BAB 4

7.5K 1K 16
                                    

Bea sangat marah. Ia membanting pintu kamarnya dan sungguh ia tidak peduli bila pria yang memiliki apartemen penthouse ini menganggapnya pemarah. Ia memang pemarah semenjak menikahi pria itu dengan terpaksa.

Ia lebih marah kepada dirinya sendiri daripada siapapun sekarang karena telah membuat dirinya terjebak. "Screw his feelings," teriaknya di dalam kamar. Ha!

Enam bulan yang lalu Bea tidak pernah berpikir ia akan menikahi quarterback Seattle Seahawks bernama Friday Carter Elliot. Bea mengernyitkan dahinya memikirkan hari itu. Hari ia menjebak dirinya sendiri dan harus terpaksa melewati hari-hari berikutnya bersama dengan Carter, pria terbodoh dan menyebalkan yang pernah ia kenal.

Malam itu, enam bulan yang lalu Bea baru saja mengenal kota Seattle. Ia tiba di kota itu hampir tiga minggu sebelumnya dan rencananya ketika ia meninggalkan Singapura hanyalah satu—membawa pulang lukisan Raden Saleh berjudul 'Boschbrand' yang dimiliki quaterback terkenal bernama Friday Carter Elliot karena keluarganya memiliki Yayasan Van Der Willem dan ia juga adalah keturunan terakhir Pangeran Willem.

Bagaimana ia mendapatkan kembali lukisan berukuran tiga kali empat meter itu yang seharusnya kembali ke Indonesia? Tentu saja memintanya baik-baik. Tapi meminta baik-baik kepada pria sombong itu tidak menghasilkan apapun.

Mereka telah bertemu dan berbicara secara formal, tapi jawaban singkat pria itu adalah, "Bukan urusanku apa yang yayasan keluargaku janjikan kepada negaramu. Lukisanku tidak akan kembali ke Indonesia."

Lalu pengacara pria itu bertemu dengannya karena ia adalah asisten kurator National Gallery Singapore, dan pengacara Friday Carter Elliot menjawabnya dengan berkata, "Mr. Elliot thinks you should give this up Miss Sastrawidjaja. My client ownership of the painting is clear and indisputable. You don't have the basis to request such painting."

"Bagaimana Anda bisa menjelaskan perjanjian antara Yayasan Van Der Willem dan negara Indonesia kalau begitu? Sangat jelas dituliskan di perjanjian ini kalau ada lima puluh lukisan yang harus kembali ke Indonesia. Lima puluh lukisan Raden Saleh termasuk lukisan 'Boschbrand'."

"Miss, Anda harus berbicara kepada yayasan kalau begitu dan saya yakin Yayasan Van Der Willem akan mengatakan telah terjadinya kesalahan karena 'Boschbrand' tidak pernah dijanjikan untuk dikembalikan untuk Indonesia. 'Boschbrand' akan tetap berada di dalam kepemilikan Mr. Elliot dan saya sarankan Anda untuk tidak mencoba berbicara dengan klien saya lagi karena beliau tidak menginginkannya. Di negara ini Anda bisa masuk penjara karena telah mencoba untuk bertemu—"

Bea memotong kata-kata pengacara kaku dan dingin pria itu, "Oh, please—aku mendatangi klienmu, Friday Carter Elliot di tempat publik dimana setidaknya empat ratus fans-nya juga berkumpul untuk mengelilingnya. Seharusnya klienmu berterima kasih karena aku menariknya untuk menanyakan kenapa ia memiliki 'Boschbrand' di apartemennya. Why is your client such a narcissist? Kenapa lukisan itu yang seharusnya kembali untuk negara Indonesia yang dilukis oleh pelukis berdarah Indonesia juga harus berada di penthouse-nya? Kenapa klienmu harus menaruhnya di apartemennya ketika negaraku seharusnya menikmati karya seni sangat bernilai ini?"

"Karena Miss, klien saya mempunyai hak untuk menikmatinya sendiri, Ia juga memiliki hak untuk melarang siapapun untuk—"

"Stop with the legal talk—"

"But the legal is what matters. Anda tidak bisa melakukan apapun. Bagaimanapun Anda mencoba untuk meyakinkan klien saya ataupun saya. Kalaupun Anda mencuri lukisan itu dari klien saya—Anda tetap tidak mempunyai hak dan tentu saja Anda akan masuk penjara."

Mencuri.

Mencuri.

Mencuri Raden Saleh.

Dan ide itu terbentuk di bawah alam sadarnya. Apa ia akan masuk penjara? Mungkin. Tapi ia harus membawanya kembali ke Indonesia bagaimanapun caranya. Well, kembali ke Singapura terlebih dahulu lalu setelahnya ke Indonesia. Kalau mendapatkannya secara baik-baik tidak mungkin ia akan mencurinya.

Apa sulitnya menggulung lukisan tiga kali empat meter itu, bukan?

Malam itu ia telah merencanakan sendiri pencurian Raden Saleh dari penthouse Friday Carter Elliot tepat di hari ulang tahun pria itu. Ia telah melakukan risetnya dan pria sombong narsis itu akan mengadakan pesta besar di penthouse-nya yang terletak di Esquire menghadap Space Needle, ikon kota Seattle.

Bea mencari tahu jasa katering yang pria itu gunakan dan memastikan dirinya menjadi staf pelayan sehingga ia mendapatkan akses masuk. Rencananya adalah ia akan mencuri Raden Saleh sebelum pesta dimulai. Ketika semua orang sibuk mempersiapkan makanan di dapur dan dekor di kolam renang outdoor pria itu, Bea akan mengambil waktunya untuk mencuri.

Ia merapihkan dasi pitanya dan seragam pelayannya. Bea hanya membutuhkan sepuluh menit dan ia akan keluar dengan gulungan lukisan itu. Sepuluh menit yang membuatnya tertangkap basah oleh pemilik penthouse tersebut.

Apa yang Bea tidak ketahui adalah pria itu berada di rumah ketika ia mencuri Raden Saleh miliknya. Carter mendorongnya ke arah dinding lalu ia melawannya. Mereka saling menendang dan berteriak, hal berikutnya yang terjadi adalah Bea berada dibawah tubuh pria itu. Kepalanya terbentur meja. Kedua kakinya terhimpit oleh kaki pria itu yang kuat jadi sulit bagi Bea untuk berdiri ataupun mencoba melarikan diri. Carter menaikkan kedua tangan Bea ke atas kepalanya dan mata mereka bertemu. "What the fuck—"

"Surprise!"

Lalu ya, semua orang melihat mereka, semua orang penting di Seattle—Bea di atas meja dengan tangan terangkat dan Carter berada diatasnya. Apa yang mereka tidak ketahui adalah ia adalah pencuri lukisan pria itu. Apa yang mereka lihat adalah pasangan yang tengah bercinta di ruang makan dan hanya lukisan Raden Saleh menjadi saksi.

Bencana.

Kutukan.

Bea seharusnya memilih masuk ke penjara daripada menjadi istri Friday Carter Elliot.

Sea Me Later | Makna #03Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang