t h r e e

172 23 0
                                        

Dua hari berlangsung tiada rasa hampa yang terus melekat dalam hatinya setelah menemukan sosok yang menyembuhkan rasa hampa dalam sekejap mata.

Dengan senyuman manis terlindas wajahnya, sambutan hangat darinya serta perhatian khusus untuk wanita dirawat di ranjang.

Dua hari itu Yeji terpaksa menunda ‘kan semua tugas-tugas kuliah demi menjaga dirinya kini tak terdaya baring di ranjang.

“Waktunya makan obat, Ji.”

Yeji memberenggut diam, dia juga harus memakan benda pahit akan mengalir ke tenggorokannya untuk menyembuhkan dirinya.

Lia menjadi sosok wanita yang sedang menjalani perannya sebagai ibu.

Dua hari sebelum dirinya tak mengetahui kekasihnya sakit hidupnya terasa berat, kacau.

Berkali-kali dia hubungi kekasihnya namun tak pernah diangkat.

Yuna akhirnya tak tega melihat keadaan Lia begitu langsung memberitahukan tentang Yeji.

Lia langsung kemari seusai kuliah selesai. Ditemani oleh dua sahabatnya, Yuna dan Chaeryeong.

Pasangan itu berada di ruang tengah.

“Manja sekali,” cibir Yuna bersandar bahu pada ambang pintu dengan kedua tangannya berada di saku celananya.

Yeji putar bola matanya, “apa mau kamu?”

Yuna berdecak, mendengar kalimat terdengar jutek itu lalu berjalan ke pinggir ranjang, dan menjatuhkan pinggulnya ke atas permukaan ranjang.

“Seharusnya kamu berterima kasih padaku,” ucap Yuna mengibaskan rambutnya dengan bangga.

“Kenapa?”

Alis Yeji terangkat, belum mendapatkan jawaban dari ucapan Yuna yang diseret keluar oleh kekasihnya tiba-tiba.

Alih melihat adegan dramatis itu, manik sipitnya tuju pada wanita yang terlihat suram di sana.

“Kenapa?”

Yeji duduk, mendekat kepalanya seraya mengecup dahi sang kekasihnya mendadak sendu di sana sembari memainkan bubur.

“Aku gagal ya jadi kekasihmu, aku tak tahu kalau kamu sakit. Jika Yuna tak beritahu padaku, sudah pasti aku marah besar pada diriku.”

Yeji tersenyum simpul, “bukan salahmu, ini salahku karena lupa memberitahu padamu malah memberikan informasi pada Yuna.”

“Tapi itu wajarlah, kalian ‘kan sahabat.”

Setelah Lia berujar begitu, dia berusaha senyum, mengangkat sendok ke udara siap masuk ke dalam mulut Yeji jika Yuna tak bersuara.

“Yeji itu cemburu lihat kedekatan kamu sama Ryujin makanya dia lari terobos hujan.”

“Yuna!”

Chaeryeong memukul bibir kekasihnya, setelah beri sorotan tajam darinya.

Mereka berpamitan dengan kedua manusia yang terdiam di sana.

Hening sesaat setelah sahabat mereka beredar dari apartemen Yeji.

Yeji sebenarnya ingin memaki Yuna sepuasnya jika ia telah sembuh, begitu seenaknya dia mengatakan itu pada Lia yang akan merasa bersalah padanya.

“Ji—”

“Lia, tak usahlah memikirkan kata-kata Yuna. Itu semuanya bohong.”

Lia mengatupkan kedua belah bibirnya merapat, dia seharusnya senang mendengar kalimat Yuna itu.

Tetapi saat disangkutkan dengan nama sahabatnya membuat Yeji akan merasa yakin bahwa mereka memiliki lebih daripada sebatas teman.

“Lia …”

twitterpated • yejisu [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang