ii. niall?

1.3K 230 149
                                    

"hey, mengapa kau melemparku?!" protes si patung hidup tidak suka. patung tersebut langsung mengelus kepalanya yang sempat terbentur lantai berkali-kali.

sementara luna, kini ia malah bersembunyi di dalam selimut. entah apa yang ada di pikirannya namun yang pasti ia sangatlah kaget. beberapa detik selanjutnya, luna tidak mendengar suara aneh-maksudnya, suara si patung. jadilah ia keluar dari tempat persembunyiannya dan mendesah lega.

"aku yakin kalau tadi hanya mimpi." kata luna.

"jika yang kau maksud mimpi adalah bertemu denganku maka ini bukanlah mimpi!" tiba-tiba saja mata luna membelalak ketika ia kembali mendengar suara itu lagi.

"hey, jangan diam saja. bantu aku! aku tersangkut!"

dengan sangat terpaksa luna pun mengintip ke bawah, namun ia tidak menemukan apa-apa.

"kau dimana?" tanya luna yang kebingungan mencari si patung yang 'katanya' tersangkut itu.

"menengoklah ke sebelah kanan, bodoh."

luna menoleh. bukannya menolong si patung, luna malah berteriak dan secara refleks menepisnya hingga ia kembali terlempar ke lantai.

"ouch!" jeritnya.

"astaga, maaf! sini, biar kubantu."

dengan sedikit keraguan yang ada di dalam dirinya, luna akhirnya turun dari ranjangnya untuk membantu si patung berdiri. kemudian, luna membawanya ke meja belajar dan mendudukkannya disana.

"sebentar, aku akan mengambil sesuatu."

si patung tidak menggubris dan memilih untuk kembali mengelus kepalanya yang terbentur lantai sebanyak dua kali itu.

selama si patung itu sibuk dengan kepalanya yang sakit, luna kini malah sibuk mencari sesuatu dari dalam tasnya.

"gotcha!" pekik luna senang saat benda yang dicarinya kini sudah ada di tangan. luna pun kembali ke meja belajarnya.

"kau ingin membunuhku?!"

"eh? tidak! ini hanya penggaris, bukan pisau." jawab luna terkekeh.

"apa yang akan kau lakukan dengan itu?" suara si patung terdengar agak aneh di telinga luna-nyaring dan seperti suara tikus terjepit. namun luna berpikir kalau mungkin ia akan terbiasa nantinya.

"mengukur tinggi badanmu. coba sekarang kau berdiri yang benar."

luna langsung mengukur tinggi badan si patung saat ia telah melakukan perintah luna.

"lima belas senti?!" kata luna tak percaya.

"apa itu buruk?" tanya si patung membuat luna menoleh.

"uh, tidak. hanya saja, aku kaget. oh iya, apa makhluk sekecil dirimu memiliki nama?"

"tentu aku punya. masa sudah tampan begini tidak memiliki nama? namaku niall."

"niall?" ulang luna.

"ya, niall. n-i-a-l-l." kata niall mengeja namanya.

"oke, niall. maaf soal kepalamu yang terbentur dua kali itu ya. aku tadi hanya terlalu kaget, tidak menyangka kalau patung sepertimu bisa berbicara." kata luna menyengir lebar.

"tidak apa, uh-"

"eh, aku lupa. namaku luna."

"oke. tidak apa, luna. aku malah ingin berterima kasih padamu."

luna mengernyit bingung, "untuk apa?"

"kau tahu, aku terjebak di dalam miniatur bodoh itu selama berpuluh-puluh tahun. berapa usia nenekmu?" tanya niall.

Pocket-sized NiallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang