Syadzi sedikit merapihkan penampilannya, gadis itu berpenampilan dengan gaya kasual memakai celana bahan warna hitam, kaos polos coklat, kerudung hitam dan sepatu putih tak lupa dengan tas selempang kecil, jam tangan, masker, dan kaca mata agar mata sembabnya tak terlihat.
Gadis itu berjalan menuruni tangga dengan cepat karna dari tadi ia sudah di tunggu Arkan.
"Mah, Sasa pergi dulu ya," ucapnya seraya meraih tangan Sari untuk menyalami.
"Jangan terlalu lama ya Sa!" perintah Sari, sementara Syadzi hanya berdeham dan melanjutkan langkahnya menghampiri Ahyar yang sudah duduk manis di dalam mobil.
"Udah siap?" tanya Arkan
"Iya kak," sahut Syadzi seraya menggunakan sealtbelt.
Sein mobil menyala, dengan cepat mobil yang mereka tumpangi perlahan meninggalkan pekarangan rumah menuju sebuah mall besar yang ada di Bandung.
Setelah hampir setengah jam di perjalanan sekarang mobil itu sudah terparkir di sebuah mall.
Sesampainya di sana Syadzi menautkan dahi bingung, "Kok kita ke sini kak?" lalu gadis itu turun mengikuti Arkan. Sementara Arkan hanya menatap adiknya sesaat lalu melanjutkan langkahnya kembali.
"Ih, kok gak di jawab sih?" ujar gadis kesal.
"Mama nyuruh kita kesini buat beli kebutuhan yang belum ada," jawab Arkan tanpa minat. Sementara Syadzi masih bingung dengan ucapan Arkan.
Syadzi kembali mengerutkan dahinya, "Kebutuhan apa kak? Bukannya mama udah nyuruh Bi Tina kemaren?"
"Huft" Arkan menarik nafas malas karena adiknya terus bertanya, "Beli kebutuhan buat acara keluarga Syadzi, ayok cepet nanti keburu malem," ucap lelaki itu seraya menarik tangan Syadzi. Gadis itu hanya berdecak kesal ia hanya bisa pasrah mengikuti Arkan.
Langkah mereka terhenti di sebuah Food Court yang menyediakan berbagai makanan, lalu Arkan memesan beberapa jajan tradisional dan memberi pesan pada orang yang menjaga stand tersebut.
"Mbak, saya mau pesen buat besok bisa gak?" tanya Arkan yang sudah menghampiri stand berisi jajanan tradisional.
"Bisa kak, pesen apa saja kak biar saya list?" sahut si penjaga stand itu seraya merogoh sakunya untuk membawa notes dan pulpen.
"Saya mau pesen kue lapis legit, lemper, nagasari, dadar gulung, risoles ayam, kue putu, klepon, kroket, bakpao. Masing-masing 100 biji,"
"Oh iya, bubur sumsum sama bubur kacang hijau juga mbak," lanjutnya.
"Baik kak, untuk pengirimannya mau di anter atau di ambil ke sini?" tanya penjaga stand itu.
"Mau di anter aja mbak,"
"Untuk alamatnya kakak bisa tulis di kertas ini ya!" kemudian penjaga itu menyodorkan sebuah kertas dan pulpen pada Arkan.
"Ini notanya kak, barangnya akan kami antar besok sesuai request kakak. Terimakasih sudah berbelanja di sini," ucap penjaga stand tersebut seraya tersenyum dan menegangkan kedua tangannya di depan dada.
Dari tadi Syadzi masih diam tak bergeming, gadis itu masih mencerna kejadian di depannya.
Ia tau jika makanan ini sering ada di berbagai acara penting."Ini pasti bukan acara biasa," batinnya.
.
.
.Di tempat lain Ahyar sedang mengantar bundanya membeli cincin di toko emas dengan embel-embel untuk dirinya dan Gilang. Padahal lelaki itu tidak bodoh untuk sekedar menebak-nebak, firasatnya semakin kuat ketika Amel meminta pendapatnya dan menyuruh lelaki itu untuk mencoba.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Life And Your Love (Hiatus)
Novela JuvenilAhyar : "Syadzi... Kamu itu bagaikan kopi" Syadzi : "Bagaikan kopi? Kadang manis kadang pahit gitu? " Ahyar : "Itu kan kopi pada umumnya" Syadzi : "Berarti kalo gak manis sama pahit kadang ada asem, kecut dan asin gitu?" Ahyar : "kamu itu ibara...