xii. pesta mingguan dan pertengkaran kecil

274 54 50
                                    

tiga minggu telah berlalu, kini niall sudah resmi kembali berbicara. elf-maker akhirnya mencabut hukuman niall kemarin dan lihatlah, niall tidak berhenti berbicara sejak itu.

"luna, aku sudah bisa berbicara!"

yang disebut namanya menoleh dengan malas, kemudian mendorong tubuh niall agar sedikit menjauh darinya.

"ya, aku tahu, niall. ini sudah ketujuh kalinya kau mengatakan itu hari ini, belum lagi ditambah dengan kemarin." jawab luna.

"hei, apakah kau tidak merindukan suaraku?" niall bertanya sembari mengambil beberapa langkah mendekat ke arah luna.

"tidak! maksudku, ya, tapi ini bukan waktu yang tepat, niall." luna mengusap wajahnya yang terlihat lelah sebelum melanjutkan. "kau tahu aku harus belajar untuk ujianku besok dan celotehanmu itu sama sekali tidak membantu."

niall memutar matanya kesal. "oh ayolah, luna. kau ini terlalu berlebihan. besok adalah ujian terakhirmu."

luna menatap niall bingung. "lalu?"

"itu tandanya kau tidak perlu belajar! percaya padaku, pelajaran ini dijadwalkan untuk diujikan pada hari terakhir karena sebuah alasan, luna. itu pasti karena pelajarannya terlalu mudah, jadi kau tidak perlu belajar!"

mendengar teori bodoh dari peri di hadapannya ini membuat luna ingin buru-buru meremasnya seperti kertas. namun, karena itu terdengar terlalu kejam, luna memilih alternatif lain. jadi, diambilnya sebuah penggaris dan luna segera mengayunkannya..—

"whoa, whoa. oke, aku bercanda. silahkan belajar, aku tidak akan mengganggumu lagi." niall langsung mundur dengan cepat, berusaha menghindari luna yang hendak memukulnya dengan benda panjang yang baginya sangat mengerikan itu. luna tersenyum puas, kemudian meletakkan penggaris di sebelahnya, berjaga-jaga jika niall kembali mendekatinya untuk menganggu.

luna kembali sibuk dengan buku-buku di hadapannya, sementara niall memilih untuk terbang mengelilingi kamar luna. awalnya, luna merasa tidak masalah dengan niall yang terbang ke setiap sudut kamarnya. namun ketika ia mulai bersenandung, saat itulah luna kembali berdecak kesal.

"niall!" teriak luna tanpa menoleh. niall berhenti bersenandung, membuat luna kembali tenang. baru saja ia hendak melanjutkan bacaannya, tiba-tiba niall muncul di hadapannya—benar-benar di depan wajahnya.

"kenapa?" niall bertanya polos.

"astaga! kau ini benar-benar, ya!" tanpa menunggu lama lagi, luna langsung menggenggam niall dan membawanya untuk duduk di tumpukan buku miliknya.

"duduk di situ. tenang, jangan bersenandung apalagi bernyanyi. aku tidak ingin kau mengeluarkan suara lagi hingga aku selesai belajar, oke? jika kau lupa, kau sudah cukup mengangguku hari ini."

niall meringis ketakutan ketika melihat wajah luna yang agak memerah. ia pun tidak memiliki pilihan selain mengangguk. luna menatap niall sebentar, kemudian menghela napas panjang.

"maafkan aku. pekan ujian ini benar-benar membuatku hampir gila. aku hanya ingin mendapatkan nilai bagus, kau tahu? tapi aku tidak bisa jika kau terus mengangguku." luna mengatakannya dengan pelan.

"aku yakin kau pasti bisa melakukannya, luna. kau tidak perlu khawatir, aku akan diam sekarang." niall menyengir lebar seusai mengatakannya, membuat luna ikut tersenyum.

kali ini niall serius dengan perkataannya. ia tidak bersuara, hanya duduk memperhatikan luna yang dengan seriusnya belajar. menurut niall, luna juga serius dengan perkataannya. luna benar-benar ingin mendapat nilai bagus untuk ujiannya dan itu terlihat dari betapa seriusnya ia belajar beberapa waktu belakangan ini. niall selalu senang ketika melihat luna belajar. walaupun terlihat membosankan, namun niall tidak keberatan jika disuruh duduk dan hanya menonton luna yang membolak-balikkan bukunya.

Pocket-sized NiallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang