iv. nyaris ketahuan

1.1K 204 109
                                    

"elena?" wajah luna terlihat kaget sekaligus panik. dalam hati luna bersyukur karena ternyata niall adalah peri yang pintar karena sudah berinisiatif untuk bersembunyi duluan. yah, walaupun tempat sembunyinya kurang mengenakkan bagi luna.

niall kini tengah berdiri di pundak luna yang mana kini telah ditutupi oleh rambut panjang luna yang bewarna cokelat.

"hai lagi, luna. tadi kau sedang membicarakan sayap siapa?" nada penasaran elena langsung terdengar saat ia menutup pintu kamar luna.

"kau bilang kau akan pergi bersama toby?" luna bertanya sedikit kaku-mengabaikan pertanyaan elena.

elena berjalan ke arah luna kemudian duduk di sebelahnya. jarak elena yang berada di dekat luna membuatnya bergeser sedikit agar elena tidak dapat melihat niall. akan panjang urusannya nanti bila elena tau kalau ada makhluk kecil seperti niall. bisa-bisa elena menjerit kencang dan meminta penjelasan panjang lebar dari luna.

"iya, tapi akhirnya aku memilih untuk mengajaknya kesini. kami akan menonton film di kamarku. kau mau ikut?" tawaran elena tentu saja langsung dibalas dengan sebuah gelengan luna.

"ikut untuk menjadi nyamuk? tidak, terima kasih."

elena tertawa mendengar nada sarkastik yang ada pada jawaban sahabatnya. "oh ayolah, luna. kau tahu kalau aku dan toby tidak akan mengacuhkanmu."

"kurasa aku lebih baik disini saja, el. aku ingin melanjutkan obrolanku dengan-" luna langsung menutup mulutnya yang nyaris membocorkan tentang niall.

"dengan siapa?" alis elena terangkat sebelah, wajahnya menampakkan tampang penasaran. elena kemudian merapatkan jarak antara dirinya dan luna namun lagi-lagi luna malah menghindar.

"eh, ti-tidak." jawab luna gelagapan.

elena terlihat bingung sesaat namun ia langsung mendekat ke arah luna setelah melihat sesuatu.

"hei, lihat, ada sesuatu di rambutmu." tangan elena langsung bergerak mendekat ke rambut luna guna mengambil sesuatu yang ada di rambutnya.

"eh, apa?" sebelum tangan elena mendarat di rambutnya, luna sudah lebih dulu menyisir rambutnya dengan jari-jarinya secara acak. "tidak ada apa-apa, el." kata luna yang masih melakukan aktivitasnya. sialnya, cara luna yang menyisir rambutnya dengan tempo yang cukup terburu-buru itu membuat niall terhempas ke bawah.

lagi-lagi, niall terjatuh dan semua itu karena ulah luna.

"aduh!"

raut wajah elena langsung berubah ketika mendengar niall yang mengaduh. luna sendiri kini malah ikut kaget karena tidak menyangka kalau niall bisa terjatuh karena jari-jarinya.

"kau dengar itu?" tanya elena membuat luna takut setengah mati. ia takut kalau elena akan mengetahuinya.

"a-aku tidak mendengar apa-apa." jawab luna yang kemudian menyempatkan diri untuk melirik ke arah bawah secara diam-diam. ia menemukan niall yang sedang dalam posisi tengkurap dan itu menandakan kalau tadi niall jatuh dengan bonus mencium lantai.

elena kembali melemparkan tatapan bingung ke luna dan itu membuat luna menjadi semakin gugup.

bagaimana kalau elena menengok kebawah?! batin luna panik.

otak luna langsung berpikir cepat untuk menemukan cara. akhirnya tanpa sepengetahuan elena, luna menggerakkan kakinya ke kanan dan ke kiri untuk mencari niall. saat kakinya telah menemukan tubuh niall, dengan cepat luna langsung menendang niall hingga masuk ke kolong ranjang luna. tentu saja itu dilakukannya agar elena tidak menemukan niall.

"ada apa denganmu luna? kau terlihat...agak aneh." mata elena kini memandang tubuh luna dari atas hingga bawah.

"aku baik-baik saja. lebih baik kau temui toby sekarang, el. dia pasti sudah menunggumu sejak tadi."

"ah, iya, toby. bagaimana bisa aku lupa. baiklah, aku akan ada di kamar jika kau membutuhkanku, oke?"

luna mengangguk dan itu membuat elena tersenyum dan keluar dari kamarnya.

++

"niall, aku minta maaf."

"..."

"oh, ayolah, niall. aku sama sekali tidak bermaksud untuk melakukan itu."

"..."

"aku lakukan itu agar elena tidak tau keberadaanmu, seperti yang kau mau."

"..."

"niall.."

"..."

"kau marah padaku?"

"..."

itu lah yang terjadi sejak sepuluh menit yang lalu. luna tidak henti-hentinya mengatakan 'maaf' pada niall karena telah membuat bokongnya kesakitan akibat tendangan luna tadi. namun, seperti yang terlihat, niall diam tak merespon luna.

kini wajah niall terlihat kesal. dengan kedua tangannya yang ia lipat di depan dada, ia membuang muka dari luna. dan itu membuat luna-entah kenapa-menjadi sedih.

bingung harus bagaimana lagi, akhirnya luna mencoba ide terakhirnya ini agar dimaafkan oleh niall.

"kalau kau tidak mau memaafkanku juga, aku akan menangis saja." kata luna yang kini sudah ingin memulai aktingnya.

niall pun menoleh ke arah luna, melihat gadis itu yang terlihat benar-benar ingin menangis.

"huaaa!!"

"eh! luna, jangan menangis." kata niall panik sendiri. tentu saja ia panik. karena kalau sampai luna menangis, elf-maker sudah pasti akan menghukum niall. dan niall sama sekali tidak menginginkan satu pun hukuman dari pembuatnya itu.

"ka-kau tega sekali, niall. a-aku kan, sudah minta maaf." kata luna berpura-pura sesegukan.

"duh, bagaimana ya.." gumam niall bingung sendiri. ia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal sambil berpikir. apa yang dilakukan luna padanya sebenarnya sudah kelewatan. bagaimana tidak, bokongnya sakit sekali dan bahkan ia sudah tidak ingat sudah berapa kali ia jatuh karena luna. tapi kalau melihat luna menangis begini, niall jadi takut sendiri.

sayangnya, niall sama sekali tidak tahu kalau luna hanyalah berpura-pura. mau sekeras apapun luna berteriak sambil menangis sekarang, elf-maker tidak akan menghukum niall karena memang nyatanya luna hanya berpura-pura. namun, hey, apa yang kau harapkan dari seorang peri lugu seperti niall? dia pasti akan percaya kalau sekarang ini luna benar-benar sedang menangis.

"jangan menangis. aku memaafkanmu kok."

seketika tangisan (pura-pura) luna pun terhenti. senyuman lebar langsung terukir di bibirnya. "benar?"

niall bersender ke salah satu buku mata kuliah luna sambil mengangguk.

"asal jangan menangis lagi, oke? aku tidak mau dihukum."

"siap, kapten! kalau begitu, teman?" luna mengarahkan telapak tangannya ke depan niall, berniat untuk mengajaknya high five.

niall dengan senang hati pun langsung menyatukan telapak tangan kecilnya dengan telapak tangan luna hingga terdengar bunyi kecil.

"teman."

++

a/n

post jam segini engga kemaleman kan ya HAHAHA

p.s: liana liberato as elena on multimedia! :D [semoga wattpad ga nyebelin trs fotonya beneran muncul :-)]

Pocket-sized NiallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang