Jeon Soon dan Park Jimin pt.3

455 69 10
                                    






"Mama.."

"Anak mama hebat.
Bisa bertahan hingga sekarang.
Mama sangat bangga."

"Aku rindu mama."

"Mama tau.
Jangan menangis lagi sayang.
Semua sudah berakhir.
Kau berhasil nak."

"Tapi aku rindu padamu ma.
Dan juga padamu pa..
Kak Yuan..
Aku rindu kalian.."

"Kami juga merindukanmu dik..
Kau tidak usah khawatir,kami akan selalu ada di dekatmu."

"Papa,mama dan kakakmu sudah tenang di sini.

Jangan terus larut dalam kesedihan.
Sebab hidup harus  berjalan.
Kau akan tumbuh menjadi anak kebanggaan dan masa depanmu akan kau raih nak."

"Iya, dan kami akan selalu ada di sini, tepat di sini, menemanimu selalu."

"Kami tidak pernah pergi sayang."

"Kakak menyayangimu Jimin"

________










Jimin membuka matanya dan mendapati tangannya berada di bagian dadanya,di mana tadi Mama,papa dan Kakaknya menyentuhnya.

Nafasnya terasa berat saat menyadari bahwa tadi itu  hanya sebuah mimpi.
Nyatanya,dia masih di sini dengan rindu yang sama.
Rindu yang tidak akan pernah lagi terobati,meskipun mereka mengaku bahwa mereka tidak pernah meninggalkannya.

"Sudah bangun ternyata."

Sontak dia berpaling ke arah suara dan mendapati sang kakek yang sedang berbaring tepat di sampingnya.

"Kakek.."

"Tidurmu nyenyak?"

Jimin mengangguk.
Kemudian dia perlahan bangkit dan duduk.

Kakeknya mengikuti langkahnya dengan bangun dan menyandarkan punggungnya di kepala tempat tidur.

"Masih terlalu pagi."
Ucap Park Sun menatap ke arah jendela.
Jiminpun melakukan hal yang sama.
Benar ucap sang kakek, di balik kaca jendela yang menjulang tinggi itu hanya ada semburat kecil cahaya.
Ini masih terlalu pagi.
tapi Jimin tidak berniat untuk melanjutkan lagi tidurnya.

"Kau sudah siap untuk hari ini hm?"
Belaian si kakek pada rambutnya berhasil mengagetkan Jimin.

Jimin berpaling, mencoba menetralkan nafasnya.

"Apa?"
Tanyanya.

"Kakek bertanya, apa kau sudah siap untuk menghadapi persidangan nanti?"
Park Sun memperjelas maksudnya.

Seakan seribu butiran es tiba-tiba menghujani hatinya.. Jimin berdesir darahnya saat dia disadarkan tentang apa yang akan mereka hadapi hari ini.

Dia tidak tahu harus menjawab apa. Kata yang keluar pertama kali hanyalah..
"Kakek.."

"Kalau kau belum siap bilang saja.
Kita bisa undur persidangannya."
Ucap Park Sun, seperti biasa.
seolah-olah dia sudah bisa membaca pikiran sang cucu.

Jimin menatap kearah lututnya.
Otaknya berusaha mencari jawaban.
Batinnya berkata bahwa
Ini bukan masalah dia siap atau tidak.
Tetapi dia memang sama sekali tidak ingin bertemu lagi dengan pria itu.

"Jim?"
Park Sun bersuara lagi karena mendapati Jimin yang terdiam.

Jiminpun mendongak.
"Kakek.
Apa semua akan baik-baik saja?"
Tanya Jimin.
Ya,lebih baik dia tahu situasi apa yang akan dihadapi,daripada menanyakan perasaannya tentang dia siap atau tidak.

Find My Voice [Temukan Suaraku] Park Jimin ✅ ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang