Setelah obrolan panjang dengan Dokter Toro akhirnya Hara harus dirawat inap, kondisi nya tak memungkinkan jika harus menelan obat dengan dosis yang lebih tinggi lagi, jadi lebih baik begini.
Sekarang Fio hanya bisa diam dengan matanya yang tak lepas dari adik nya itu, jejak air mata itu masih ada di pipi nya.
Boleh Fio sedikit egois, ia tak mau adiknya pergi tapi bahkan untuk memutuskan suatu hal demi kebaikan Hara pun Fio tak bisa, dia takut Hara pergi.
"Hei, makan dulu yuk" itu Leon, dia daritadi setia menemani kekasih nya itu.
"Kamu belum makan loh dari tadi, nanti sakit terus yang jaga Hara siapa lagi hm? Sekarang ayo makan" ucap nya pelan, Leon tau Fio tak baik-baik saja sekarang tapi apapun itu Leon lebih tak baik-baik saja jika Fio sakit.
Mengetahui penyakit yang diderita Hara cukup buat Leon meringis, dia sudah lama mengenal anak itu tak ada kata mengeluh dalam kalimat nya, namun penjelasan Dokter Toro mampu buat hati Leon ikut sakit.
*Brak
"Hara, mana Hara?!"
"Santai dong rel"
Harrel, pemuda itu yang tadinya sedang bertengger di depan rumah Hara karena masalah tadi pun langsung melajukan motornya saat mendapat kabar dari Leon.
"Gimana bisa santai, orang nada lo aja tadi ga santai!" iya, nada Leon saat menelfon Harrel tadi cukup buat Harrel kepikiran sepanjang jalan.
"Ssst!" akhirnya kedua manusia yang tadi ribut pun diam, kadang Fio juga lelah dengan tingkah dua manusia itu.
"Hara" atensi Harrel teralih saat mendapati Hara yang terbaring lemah di ranjang itu, infus yang tertanam di tangan itu dan masker oksigen yang sedikit menutupi wajah cantiknya.
"Ayo" sekedar inisiatif Fio mengajak Leon untuk keluar, memberi ruang pada pemuda yang lebih muda dari nya itu untuk lebih nyaman mengutarakan perasaannya.
Mendudukkan dirinya pada kursi yang tadi ditempati Fio. Menatap mata tertutup itu dengan seksama, tak ada niatan membuka mata dari sana padahal biasanya Hara akan selalu mengomel jika Harrel melakukan itu.
"Hara maaf, maaf ga nepatin janji" kepalanya tertunduk, malu dengan dirinya sendiri.
"Kakak ceroboh"
"Kamu pasti kesel kan sama kakak, kamu boleh deh pukul kakak nanti"
"Maaf Hara"
flashback >
"Oy bangun lo, katanya mau barengan sama Hara ntar telat!" Leon daritadi berusaha keras untuk membangunkan sepupunya ini yang terkenal kalau sudah tidur seperti orang meninggal.
"Heh dower! Bangun!"
"Wer bangun wer"
"Harrel astaga lo masih nafas kan!"
Menyerah, Leon capek usaha nya dari tadi tak berhasil yang buat nya memilih untuk meninggalkan Harrel yang tertidur itu.
"Sekali-kali kena hukuman ye, biar masa-masa SMA lo ga datar doang kayak badan lo" dan berlalu pergi dari rumah nya. Iya mereka tinggal bersama, sama-sama punya keinginan mau mandiri daripada pusing jadi orang tua mereka pun memilih untuk menyatukan dua manusia itu.
7.45
Harrel bangun saat merasakan sengatan sinar matahari di wajah nya semakin menusuk. Membuka mata itu dan mulai berangkat dari tidurnya.
"Jam berapa coba, terang banget" matanya melirik jam yang berada di samping tempat tidurnya itu.
"Woi! Telat!" segera menuju kamar mandi, Harrel tak peduli dia cuma sikat gigi dan cuci muka tapi tetap dengan kecepatan yang kilat apalagi saat teringat janji nya pada Hara.
"Aduh mampus mampus mampus"
"Leon kenapa ga bangunin gue dah!"
Mulai menjalankan motornya ke rumah Hara, ya mungkin aja Hara menunggu dirinya yang bodoh ini jadi lebih baik ke sana dulu.
Saat sampai yang dilihat Harrel pertama kali adalah pagar rumah yang sudah terkunci itu, berarti Hara sudah pergi tanpa pikir panjang dirinya langsung menancap gas ke sekolah.
8.10
Akhirnya dengan segala kepanikan nya Harrel sampai di sekolah yaa walau harus nego-nego dulu dengan satpam depan sekolah agar membukakan gerbang.
"Harrel!" tubuhnya seketika menegang saat suara itu masuk ke telinga nya, Harrel tau siapa itu.
"Ah Bu, selamat pagi" Bu Nara, terkenal dengan kegalakkan nya apalagi dengan murid yang tak menaati aturan, paling hobi jalan-jalan saat bel sudah berbunyi niatnya memantau siswa-siswa yang terlambat.
"Ikut saya kamu"
"Iya Bu" ya tuhan tolong Harrel yang lemah ini jeritan hati Harrel di pagi ini.
**
"Semangat semangat semangat semangat!" ya itu Harrel yang sekarang sedang menyapu halaman belakang sekolah yang terkenal dengan kehorrorannya itu.
"Cepet selesai, cepet ketemu Hara fiuh" dan melanjutkan kegiatan pagi nya ini sampai waktu istirahat tiba.
"Woiii capekk!!" mau Harrel teriak pun tak ada yang bakalan dengar, faktor cerita-cerita horror disini pun jadi tidak terlalu banyak yang ke spot sini.
Setelah merapikan alat-alat nya Harrel pun beralih mencari Hara, tidak peduli pada rambut nya yang acak-acakan dan baju yang basah dibagian belakang karena keringat.
**
Setelah dirinya yang pagi tadi sudah buat Hara kesal dengan dirinya sendiri, Harrel niat untuk membuktikan bahwa dirinya ini gentleman apalagi dengan Hara.
Tapi ditengah jalan usaha nya gagal karena harus menuruti kemauan Bu Nara yang menyuruh nya membuat kata permintaan maaf di satu buku penuh, kalo kata Bu Nara "Ini biar kamu ga ngulangi kesalahan kamu!"
Harrel sebagai anak baik pun menurut aja lah.Mata nya tak lepas dari jam yang berada di dinding itu mengira-ngira seberapa lama lagi dirinya selesai, namun saat melihat buku yang masih banyak lembar kosong itu membuat Harrel merengut, ditambah dengan handphone nya yang mati pun membuat dirinya semakin gusar.
Waktu berlalu, Harrel dengan cepat menuju parkiran namun yang didapat pemuda itu cuma sekolah yang sudah tak terlalu banyak orang. Tanpa basa basi dirinya langsung menancap gas menuju rumah Hara, barangkali Hara sudah pulang dan dia bisa minta maaf setidaknya.
Namun saat sampai bukan Hara yang Harrel temui, namun rumah yang tertutup sama seperti pagi tadi. Lama Harrel menunggu dengan ditemani handphone nya yang berusaha untuk hidup itu tapi tak ada tanda-tanda kedatangan siapapun dari rumah itu.
Saat handphone nya hidup niatnya Harrel ingin segera menelfon Hara namun dia malah mendapatkan spam telfon dari Leon.
[Leon]
"Apaan?!"
"Lo tau ga sih, gue lagi nunggu-""Rel, ke rumah sakit sekarang"
"Hara rel, Hara"Tanpa babibu pemuda itu langsung menancap gas menuju tempat yang dituju. Pikiran Harrel kalut, mendengar nada suara Leon membuatnya makin takut.
Sepanjang jalan di kepala nya hanyalah ingin cepat sampai dan menemui Hara nya.
end of flashback
Fio sedikit mengintip ke dalam ruangan adiknya itu, bisa dilihatnya Harrel yang tertidur sambil memegang erat tangan Hara seakan jika dilepas Hara akan pergi.
Pemuda itu sangat panik dan takut walau belum tau apa penyebab Hara disini bagaimana kalau sudah tau, pikir Fio.
Dia akan sangat sakit.