04.

325 35 4
                                    

Psyche sudah sampai di istana, menuruni kereta di bantu oleh Rira dan sedikit terkejut karena ada gadis berambut dan bermata ungu sedang menunggunya. Psyche menghampiri gadis itu dan berdiri tepat di depannya, melihat kesekeliling istana yang masih banyak tamu undangan lalu kembali memandang gadis di depannya.

"Putri Medeia.."

Medeia memandang Psyche dari atas sampai bawah dimana bajunya kotor dengan bekas darah lalu menghela nafas. "Ku rasa mencegah mu pun tidak akan bisa.. aku sudah mengatakan padamu untuk melakukan apa yang kau mau"

Psyche tersenyum lemah. Benar, tidak ada gunanya tapi Psyche sama sekali tidak menyesalinya. "Maaf putri Medeia"

"Bukan masalah selama tidak keluar dari rencana"

Psyche mengangguk, dia masih mengingat jelas semua rencana yang dia susun bersama dengan Medeia hanya saja Medeia mengatakan untuk menjalankan rencanya sesuai dengan karakter masing-masing karena kepribadian mereka berdua sangatlah jauh berbeda.

Psyche memandang Medeia yang sepertinya akan pergi. "Putri Medeia bisa menggunakan kereta saya jika ingin keluar istana karena Iaros sudah memberi perintah untuk menutup semua jalan keluar"

Psyche melihat Medeia yang mengamati keretanya sebelum melihat kearahnya. "Terima kasih.. dan ingatlah untuk menemui Helio di ruangannya setelah ini"

Psyche memiringkan kepalanya. Menemui Marquis Tropium? Untuk apa? Psyche memiliki pertanyaan itu di kepalanya tapi yang keluar dari mulutnya sangat berbeda. "Baiklah"

Medeia memasuki kereta milik Psyche dan meninggalkan Psyche yang berdiri diam menatap kepergian Medeia.

'Sangat layak untuk di cintai.. hanya saja tidak mudah mendapatkan cinta anda putri Medeia'

Psyche tau dalam hatinya bahwa Iaros adalah musuh terbesar dalam hidupnya tapi bukan berarti perasaannya hilang begitu saja. Sangat sulit menghilangkan cinta pertama yang bahkan sudah dianggapnya sebagai dewa. Tapi Psyche tidak akan merubah tujuannya, dia harus bisa menghentikan tindakan Iaros dan menyerahkan sisanya untuk di tangani putri Medeia.

Psyche menghela nafas pelan dan berjalan memasuki istana di ikuti dengan Rira di belakangnya. Sebelum memasuki istana Psyche merasakan ada yang melihatnya lalu tatapannya bertemu dengan gadis berambut pirang dan bermata biru yang sedang menatapnya dan tersenyum padanya. Psyche seperti tidak asing dengan tamu itu tapi Psyche melupakan dimana mereka pernah bertemu.

Psyche membalas senyuman gadis itu dengan ramah lalu kembali melanjutkan langkahnya masuk kedalam istana. Dia harus menemui Marquees Tropium sesuai permintaan putri Medeia.

"Apa nona akan menemui tuan Marquis?" Rira bertanya sambil mengikuti Psyche di belakangnya.

"Iya, karena putri Medeia menyuruh ku menemui tuan Marquis Tropium pasti ada sesuatu yang harus aku lakukan dengan beliau"

Psyche juga tidak tau kenapa putri Medeia menyuruhnya menemui Marquis Tropium. Mungkin ada sesuatu mendesak atau semacamnya yang mengharuskan Psyche bertemu dengan Marquis Tropium. Mungkin tentang ledakan yang terjadi di Eperanto juga, tadi Psyche merasakan sesuatu yang aneh di sekitar area ledakan tapi Psyche tidak bisa memastikannya.

Psyche menghela nafas mengingat kejadian tadi di tempat ledakan, dia tidak bisa melakukan apa-apa dan kehadirannya pun tidak menyelesaikan apapun. Mungkin sekarang putri Medeia sudah sampai di tempat kejadian dan semuanya akan di urus oleh putri Medeia.

Ini adalah pertama kalinya Psyche menghadapi kekacauan sebesar itu dan tidak tau harus melakukan apa. Yang bisa Psyche lakukan hanya membantu orang-orang dengan kekuatannya.

ETERNITY  (REZEF*PSYCHE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang