Assalamualaikum, masyaallah akhirnya bisa update lagi.
Happy baca
Sorry for typo
.
.
.Aluna menatap kisi-kisi jendela kamar dengan tatapan menerawang. Usai konfrontasi dengan Barra tadi menyisakan rasa sesak yang meruangi hati. Batinnya menjadi bimbang, akankah dia tetap menerima rencana Mama perihal pernikahan-nya dengan Barra? Atau lebih baik memilih mundur, dengan resiko Mama akan merasakan kecewa lagi.
Pada satu ingatan yang membawa terbang menuju dimensi lain di masa lampau, Aluna terdiam, meresapi setiap kilatan flash gambar yang berputar dalam otaknya.
Barra Wisnu, lelaki yang telah dianggap seperti kakak sendiri olehnya, adalah laki-laki pertama yang mampu mengikis rasa takut yang sempat menghantui hari-hari Aluna. Lewat kasih sayang yang ditebarkan Barra serta Mama Hastari, Aluna berhasil merakit kembali rasa percaya diri. Berhasil melewati masa-masa tersulit yang sempat membuatnya tak ingin hidup lagi semenjak ditinggal pergi Nafisah - sang ibu.
Bukan Aluna bermaksud kurang ajar pada Barra Wisnu. Dia hanya melakukan tindakan sesuai nuraninya. Tidak tahu bagaimana reaksi mama nanti andai lebih lama lagi Barra menyembunyikan Kamela dan Ara darinya. Mama pasti akan lebih dalam lagi kecewanya. Padahal, jauh sebelum ini, Barra sendiri yang sering mengajari Aluna, jika ada masalah, lekas seleseikan masalahnya, jangan coba disembunyikan atau lari dari kenyataan. Namun, yang terjadi pada Barra justru sebaliknya.
Masih bertahan duduk di sofa ruang tamu, Aluna baru membuka kelopak mata usai terpejam meresapi kenangan masa lalu yang mencuat. Tangannya sibuk menyeka pinggiran matanya yang basah oleh airmata. Baru ingin beranjak, tapi kakinya urung berdiri saat melihat Mama sudah berdiri persis di dekatnya.
"Mama," refleks Aluna. Dia amati wajah Mama sembab karena habis menangis. Rasa sedih sontak menghantam dada Aluna menyaksikan perempuan yang telah memberinya cinta itu sekarang bermuram durja.
Tidak mengatakan apapun, Hastari duduk di sebelah Aluna. Tatapan matanya kosong menatap udara.
"Ma ..." Aluna ingin bicara, tapi Hastari lebih dulu memotong.
"Sejak kapan, Una? Tolong bilang jujur sama Mama, sejak kapan Barra menyembunyikan perempuan lain di rumahnya?" Pertanyaan yang membuat Aluna bingung. Antara ingin menjawab atau tidak. "Una?"
"Ti-tiga tahun lalu, Ma," jawab Aluna akhirnya.
Hastari memegang dadanya yang terasa ngilu atas pengakuan Aluna. Tangisnya kembali berderai.
"Tega sekali Barra membohongi Mama selama ini." Rintikan airmata jatuh menderas di tebing pipi Hastari.
"Ma, maafin Una." Aluna memangkas jarak. Tangannya merangkul sang mama dari samping, seraya ikut meluruhkan tangis. "Mama jangan sedih, Aluna enggak bisa lihat Mama kayak gini." Aluna sangat memahami betapa kecewanya Mama saat ini. Ibu mana yang tidak marah mendengar kebohongan putranya sendiri, dan itu dilakukan selama tiga tahun.
"Una tahu perempuan itu?" Pertanyaan Hastari diangguki Aluna.
"Una juga baru tahu beberapa waktu lalu, Ma. Maafin Una, enggak bisa kasih tahu Mama lebih cepat."
Hastari menyusut hidungnya yang memerah akibat tangisan. Badannya sedikit menyerong menatap Aluna. "Besok, antarkan Mama bertemu perempuan itu," pintanya pada Aluna.
"Ta-tapi, Ma---"
"Mama mau ketemu sama dia, Nak, tolong bantu Mama." Ekspresi Hastari terlihat memohon pada Aluna.
Anggukan kepala adalah hal refleks Aluna mengabuli permintaan Mamanya. Ada perasaan mengganjal lain yang meliputi hati Aluna saat ini. Memandang mata Mama, menakar ekspresi-nya sejenak sebelum Aluna mengatakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet and Tears (TAMAT-REPOST)
RomanceAwas baper⚠️ Di mata Barra, Keneisha Aluna adalah adik yang manis. Lelaki tiga puluh tiga tahun itu tak pernah bosan menjaili Aluna yang suka dia panggil Kendedes. Sementara bagi Keneisha Aluna, Barra Wisnu Pradipta tak lebih dari seorang kakak. Ka...