Bantuan

24 4 2
                                    

"Semoga panjang umur ya pak, makasih loh tugasnya, gak ngotak sama sekali" Kei menoleh dan mendapati Steny yang baru memasuki kos dengan wajah yang tertekuk parah, jangan lupa ocehannya sebanyak kakinya melangkah dan berbaring di sofa panjang ruang tamu.

"Kenapa dia?" Kei kembali menoleh saat seseorang duduk di sebelahnya. Itu Helene, nampaknya baru selesai mandi.

"Tugas kampus kayaknya" Helene mengangguk mendengar jawaban Kei.

Memang, Steny itu terbilang yang sangat sering mengeluh tentang tugasnya. Karena entah bagaimana semua dosennya seperti bekerja sama dalam menumpuk tugas di masing-masing mata kuliah dengan deadline yang tidak wajar. Mengingat itu kembali membuat suasana hati Steny semakin memburuk. Dia benar-benar ingin menangis kali ini.

"Kei" lirihnya, Kei jadi prihatin.

"Kenapa teh?" sempat kembali hening. Kasian sekali manusia bebek satu ini. Pasti saat ini benar-benar tertekan.

"Aku butuh asupan nutrisi untuk bisa lebih kuat menjalani semua tekanan yang terjadi di kehidupanku saat ini Kei" 

"Terus?" Ia sedikit terkejut saat dengan tiba-tiba Steny menoleh kearahnya dengan ekspresi yang, entahlah terlalu aneh menurutnya.

"Masakin dong" helaan nafas terdengar setelahnya. Namun ia tetap beranjak untuk membuat sesuatu yang mungkin bisa menghibur sedikit hati teman sekaligus kakaknya itu.

Hanya tinggal Celune, Askar, Helene dan Steny disana. Ya, Askar sudah terbiasa dengan tingkah laku para penghuni kos tempat kekasihnya ini. Tidak ada percakapan, mereka lebih memilih menyibukan diri sendiri. Helene dengan ponselnya, Celune dan Askar yang fokus dengan filmnya, dan juga Steny yang kembali merenungi nasibnya. 

"Len, charger laptopmu kepakai gak?" Helene menoleh ke arah Altha yang ada di ambang pintu kamarnya.

"Pakai aja, ada di tas laptop"

"Sip, minjem ya" setelahnya Altha masuk ke kamar Helene untuk mengambil Charger laptop.

Setelah mendapatkan yang dibutuhkan, ia tidak langsung masuk ke kamarnya. Melihat Steny yang seperti tidak ada kehidupan menarik perhatiannya. Di tepuknya kaki itu dan menggesernya dengan paksa untuk turun dan duduk di sana. Sekarang posisi Steny sangatlah aneh. Kaki yang berada di bawah dan badan yang masih berada di sofa. Kalian bayangkan sendiri seaneh apa posisi itu.

"Kenapa sih kenapa? Ada masalah apa?" tanya Altha yang sedikit prihatin dengan keadaan teman satu kosnya ini.

"Itu bapak satu, tugas yang kemarin aja belum beres udah di kasih lagi" ini yang dibutuhkannya. Ia membutuhkan tempat untuk mengeluh. Untung saja ada Altha.

"Kan kebanyakan dosen emang suka gitu Sten, kamu udah semester segini masa sama sekali gak terbiasa" ujar Altha membuat Steny semakin menatap sedih Altha. Tidak imut, dia justru ingin melemparkan bantal ke wajah itu.

"Ya kalau tugasnya cuma nambah nyari bahan atau bikin PPT atau tugas kelompok mah gapapa, ini loh disuruh bikin novel, novel loh Tha novel, agh" sahut Steny dengan nada yang terdengar sangat menyimpan amarah.

"Kok bisa?" itu Askar, rupanya lelaki itu cukup tertarik dengan kesengsaraan yang menimpa teman kos kekasihnya ini.

"Gak tau, gak paham aku sama jalan pikiran itu bapak, mana cuma dikasih waktu 2 bulan, gila aja" Steny benar-benar pasrah dengan keadaaannya saat ini. Ia jadi menyesal mengambil mata kuliah bapak itu.

"Udah gapapa Sten, nanti kan bisa dibantu" ujar Celune mencoba menenangkan. Steny yang mendengar kata bantuan segera merubah posisinya menjadi duduk dan menatap antusias semua yang ada di sana.

Secret Story Of IZ*ONE LJPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang