f i v e

255 24 0
                                        

Dunia tepat berputar melambat tak perduli dengan langit-langit bergerak mengikuti setiap gerakannya dan tak juga perduli akan pekikan manusia setiap rasa terik matahari menyinari bumi.

Begitu banyak tempat-tempat harus mereka tempati harus menerobos keluar dengan payung melindungi kulit mereka daripada sinar matahari.

Di dalam ruangan, ada banyak pelanggan pelbagai jenis kelamin termasuklah Yuna salah satunya di sana menemani sosok wanita yang telah sempat mengacaukan pikirannya.

Seminggu selepas pertengkaran antara kekasihnya, Yuna memutuskan untuk diam diri guna mencerna setiap kata-kata yang dilontarkannya pada Chaeryeong.

Karena itu, Chaeryeong menamparnya bukan tanpa alasan. Pasti setiap katanya amat menyakitkan hatinya.

“Kamu harus mengontrol kalimat-kalimat pedas dari mulutmu.”

Arang menggeleng mendengar kisah budak cinta diceritakan oleh sahabatnya ini.

Yuna terdiam, “mungkin karena bibirku ini menyebabkan hubungan kita putus ya?”

Arang menaikkan kedua keningnya sesaat sebelum diturunkan seperti biasa setelah mencerna apa yang dikatakannya.

“Ya, memang benar — tapi bukan berarti kamu dan dia tak ada jodoh.”

Tidak, Arang masih waras. Dia rela duduk di jalanan tanpa duit daripada menjalin hubungan dengan Yuna kembali.

“Tapi …” Arang mengangkat kepalanya, matanya membulat langsung menjauhkan diri dari Yuna yang secara tiba-tiba mendekatkan wajahnya. “…kamu tak menganggap itu serius, ‘kan?”

Arang mendengus, “gila, aku masih waras! Tak mungkin aku merampas hak milik orang lain, Yuna!”

Karena kesal pada sahabatnya yang kekeh ringan di sana, dia lempar kain lap pada Yuna kemudian beranjak pergi meninggalkan Yuna tertawa sendiri di sana.

Suara ketawanya terhenti, rasa sepi kembali menghadirkan sebuah rasa hening menyelimuti seluruh ruangan itu.

Yuna mendesah, mengusap surai acakan kala wajah kekasihnya terlintas di benaknya.

Katakan saja Yuna itu cemburu, cemburunya tak melebihi dari Yeji.

Tapi dia tak bisa mengontrol emosinya setiap kali melihat Chaeryeong tersenyum atau tertawa dengan Ryujin.

Karena gadis itulah menyebabkan hubungan mereka tengang seperti sekarang.

Bukan bermaksud ingin menyalahkan Ryujin tapi dari tatapan dia, dia menganggap Chaeryeong lebih dari sahabat.

Tak hanya pada Chaeryeong.

Lia … juga salah satunya.

“Tak perlu memikirkan hal itu lagi, berikan dia waktu begitu juga padamu.”

Lamunan Yuna buyar seketika figuran menarik kursi di sampingnya dan duduk di sampingnya.

“Kali ini cuma kendali setiap katamu, singkat tapi pedas. Katamu bisa dilupakan tapi tak dapat disembuhkan.”

Yuna mendelik, dirinya tersinggung dengan perkataan Yeji tadi.

Memang benar ia periang, ramah namun setiap katanya dilontarkan pasti ada yang terasa.

Bisa dikatakan dia tak terlalu mahir berbohong kepada orang lain, apa yang terlintas di akalnya itu akan dikeluarkan dari bibirnya.

Yeji sibuk mengamati orang lalu-lalang lewat jendela kaca di depannya, begitu tenangkan hatinya.

“Kamu dengan Lia sudah berbaikan?”

Yeji melirik kearahnya sekilas, “seharusnya aku yang patut menanyakan itu padamu.”

twitterpated • yejisu [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang