Kata orang, cinta itu buta. Ada yang bilang, cinta itu bisa membuatmu bahagia hingga melupakan kejadian cukup menegangkan beberapa menit berlalu. Begitu sang hawa sama sekali tidak mengeluarkan suara untuk membela dirinya meski dia harus menerima setiap perkataan keluar dari bibir sang kekasihnya.
“Yeji, please. Bicara sesuatu, kumohon,” pinta sang kekasihnya memegangi tangan kekarnya yang tak pernah ia sentuh selama ini; bisa dibilang ini pertama kalinya.
Lia sangat tahu jika kekasihnya dilanda cemburu melihat dia keluar bersama Ryujin, gadis itu sama sekali tidak pernah menunjukkan reaksinya membuat Lia merasa untuk apa melanjutkan hubungan ini? Itu yang terlintas dalam akalnya. Bagaimana sang kekasihnya tidak pernah marah padanya keluar dengan orang lain.
“…aku tidak hak untuk melarang kamu melakukan sesuatu kamu suka, Lia.”
“Kamu berhak untuk itu, Ji. Kamu adalah kekasihku,” selalu menggunakan kalimat itu saat Yeji merendah diri. Menghela napas frustrasi, sang jangkung lekas berdiri dari duduknya begitu genggaman Lia terlepas dari tangannya.
“Kita tidak usah bicarakan ini lagi,” tuturnya tanpa berbalik badan menuju ke anak-anak tangga siap diinjak kapan saja olehnya. “Aku … butuhkan waktu sementara, Lia. Maka itu, jangan temui aku jika aku belum siap bertemu denganmu.”
Bukan itu yang Lia harapkan dari Yeji. Bukan menghindari masalah-masalah begini, bukan itu. Dia ingin Yeji marah padanya dan mengatakan bahwa ia cemburu ternyata tak semudah itu Lia kira.
“Yeji, aku tak mahu!” Begitu santai menghempas alat komunikasi itu ke permukaan sofa, lekas menyusul sang kekasihnya bersiap pergi dari apartmennya. Langsung memeluk tubuh belakangnya dengan isakan kecil terdengar menciutkan perasaannya.
Sial, Yeji tidak bermaksud untuk membuat Lia menangis. Dia memang memerlukan waktu sendiri untuk menangani perkara ini. Yeji cuma berdiam diri hingga tangisan Lia mereda meski memerlukan waktu cukup lama, tidak merasa lelah berdiri di sana.
Kehangatan berkat pelukan Lia cukup menenangkannya juga dia membalik memeluk tubuh mungil itu dengan lembut. “Sebentar saja … setelah itu aku akan kembali padamu dalam dekapanmu.”
– t w i t t e r p a t e d -
Yeji mengira hari pertamanya mencoba untuk berpikiran matang dalam sebuah hubungan terlarang itu ternyata begitu sulit. Lihatlah, gadis cantik bertubuh mungil itu sedang sibuk mengurus hal dapur untuk menyiapkan sarapan pagi khas untuknya.
Sepagi sebelum matahari terbit, Lia muncul dan meraba-raba dirinya dalam ranjang, membangunkan sang tuan rumah untuk meminta izin membenarkannya menyiapkan sarapan pagi. Belum protes akan tetapi air muka Lia terlihat ada kesan-kesan bengkak dan pastinya dia menangis semalaman.
“Tadaa! Makanan kesukaanmu sudah siap!” Serunya dengan senyuman khas menghiasi wajahnya kian bertambah cantik turut sulit bagi Yeji, senyum itu membuatnya membalasnya senyum manis.
“Terima kasih atas makanannya,” ucap Yeji bersiap menyuapi dirinya, mengunyah makanan buatan sang kekasih ternyata bisa membuat rasa aneh di dalam perutnya.
“Bagaimana, kamu suka?” Yeji mendongak, menilik manik-manik indah tersebut dengan raut cemas sadari bahwa Lia itu tidaklah terlalu mahir dalam hal dapur. Mungkin dia dibantu oleh sahabatnya, Yuna dan kekasihnya, Chaeryeong.
“…ya, aku suka.”
“Bagus, berkat Ryujin aku bisa membuatmu tersenyum lagi!”
![](https://img.wattpad.com/cover/307929023-288-k47029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
twitterpated • yejisu [✔️]
Fanficsemuanya sudah melanda karena satu orang. © zvywrte ' 2O22.