Chapter 3

1 2 0
                                    

Usai menelfon, mereka bertiga pun kembali berkumpul di ruang makan. "Gimana?" tanya Clara membuka pembicaraan. "Begitulah. Nanyain kapan balik." ucap Elizabeth terdengar malas. "Lo bilang aja 2 abad lagi." balas Clara santuy. "Kalo bisa mah ga balik lagi gue." sungut Elizabeth. "Kalo mami di tanyain apa?" tanya Elizabeth mengoper pertanyaan. "Sama. Kapan pulang ke sana. Si lonte balik ke rumah. Makin males gue mau ke sana." jawab Viona malas.

Mendengar kata-kata 'lonte' sontak membuat Clara sedikit antusias. "Wuih.. Seru nih." ucap Clara mulai tertarik. "Buat elu sih iya. Gue mah mules liat mukanya doang." balas Viona datar. "Ke rumah mami yok lah." ajak Clara semangat 45. "....Terserah. Kapan? Gue harap ga lama-lama." ujar Viona menyerah. "Sabtu? Kan pas libur tuh." tanya Elizabeth memberi usul. "Ya udah. Hari Sabtu langsung pulang. Lo juga Git. Malemnya pulang. Bawa 2 mobil. Clara semobil sama gue. Elizabeth sendirian." putus Viona akhirnya. "Siap mami/oke mam." hawab Elizabeth dan Clara berbarengan.

***

Sesuai keputusan, hari Sabtu merekaa pun berangkat menuju rumahbsi Lampung. Tentu menaiki pesawat karena lokasi mereka yang berada di luar pulau Sumatera. Sesampainya di Lampung, mereka langsung menggunakan 2 buah mobil, Elizabeth menggunakan mobilnya sendiri sedangkan Viona dan Clara semobil. Tentunya Viona yang menyetir. Elizabeth pergi ke Bandar Lampung sedangkan Viona dan Clara ke Lampung Selatan.

P. O. V. Elizabeth

Sejujurnya aku sangat malas untuk pulang ke rumah itu. Tapi, karena Viona dan Clara juga 'pulang' juga jadi ya sudahlah. Lagipula, hanya hingga nanti malam saja. Setelah itu kami akan kembali melakukan penerbangan karena kami masih akan bersekolah. Begitu sampai di depan rumah, aku langsung memarkirkan mobil dan masuk ke dalam. Seperti yang kuduga. Ayahku sedang pergi bekerja lalu, ibu, kakak, adik, dan nenekku sedang menonton televisi di kamar orang tuaku. Aku pun segera menghampiri mereka.

"Oh tau 'pulang' juga." ucap ibuku terdengar sinis. "Jadi, maunya aku 'pulang' atau nggak?" tanyaku dengan nada malas. "Kamu makin jauh dari rumah makin ga bener ya... Diajarin apa aja sama Viona?" pertanyaan ibuku itu benar-benar membuatku kesal. "Gue ga bener ya gara-gara lo. " ujarku kesal.

***

Sementara itu di lokasi Viona dan Clara. Mereka berada di rumah milik orang tua Viona. Raut wajah Viona saat ini benar-benar tidak terbaca. Antara ingin memaki, mencekik, atau membanting orang di hadapannya itu. Berbeda dengan Clara yang sedari tadi hanya berwajah datar nan dingin. Tak lupa, ia menatap ibu Viona, Sarah dengan dingin.

"Jadi ini kalo masuk ke rumah orang? Maen asal nyelonong ga permisi?" sindir Sarah pada Viona dan Clara. "Ngapain? Oh, ada hantunya deng di sini. Hantunya kayak ga nerima kita deh." sindir Clara santuy banget. "Bukan hantu. Orang sarap." balas Viona tanpa menyaring ucapannya. "Oh gini, udah berani ngelawan mami?" ujar Sarah merasa kesal. "Mami? Mami gue di Jakarta. Uda di kubur." ujar Viona datar. "Sekarang aja lo Ngaku-ngaku 'mami' bukannya lo dulu bilang ke Viona kalo dia bukan anak lo lagi ya?" ujar Clara kembali mengungkit apa yang terjadi di masa lalu.

***

Elizabeth P. O. V.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, aku segera pergi ke kamarku yang terletak di lantai 2. Aku juga tidak megindahkan teriakan ibuku di lantai bawah. Aku segera mengambil tas berukuran cukup besar dan membereskan barang yang sekiranya aku perlukan saat pulang nanti. Usai membereskan barang aku kembali turun kebawah untuk menemui ibuku lagi.

"Kenapa? Mau minggat?" tanya ibuku dengan nada jutek. "Ya. Sekalian. KK, sama akte kelahiran aku!" ucapku sambil mengulurkan tanganku meminta surat-surat itu. "Mau buat apa?" tanya ibuku curiga. "Ada pokoknya. Mana?" ucapku tak ingin menjelaskan lebih jauh lagi. "Tuh cari aja di meja." ucap ibuku acuh tak acuh. Aku pu  mencari surat-surat itu di meja yang di maksud.

***

Clara P. O. V.

Abis gue ngomong kayak gitu reaksi si lampir ini udah kayak kepergok abis ngelonte. Eh emang lonte deng yak -_-. "Kenapa? Kaget lo? Muka kaget lo itu persis kayak abis ngelonte sama suami orang laen." ujar Gue ga ada rem sama sekali. "Pfft... Ngelonte. Perlu gue tunjukin videonya kaga?" sindir Viona. Wah, ini nih. Demen gue. Bisa gue liat mukanya si lampir udah kayak orang kena diare 1 minggu ga diobat-obatin.

"Kalo perlu di layar lebar. Cocok tuh kayaknya." ucap Gue menambahkan. "Ga usah. Di internet aja kayak Youtube, Netflix, Facebook, Instagram, dll. Kan nanti viral terus terkenal. Nanti banyak yang minta BO ke dia. Biar duitnya banyak." ujar Viona yang mulutnya pedasnya 11/12 sama gue. Cuma ni anak kayaknya udah kesal sampe ke alam baka makanya mulut sama otaknya ga ada saringannya lagi. Udah jebol.

***

Elizabeth P. O. V.

Setelah menemukan 2 barang yang kucari, aku pun pergi. Tentu setelah mengucapkan beberapa kata terlebih dahulu. "Aku pinjam ini untuk beberapa hari kedepan. Soal KK, kalau sudah selesai nanti akan ku kembalikan. Untuk akte kelahiran, itu akan tetap berada di tanganku." ujarku lalu pergi meninggalkan rumah ini. Aku memutuskan untuk menginap di salah satu hotel. Usai Check in aku langsung pergi ke Dinas Kependudukan untuk mengurur pencoretan namaku.

Aku memutuskan untuk meninggalkan keluarga ini. Toh, selama ini aku tidak lebih dari sekadar orang bodoh di mata mereka. Setibanya di Dinas Kependudukan, aku langsung mengambil nomor antrean. Untunglah antrean tak terlalu panjang. Jadi aku bisa lebih cepat bersantai nanti.

***

Viona P. O. V.

Gue yakin sih, kalo ga ada Clara, kalo gue belum se-sukses sekarang ini mungkin udah kena omel 2 jam ala kaset rusak, ditambah, beberapa pukulan yang akan di layangkan padaku. Yah, mengingat masa-masa itu cukup membuatku marah sih. Apalagi kalau dia ngelakuin itu ke gue sekarang? Mungkin gue ga jamin dia masih hidup sih.

"Kamu itu ya, makin jauh dari rumah bukannya jadi anak bener-bener malah jadi anak ga tau di untung." ujar Sarah sambil menunjuk-nunjuk gue. "Anak Bener-bener? Emang li emak Bener-bener? Oke, gue terima kasih banget lo udah ngurus gue dari kecil. Tapi, yang lo incer tu duit bokap gue." balasku dengan raut wajah dingin.

***

Elizabeth P. O. V

Sekitar satu jam berada di dinas kependudukan, aku pun pulang ke hotel dan minggu depan baru boleh mengambil kembali akta dan KK. Di hotel aku langsung rebahan sambil memikirkan apa yang sedang mami dan Clara lakukan sekarang. Ah... Sudahlah lebih baik aku mengerjakan pekerjaan kantor saja.

Karena mami dan Clara pasti sibuk, dan kebetulan aku juga gabut jadi aku pun mengerjakan pekerjaan mereka berdua. Kerjaan mami emang ga main-main banyaknya. Pantas aja mami suka pulang malem, kerjaannya aja banyak banget.

***

Clara P. O. V

"Mantep, mam." ucapku sambil mengancungkan jempol ke mami. "Hm." balas mami yang tatapannya masih setajam harimau yang siap memangsa buruannya. "Kamu ini ga ada sopan-sopannya sama sekali ke mami ya!" ujar Sarah sambil menuding ke arah mami. "Mami? Mohon maaf, tapi anda pernah mengatakan bahwa saya bukanlah putrimu lagi dan sekarang? Setelah saya memiliki banyak uang dan juga sukses, anda kembali mengakui saya? Sudah terlambat." balas mami dingin banget.

"Nih ya, lo kalo mau dapet duit yang gampang dan cepat itu gampang banget. Ngelonte aja gih." ucapku tanpa merasa takut. "Kalo ga mau ngelonte, ngepet aja." tambah mami jujur, ngomongnya ga pake filter. "Emang ada yang mau ngasih duit?" tanyaku sedikit meledek. "Ada kali. Kalo ngedukun dulu." jawab Mami ngasal pastinya.

*****

GoodBoys x BadGirls PsycopathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang