🎧Part 2||Makan Bersama

64 10 3
                                    

"Loh, Kak, kita ngapain berhenti di sini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Loh, Kak, kita ngapain berhenti di sini?"

Jabran tidak menjawab, dia memilih meletakkan helm terlebih dahulu di atas motornya, lalu membuka helm yang di pakai Anindita dan meletakkan berdampingan dengan miliknya. Anindita yang lebih terlihat manja di luar sekolah, tak hentinya bertanya sampai menemukan jawaban atau alasan Jabran membawanya ke restoran yang memperlihatkan pemandangan laut biru. Laut yang jauh, tapi cukup memuaskan mata memandangnya.

"Kak, aku masih tunggu jawaban kamu."

Jabran menyentuh lembut ujung hidungnya dengan telunjuk, "kita makan siang dulu."

"Siapa yang minta makan siang?"

"Aku."

"Aku enggak minta, artinya antar aku pulang, Kak."

"No, I know you, aku tahu kamu enggak akan makan kalau pulang."

"Aku bakal makan. Semua orang juga pasti akan makan kalau dia lapar."

"Aku enggak mau kamu tambah sakit perut, jadi kita makan dulu, pulang ke rumah kamu bisa mandi dan langsung istirahat."

"Tapi, kak ...."

"St, jangan melawan."

Anindita tak bisa berkutik, Jabran yang tahu akan kebiasaannya yang suka menunda waktu makan, tentu tidak ingin melihat Anindita makin sakit. Anindita pernah masuk rumah sakit akibat lambung yang dideritanya saat menahan makan di ospek. Jabran yang kala itu bagian dari panitia ospek, cepat menolong adik kelasnya. Setelah hal itu terjadi, ospek pun selesai. Mereka resmi berpacaran.

🎧

Rumah Anindita terlihat sepi, memang selalu begitu, karena akhir-akhir ini, mamanya sering sakit dan jarang beraktivitas di luar rumah. Sedangkan, ayahnya sudah pergi bekerja dan akan pulang sore nanti.

"Makasih, ya, Kak."

"Kamu masih aja ngucapin makasih, aku pacar kamu Dita, bukan ojek."

"Ya, lega aja kalau bilang makasih."

Jabran tersenyum, Dita memang keras kepala, tidak mau kalah.

"Kamu enggak mau masuk dulu?" tawar Dita.

"Enggak usah, aku harus latihan band sama teman-teman, jadi harus segera balik."

"Oh, enggak ada cewek, kan?" tanya Anindita cemburu.

"Ada."

"Siapa?"

"Dihati aku, kamu."

Anindita lagi-lagi tersipu malu, Jabran memang paling bisa.

"Ck, kamu, ih, gombal banget. Hati-hati, ya! Jangan kemalaman, segera hubungi aku kalau udah sampai rumah."

"Siap tuan putri." Jabran hormat membuat Anindita geli melihat tingkahnya walau sudah biasa. "Oh, ya, Mama kamu gimana keadannya?"

SORRY, DIT! (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang