Saling berbagi tatapan mata, dengan perasaan gelisah menimbulkan kesan raut di wajah mereka setelah duduk bersama gadis yang menyebabkan kencan mereka gagal.
Yuna meraih gelas dan genggamnya, “Arang … bagaimana kabarmu?”
Untuk mencairkan suasana, orang pertama yang berbicara itu adalah Yuna; sosok seorang yang periang dan banyak berbicara namun berbeda dengan Arang.
Mereka sempat menjalin hubungan dulu semasa masih remaja, tak terduga bisa bertemu hingga perubahan pada Arang cukup menggoyahkan perasaan Yuna.
Cukup memakai pakaian tanpa bahu, membuat bahunya terlihat lebar cukup menggoda mata Yeji dan Yuna.
“Kabarku baik saja, sudah lama ya aku tak melihat kalian. Bertambah cantik dan tampan.”
Yuna dan Yeji tertawa canggung, apalagi sorotan dari belakang Arang ada dua manusia yang memperhatikan mereka dengan tatapan menahan amarah mereka.
Yuna menelan ludah, melirik ke arah Yeji berbicara dengan Arang yang menepuk tangannya. Tatapan Lia maupun Chaeryeong tak lepas dari situ.
“Oh, ya, aku tak sengaja melihat mobil Yuna aku kira itu sahabatku ketika aku kuliah di luar negeri. Malah aku bertemu dengan kalian, beruntung bisa bertemu lagi.”
Yeji terkekeh, “aku penasaran dengan sahabatmu, apa dia laki-laki atau perempuan?”
Arang membalas kekehan itu, “tentu saja dia perempuan sama seperti kita. Tapi dia punya nama keluarga seperti Yeji.”
“Ah, aku ya?”
Yuna mendiamkan diri, mengamati pembicaraan mereka dengan tak masuk campur ucapan mereka. Gadis itu sedang dihadapi masalah yang benar-benar membuat hatinya tak tenteram.
Tatapan mematikan dari Chaeryeong benar buat dia segan untuk berbicara atau tertawa di sana.
Arang menyadari itu langsung memegang dahi Yuna, “kau tak sakit tapi kenapa kau terlihat gelisah?”
Yuna menarik tangannya menjauh dari dahinya, tersenyum kaku, “aku tak apa-apa, cuma memikirkan sesuatu—ah, aku pamit dulu.”
Satu lagi telah pergi meninggalkan jangkung sendirian bersama Arang.
Terdiam cukup lama, akhirnya mereka memutuskan berhenti di situ juga, Arang telah pergi karena temannya telah tiba sementara Yeji memainkan teleponnya menunggu Yuna kembali.
“Kau kelihatan bahagia saat bersama wanita itu,” ujar Lia tiba-tiba muncul bersama Yuna dan Chaeryeong. Yuna duduk di sampingnya, saling menutup bibir merapat.
“Kelihatan sangat dekat dengan kalian,” ujar Chaeryeong pula.
“Cuma teman lama,” sahut Yuna terukir senyum simpul.
Namun bibirnya berkata lain, dan hatinya juga berkata lain.
Perasaan itu tiada siapa yang tau bisa berubah kapan saja.
Chaeryeong berdecak sebal, rasa tak percaya dengan kalimat dilontarkan oleh kekasihnya, “aku malah berpikir bukan cuma teman lama tapi ada yang lain, ‘kan?”
Yuna tak menyahut pertanyaannya, sudah terjawab dan Chaeryeong pun tahu.
“Sudah aku duga,” gumam gadis itu berdiri dan mulai bergerak dari tempat itu.
Yuna memerhatikan Chaeryeong sekarang dikuasai rasa cemburu dan marah hanya menatap kekasihnya beredar dari situ sebelum sebuah tepukan dari bahunya menyadarkan ia.
“Malah bengong, sana kejar kekasihmu dan membujuk dia.”
“Bagaimana caranya?” Yuna belum beranjak dari situ, Yeji yang tidak pernah bertengkar karena hal-hal begitu ikut bertanya juga namun di dalam hatinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/307929023-288-k47029.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
twitterpated • yejisu [✔️]
Fanficsemuanya sudah melanda karena satu orang. © zvywrte ' 2O22.