menyahut, anggukan ringan menjawabi permintaan Mama. Aluna lantas menciduk nasi, menuangkan ke atas piring Barra Wisnu dan Mama secara bergantian.
"Makasih, Una," lafal Barra saat menerima sodoran piring dari tangan Aluna. Tidak seperti biasanya dengan sikap jail,serta nada candaan atau ejekan yang tercetus, kali ini Barra lebih banyak diam.
Sama-sama membisu saat menyantap makan malam, polah keduanya menimbulkan semburat penasaran di wajah Mama. Perempuan paruh baya itu melirik bergantian Aluna dan Barra, menakar ekspresi kedua putra-putrinya lewat tatapan mata sekilas. Di sela kunyahan Mama berbicara santai.
"Mama rasa ... akad nikahnya kalian bisa dipercepat kayaknya." Ucapan spontan Mama menimbulkan ledakan panas di tenggorokan Aluna serta Barra. Keduanya sama-sama terbatuk mendengar pernyataan yang Mama lontarkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Tears (TAMAT-REPOST)
RomanceAwas baper⚠️ Di mata Barra, Keneisha Aluna adalah adik yang manis. Lelaki tiga puluh tiga tahun itu tak pernah bosan menjaili Aluna yang suka dia panggil Kendedes. Sementara bagi Keneisha Aluna, Barra Wisnu Pradipta tak lebih dari seorang kakak. Ka...