🎧Part 12 ||Mama Ruri akan Operasi

31 7 12
                                    

Hari Minggu tiba, Rama menghabiskan kebiasaan paginya di kamar, tidur uring-uringan enggak jelas, kalaupun adiknya itu pergi dia tidak akan tahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hari Minggu tiba, Rama menghabiskan kebiasaan paginya di kamar, tidur uring-uringan enggak jelas, kalaupun adiknya itu pergi dia tidak akan tahu. Mereka terbiasa dengan kunci ganda masing-masing. Sebelum memastikan Jabran menjemputnya, Anindita memilih menelepon papanya terlebih dahulu, sekaligus menanyakan apa saja yang harus di bawa pagi ini ke rumah sakit.


"Assalamualaikum, Pa."


"Waalaikumsalam, Dit, ada apa, Nak?"


"Papa masih di rumah sakit?" tanya Anindita dengan ekspresi ragu, kalau saja papanya melihat ekspresi ini secara nyata , pasti akan ada pertanyaan serius.


"Ini mau pulang, kamu ke sini, ya."


"Iya, Pa, apa yang harus Dita bawa?"


"Enggak ada yang perlu di bawa, kamu sudah makan?"


"Sudah, Pa. Tadi Dita beli nasi di warung depan."


"Yaudah, Papa tunggu kamu sampai dulu."


"Enggak usah, Pa. Papa langsung pulang aja, Dita singgah ke market bentar untuk beli cemilan, jadi Papa enggak usah nungguin Dita, Dita janji enggak akan segera sampai ke sana.


"Yasudah, hati-hati di jalan, naik apa kamu?"


"Taxi, Pa."


"Okey, hati-hati, ya!"


"Iya, Pa."


Anindita mengelus dada lega, akhirnya dia bisa menerima permintaan Jabran, kali ini dia tidak menolaknya. Dengan segera Anindita menghubungi Jabran.


"Halo, Kak."


"Aku di depan, kamu langsung keluar aja, ya."


Mata Anindita terbelalak, dia segera keluar dari pintu kamarnya dan menyeka cepat gorden ruang tamu, jelas saja motor Jabran sudah terpakrkirkan beserta orangnya duduk sambil melihat ke arahnya sekarang.


"Udah, jangan kaget, cepat keluar," senyumnya terpancarkan begitu manis, melihat wajah pucat Anindita yang menggemaskan. Jabran yang mematikan ponsel, membiarkan Anindita cepat bersiap-siap untuk menemuinya di luar.


Sebelum pergi, sebaiknya Anindita mengubah kebiasaannya yang tidak berkabar, kali ini dia pamit pada Rama. Pintu kamar Rama di ketuk dengan kuat, karena pemiliknya pasti tidak akan dengar kalau diketuk pelan. Pintu kamar enggak dikunci, kebetulan sekali, Anindita langsung masuk saja. Rama sedang sibuk dengan game onlinenya, Anindita menggeleng kepala.


"Main game terus," Anindita geleng-geleng kepala tidak habis pikir.


"Lo mau ke mana, rapi banget?"


"Papa sebentar lagi pulang, aku gantiin ke rumah sakit, kakak mau ke rumah sakit jam berapa?"


"Sekarang lo naik taxi, kan?" tanya Rama yang sebelah tangannya membuka earphone. Anindita mengangguk sambil memejamkan matanya, seperti lelah untuk bicara.

SORRY, DIT! (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang