Part sebelumnya...
"Diterima." ucap Elizabeth tenang. "Gue harap kalian cepat mengurusnya. Karena... Ada orang lain yang tertarik dengan hal ini juga." ucap Claude sambil bangkit dari posisinya. "Hm. Tergantung." balas Elizabeth datar. "Oke. Gue tunggu hasilnya." ucap Claude sambil pergi meninggalkan ruangan VIP itu. Sepeninggal Claude barulah Elizabeth menghela nafas dengan lega. "Susah juga jadi orang dingjn." keluhnya.
"Ya, makanya belajar." ucap Viona terdengar santai. "Dahlah... Lain kali lo aja yang maju." ucap Clara mengambil keputusan. "Hm." sahut Viona seadanya. "Jadi, kapan mau jalan?" tanya Clara bingung. "Ya nanti. Masih harus di awasin dulu kan. Suruh si Fanny turun tangan dulu aja." ucap Viona sambil menghela nafas lelah. "Siapa yang mau nebas kepalanya?" tanya Elizabeth penasaran. "Gue lah." ucap Viona datar. "Sudah pasti itu mah." gumam Clara pelan.
***
P
art 9
Usai melakukan pertemuan tadi, VCE pun pulang ke mansion. Setibanya di mansion, Viona langsung menghubungi Fanny untuk menemui mereka bertiga sekarang. 1 jam kemudian Fanny tiba di mansion VCE dan langsung diijinkan masuk begitu ia berucap "Saya Fanny. Bos memanggil saya kemari." oleh bodyguard.
Ruang tengah mansion VCE, 23
"Ada apa boss memanggil saya kemari?" tanya Fanny begitu tiba di hadapan boss nya. Tentu, ia tak berani untuk bertatapan langsung dengan sang boss. "Ada tugas untukmu." ucap Viona datar. "Suatu kehormatan saya bisa menjalani tugas dari boss." ucap Fanny sopan. "Selidiki orang ini. Selama seminggu. Beritahu seluruh jadwalnya padaku. Ini foto dan biodatanya." ucap Viona sambil menunjuk ke atas meja yang terdapat sebuah foto dan map yang ia dapat dari Claude tadi. "Siap laksanakan, Boss." ucap Fanny sembari undur diri sambil membawa foto dan map tersebut.
***
Sepeninggal Fanny barulah Clara membuka suara. "Siapa lagi yang mau jalanin ni misi selain kita?" gumamnya penasaran. "Misi apa?" tanya Elizabeth bingung. "Kepala." jawab Clara singkat. "Mafia yang lain pastinya. Mungkin Black Devils." jawab Viona asal karena ia paham benar jalan pikiran Claude yang menurutnya sangat menyebalkan kadang. "Black Devils yang peringkatnya beda tipis point nya sama kita?" tanya Elizabeth. Viona pun menjawab dengan anggukkan singkat. "Emangnya siapa lagi yang nama Mafia nya Black Devils coba?" tanya Clara speechless. Elizabeth hanya menjawab dengan cengiran tanpa dosa.
"Btw... Lo yakin mereka tertarik sama misi ini?" tanya Clara pada Viona. "Entahlah. Kemungkinannya iya. Karena... Selain kita, mereka juga ahli dalam bidang pembunuhan berantai kan?" jawab Viona datar. "Iya sih... Lagian juga bayarannya gede." angguk Clara sambil menghela nafas kasar. "Yang gue permasalahin bukan itu." sahut Viona datar. "Terus?" tanya Clara bingung. "Gimana kalau si Claude dan antek-anteknya itu punya koneksi atau bahkan dekat sama Black Devils. Atau minimal mafia yang lain." ujar Viona sambil memijat keningnya pusing.
***
"Yah.... Entah. Tapi, belum tentu kita kalah kan?" tanya Clara enteng. "Kalau mafia itu sendiri iya. Tapi, kalau lebih dari satu? Mati sih gue ga yakin. Tapi, ga mungkin kita ga babak belur. Kita masih sekolah. Tau-tau masuk sekolah babak belur. Kan bingung. Nunggu sembuh? 1 mingguan. Mau ketinggalan berapa banyak mapel?" ujar Viona panjang lebar. "Iya memang. Tapi, toh kita udah biasa bolos." balas Clara santai. "Biasa sih biasa. Tinggal tau-tau rapor nongol tulisan 'tidak lulus' nah mampos sudah palingan tu para orang tuek berkoar-koar." sungut Viona kesal.
"Iya juga. Haish.... Gue lupa kalau ada itu emak-emak rempong." ucap Clara frustasi. "Nye-_-. Makanya itu, selidikin dulu." ucap Viona datar. "Kenapa ga telfon Rio? Katanya dia udah balik." tanya Elizabeth memberi usul. "Lah... Anak itu ga ada laporan. Ya udah telfon aja anaknya. Suruh besok ketemuan di cafenya Sonia. Sore aja." putus Viona akhirnya. "Oke." Elizabeth pun pergi untuk menelfon Rio.
***
15 menit setelahnya Elizabeth pun kembali setelah menelfon Rio. "Apa katanya?" tanya Viona penasaran. "Besok jam 7 malam di Cafe milik Sonia. Meja biasanya. Itu katanya." ucap Elizabeth menyampaikan apa kata Rio ditelfon tadi. "Oke." angguk Viona. "Karena udah malem dan besok gue ga mau koar-koar cuma demi bangunin lo berdua yang kebo ini, sono TIDUR!!" Lanjut Viona dengan teriakan di akhir kalimatnya. "Ye." jawab Clara terus langsung ke kamarnya dan tidur disusul oleh Elizabeth.
Sepeninggal Clara dan Elizabeth, Viona belum juga beranjak dari tempatnya. Ada banyak hal yang sedang ia pikirkan. Sampai-sampai membuatnya beberapa kali menghela nafas lelah. Tak berapa lama kemudian, Viona pun beranjak ke kamarnya untuk beristirahat.
***
Keesokan harinya, 06.15
Sesuai dugaan, seperti biasa. Viona harus berkoar-koar di pagi hari untuk membangunkan kedua teman serumahnya ini. "WOYYY!!! BANGUN LO PADA!!" Teriak Viona bak orang kesetanan. Para maid yang sudah terbiasa dengan kelakuan majikannya itu hanya diam sambil menunduk hormat. Tak lama setelahnya, Clara dan Elizabeth turun ke bawah dengan sedikit terburu-buru karena mereka berdua tahu kalau sebentar lagi akan terlambat berangkat ke sekolah.
Viona hanya menatap kedua orang itu sambil bertolak pinggang. "Cepat sarapan. Terus berangkat. Sampai telat gue gantung lu berdua. Dan, gue mau berangkat." ucap Viona sambil berlalu pergi ke garasi untuk mengambil motor sport nya dan berangkat ke sekolah.
***
Pukul 06.40 Viona pun tiba di sekolah. Ia berniat untuk langsung menuju ke kelasnya namun, seseorang sudah terlebih dulu menariknya ke suatu tempat tanpa persetujuan dirinya. "Hey! Apa-apaan!? Lepasin gue!" ucap Viona sembari berusaha melepaskan genggaman fangan orang yang tengah menariknya itu. Namun, ia tetap kalah tenaga sebab orang itu selain menarik dengan kuat ia juga mempererat genggamannya yang membuat Viona sedikit meringis menahan sakit pada pergelangan tangannya.
Viona tak ada pilihan lain selain mengikuti langkah lebar lelaki di hadapannya ini sampai ke tempat tujuannya. 'Hm? Kenapa dia bawa gue ke gedung kosong ini?' batin Viona bertanya-tanya sekaligus waspada. Viona langsung tercekat saat lelaki itu tiba-tiba saja memojokkan dirinya ke dalah satu tiang penyangga bangunan yang masih terlihat cukup kokoh itu. "Apa-apaan sih lo!? Sakit tau!" ucap Viona kesal sekaligus menahan sakit sambil menatap lelaki di hadapannya itu dengan tatapan tajam. "Kasih tau gue." ucap lelaki itu tajam dengan tatapan yang tak kalah tajam dari Viona. "Hah? Kasih tau apaan dah? Emang gue nyembunyiin apaan dari lo sampe lo minta gue kasih tau sesuatu? Dan... Kalo nanya itu yang lengkap dong." ujar Viona bingung sekaligus bersungut-sungut.
"Kasih tau gue. Siapa lo sebenarnya, Lilika Alexandra Viona?"
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
GoodBoys x BadGirls Psycopath
Acakcerita tentang kehidupan Lilika Alexandra Viona, Elizabeth Jelica Felisha, dan Clara Bernadeth Agustine sebagai anak-anak bad girls bersama dengan anak-anak bad boys. Sekadar info: Cerita ini akan diupload di 2 akun Jika menemukan ada akun yang berb...