Chapter 04

116 8 10
                                        

"Posisikan Ten sebagai sekretaris mu."

Johnny yang semula menunduk seketika mendongak menatap wajah berkerut sang pria tua yang berada bersebrangan didepannya. "Jadikan dia sekertaris mu." Tambah tuan. Suh

"Ayah!"

"Lakukan saja perintah ku Johnny, sejujurnya aku cukup tak menyukai sekertaris mu saat ini."

Sekertaris Johnny saat ini? Hm, dari dulu memang Johnny memilih sekertaris dengan tubuh molek dan cantik sudah berkali-kali menjadi peringatan dari ayahnya. Namun Johnny tetap lah Johnny yang mengikuti keinginannya sendiri.

Alis Johnny mengerut, "bukankah ini sedikit tidak adil, kau membawa urusan pribadi–"

"Aku berhak memutuskan."

Ayahnya tak dapat dibantah, orang tua jika semakin tua memang semakin menjengkelkan lagipun ayahnya masih mempunyai hak lebih atas perusahaan yang dia bangun.

Mata sayu tuan. Suh menatap anaknya yang terdiam, ia mengeluarkan berkas yang diserahkan oleh bodyguard yang senantiasa berdiri disebelah sejak tadi. Membuka benda pipih yang berwarna coklat iya menyodorkan beberapa foto kearah Johnny,

"Ten pulang kerumah orang tuanya, menantuku lari darimu karena sifat iblis mu," katanya seraya menunjuk beberapa foto ten yang terlihat masih sangat pucat berbalutkan turtleneck yang senada dengan warna kulitnya, "bawa dia kembali."

Johnny hanya terdiam tak melakukan apapun, tak mengeluarkan sepatah katapun, tak memberi reaksi apapun yang dia lakukan hanya menandingi lekuk wajah Ten dari selembar foto. Ekspresi nya tak terbaca entah apa yang pria matang itu pikirkan, "bukan urusanku." Final nya, kemudian keluar dari ruangan sang ayah.

Helaan napas tuan. Suh mengudara, seperti inilah anaknya anak semata wayangnya.

---

Brakk!!

Sejujurnya Johnny begitu frustasi sekrang, winwin meninggalkannya kembali ke China, orang tua winwin mengetahui anaknya berkencan dengan Johnny yang notabene adalah suami orang. kepergian winwin di temani yuta mantan kekasih winwin, actually yuta masih mencintai pria imutnya itu.

"sial sial sial" Johnny trus memukul stir mobil nya dengan amarah, dia mencintai winwin meskipun sudah memiliki Ten sebagai istrinya. oh ayolah Ten tak semanis winwin.

menempelkan ponsel pada telinga yang baru saja tersambung. Johnny sangat geram sungguh ketika mendengar suara dari arah telpon.

"halo"

"dimana kau?" langsung saja to the point malas sekali hanya sekedar menanyakan keadaan lawan bicaranya.

"aku? di coffe agak jauh dari rumah, kenapa mencari?"

"pulanglah, sekrang"

Tak berselang lama Johnny kini telah memarkirkan mobilnya didepan rumah mendiang mertuanya, rumah orng tua Ten. terlihat usang tapi masih menyimpan kenangan hangat ibu dan ayah Ten.

Halaman rumah tak begitu luas namun sangat nyaman untuk bersantai disore hari dibarengi teh dan cemilan.

"kau hahh.. hah..  Tn. suh apa kau menunggu lama?"

Ten berlari menuju rumahnya yang jauh untuk menemui Johnny, menemui manusia yang gengsinya setinggi langit. maka Ten tidak akan membuat Johnny menunggu lama

pri manis itu tersenyum senang sungguh Johnny menemuinya, seperti mimpi disiang hari.

wajah Johnny datar tak membalas senyuman manis Ten, kalian tau itu. "kau pulih lebih cepat dari dugaan ku"

"hemm, aku meminum obatku dengan rajin hingga bosan haha" tawa Ten canggung

"sayang sekali"

Ten kebingungan dengan perkataan johnny "kenapa tn suh?"

"tidak, masuk mobil kita pulang aku menemuimu bukan karena ku mau"

"ah ayah mertua? kau tidak perlu membawa ku pulang aku akan tinggal disini kau bisa mengatakan padanya jika aku bersamamu."

Johnny melirik seluruh wajah Ten masih pucat tetapi nafasnya mengeluarkan aroma kopi, hah orang gila ini minum kopi dengan perut tak sehat. alah terserah bukan urusannya.

"ayahku memintamu untuk menjadi sekertaris ku"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 25, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ten Lee (Johnten)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang