Chapter 7

3 1 0
                                    

Keesokan harinya, 06.45

Seperti biasa 15 menit sebelum bell masuk berdering Viona, Clara, dan Elizabeth sudah berada di kelas mereka dan sedahg asik berbincang-bincang. Namun, tiba-tiba saja salah seorang murid kelas mereka menghampiri. "Em... Vi. Lo dicariin." ucap Dian terlihat sedikit ketakutan. "Sama siapa?" tanya Viona bingung. "Itu... Senior Alicia." ucap Dian ketakutan.

"Dia ngancem lo?" tanya Viona datar. Dian pun mengangguk pelan. "Ck!" Viona hanya berdecak sambil bangkit dari kursinya. "Perlu gue temenin?" tawar Clara. "Ga usah. Gue cuma mau tau tu anak mau bikin masalah apaan lagi." ucap Viona lalu pergi keluar kelas untuk menemui seorang senior yang sangat suka mengusik hidup tenangnya itu.

***

Di koridor kelas...

"Mau ngomong apa? Gue ga ada waktu." ucap Viona malas. "Wah, lo ini sama sekali ga ada sopan santunnya ke senior ya." ucap Alicia kesal. "Kan gue ga suka sama lo. Ngapain gue harus sopan ke orang yang ga gue suka coba?" balas Viona ranpa rasa takut sedikitpun. "Ck, lo itu... Hais! Udahlah! Pulang sekolah temuin gue di belakang gedung olahraga! Sendirian! Inget itu, SENDIRIAN!" ujar Alicia lalu pergi meninggalkan Viona.

"Ck... Ck... Ck... Masih jaman tuh pembullyan sekarang?" gumam Viona sambil memasuki ruang kelasnya. "Bilang apaan nenek peyot itu?" tanya Clara penasaran. "Hm... Cuman suruh gue nemuin dia dibelakang gedung olahraga pulang nanti. Sendirian." ujar Viona memberitahu. "Terus? Lo temuin?" tanya Clara lagi. "Yoi lah. O ya, kalo lo mau ikut ke sana sekalian panggilin Briant. Keknya tu anak bakalan dibahas nanti dah." pesan Viona pada Clara. "Ye. Kalo gue inget." balas Clara santai.

***

Sesuai janji, pulang sekolah Viona pun pergi menemui Alicia. Viona pun pergi menuju belakang gedung olahraga untuk pergi menemui Alicia and the genx. Dan benar saja, mereka bertiga sudah menunggu Viona. "Oh, udah nungguin toh." ujar Viona santai. "Akhirnya dateng juga lo!" ucap Alicia yang sudah bosan menunggu. "Salah lo dateng buru-buru." balas Viona tanpa ada rasa bersalah.

"Sekarang mau bahas apaan. Ceet gue ga ada banyak waktu buat lo." ujar Viona malas. "Cih! Intinya lo mau jauhin Briant ato nggak!?" ujar Alicia kesal. "Kalo iya kenapa? Dan kalo nggak juga kenapa?" tanya Viona tidak terlihat tertarik sama sekali. "Kalo iya artinya lo masih sayang nyawa. Kalo nggak artinya lo siap mati." ucap Alicia sombong. "Pertanyaannya. Apa untungnya gue jauhin Briant?" tanya Viona dengan smirk tipis di wajahnya.

***

Mereka berempat tidak menyadari jika sedari tadi Briant sudah menyimak pembicaraan tadi. Raut wajahnya saat ini benar-benar tidak bisa di baca. "Pertama, gue bakal kabulin 1 permintaan elo. Apapun itu selama itu bisa gue lakuin. Kedua, lo boleh masuk ke genx gue bahkan gantiin posisi gue. Dan, ketiga gue bisa bikin lo tenar kayak gue sekarang." ucap Alicia sombong. "Hm... Boleh juga tawarannya. Gue bisa aja jauhin Briant. Gue cuma mau imbalan yang pertama doang." ucap Viona santai. Briant hampir lepas kendali seandainya Clara tidak menahannya.

"Tunggu dulu. Belom kelar." bisik Clara datar. "Pilihan bagus. Apa permintaan lo?" ucap Alicia terlihat bangga. "1 permintaan kan? Apapun. Gimana kalo gue minta elo... Bunuh diri di sini. Sekarang." ucap Viona dengan nada santai. Alicia seketika terdiam. Ia tidak menyangka Viona akan meminta hal itu kepadanya. "Lo kalo mau rebut perhatian orang ya ga usah pake cara kotor kayak gini. Muak gue. Gue ga butuh semua imbalan yang lo tawarin tadi. Bisa gue lakuin sendiri kalo gue mau. Kedua, lo kalo mau perhatian Briant ya lo cari cara sendiri. Ketiga, gue ga bakal jauhin Briant toh yang dari awal deketin gue juga dia. So bye." lanjut Viona dingin lalu meninggalkan Alicia dkk.

***

Viona pun langsung pergi ke parkiran motor, kebetulan ia sempat menyuruh Clara dan Elizabeth untuk menunggunya di sana. Namun, ia sempat kaget karena melihat Briant ada di sana tentunya bersama dengan teman-teman nya. "Kalian udah lama nunggu?" tanya Viona begitu sudah tiba di hadapan mereka. "Gak juga." jawab Clara santai. Viona pun membalas dengan anggukkan singkat setelah itu menatap Briant yang sedari tadi menatapnya dingin.

"Ada apa?" tanya Viona pada Briant bingung. "Lo bakal jauhin gue kalau Alicia benaran bunuh diri?" tanya Briant datar. "Hah? Oh itu, entah. Lagian, gue juga udah bilang, gue ga butuh semua imbalan yang ditawarin tadi." jawab Viona santai.

***

"Lo tau dia anaknya nekat kan?" tanya Evan serius. "Ga tau. Yang gue tau tu anak ga ada sopan santunnya sama sekali." jawab Viona kelewat santai. "Dia bisa aja benar-benar bunuh diri demi lo jauhin Briant." ucap Evan serius. "Ck... Ck... Ck... Anak itu gila. Obsesinya udah diluar batas."ucap Viona datar. "Dia udah ngejar-ngejar Briant sejak kami SMP. Wajar kalau udah tahap overdosis." ucap Evan sambil menghela nafas berat.

"Wah.... Lama juga. Tapi, tu anak obsesi ke Briant kenapa?" tanya Viona sambil berfikir. "Ga tau." jawab Evan. "Ya udah thanks infonya. Gue cabut dulu." ucap Viona sambil pergi menuju motor sport kesayangannya. Akhirnya VCE pun pulang dengan motor sport masing-masing.

***

Mansion, 16.00

Setibanya di mansion, Viona langsung pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Setelah itu ia keluar dengan setelan seragam kantor. Ia langsung mengambil kunci mobil sport nya dan langsung berangkat ke kantornya. Ia sudah cukup lama meninggalkan kantor jadi ia berencana untuk melihat perkembangan perusahaan miliknya. Setelah itu, malamnya ia akan pergi ke markas untuk sekadar berkumpul bersama saja.

Setibanya di perusahaan ia langsung dihadapkan dengan banyaknya berkas yang menumpuk di atas mejanya. "Haish.... Tau gini tu 2 bocah gue bawa dah. Lumayan babu dadakan. Kalo gini mah gue yang mabok." dumelnya sambil mulai mengerjakan satu per satu berkas di atas mejanya.

***

19.00, akhirnya pekerjaan Viona pun usai di kerjakan. Ia langsung mengirim pesan kepada Clara dan Elizabeth untuk segera ke markas. Lalu, ia pun langsung tancap gas ke markas. Setibanya di markas ia langsung disambut oleh para anggota. Ya, mau bagaimanapun jugaia adalah ledernya walau kehadirannya dalam sebulan bisa dihitung dengan jari.

"Gimana? Ada berita bagus?" tanya Viona sambil menyenderkan tubuhnya di sofa. Menghilangkan penat. "Ya. Belakangan ini banyak orang mencoba untuk mengontrak kita. Atau sekadar mencoba menjalin hubungan. Dan sebagian besar alasannya berkaitan antara perdagagan ilegal atau tidak kemiliteran." jelas Saera memberitahu semua informasi yang telah mereka dapat. "Hm... Perdagangan gelap ya... " gumam Viona sambil menatap langit-langit ruangan dengan pandangan datar.

*****

GoodBoys x BadGirls PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang