Chapt. 3; SMA Darhakti 48

3.1K 255 4
                                    

Halo semua, karena besok gue sibuk.. jadi up nya pas sahur hehe

Selamat sahur..

Author POV

Keesokan harinya, hari Selasa yang cerah, Zee bersiap menghadapi hari pertamanya di SMA baru. Ini bukan sembarang sekolah, sekolah milik sang ayah; SMA Darma Bhakti 48 atau yang kerap di sebut sebut sebagai SMA Darhakti 48.

"Zee, Chika, Christy, ayo cepet! Udah siap belum?" Teriak Gracio dari lantai bawah, menunggu anak-anaknya.

"Udah!" jawab ketiganya serempak, kemudian mereka turun dari kamar masing-masing.

"Ayo, cepat. Zee kan harus perkenalan dulu. Papa juga harus ikut," tambah Gracio, suaranya sedikit terburu-buru.

"Ma, pamit ya!" ucap Zee, Chika, dan Christy serentak sambil mencium pipi Shani, ibu mereka.

Mereka semua masuk ke dalam mobil, dan Gracio segera menyalakan mesin, membawa mereka menuju SMA48. Perjalanan memakan waktu 30 menit, dan selama itu, suasana mobil dipenuhi obrolan ringan antara Chika dan Christy, sementara Zee hanya duduk diam, menatap pemandangan di luar.

Sesampainya di sekolah, Chika melirik Zee dan berkata, "Good luck ya, Zee. Kakak duluan!" Chika melambai sebelum turun dari mobil, disambut anggukan singkat dari Zee.

Gracio mematikan mesin. "Ayo, Zee, Christy," ajaknya, membuka pintu mobil.

Mereka memasuki lorong sekolah yang tampak modern dan penuh teknologi canggih. Namun, bagi Zee, fasilitas ini masih terasa jauh dari sekolah lamanya di Amerika. Nuansanya berbeda-lebih hangat tapi juga asing.

"Ini kelas kamu sama Christy," kata Gracio sambil mengantarkan mereka. "Ayo, kenalkan diri kamu."

Sesaat sebelum mereka masuk, seorang guru memperkenalkan Zee di depan kelas. "Anak-anak, kita punya murid baru hari ini."

Christy sudah duduk bersama temannya, Muthe, ketika Gracio berdiri di depan kelas dengan penuh wibawa. "Halo semuanya, saya Mr. Gracio. Saya ingin memperkenalkan anak saya, Zee."

Zee melangkah maju, menatap para siswa yang kini tertuju padanya. "Halo semuanya, nama gue Azizi Caesar Asadel, kalian bisa panggil Zee. Gue pindahan dari Amerika. Mohon bantuannya," ucapnya singkat dengan sedikit membungkukkan badan.

Gracio menepuk bahunya lembut. "Baiklah, Papa tinggal ya," katanya sebelum pergi untuk menghadiri rapatnya.

Zee ditunjukkan tempat duduk di sebelah seorang gadis bernama Ashel. Dengan senyum ramah, Ashel memperkenalkan diri, "Salam kenal, aku Ashel."

"Salam kenal juga, gue Zee," balas Zee, sambil mencoba tersenyum, meskipun masih merasa canggung di lingkungan barunya.

Waktu istirahat tiba, dan Christy menghampiri Zee. "Zizoy, mau ke kantin nggak? Kalau nggak, aku duluan bareng Muthe."

"Engga dulu deh, males gerak," jawab Zee malas.

Christy mendengus, "Baru hari pertama aja udah males gerak. Gimana kalo nanti jadi ketua OSIS?" Dia lari keluar kelas, meninggalkan Zee sendirian.

Tak lama kemudian, Ashel kembali bersama teman-temannya-Kathrina, Marsha, dan Indah, kelompok yang biasa disebut K.A.M.I. Mereka semua mengambil tempat di sekeliling Zee.

"Zee, aku sama teman-temanku duduk di sini nggak apa-apa kan?" tanya Ashel, memastikan dia nggak mengganggu Zee.

Zee hanya mengangguk pelan. Kathrina yang penasaran langsung berbisik ke Ashel, "Itu murid baru dari Amerika ya? Anaknya Mr. Gracio?"

"Yap, namanya Zee," jawab Ashel.

Tak lama, datanglah Aran dan gengnya, Olla, Adel, Oniel, dan beberapa teman lainnya, membawa makanan dari kantin. Mereka mendekati Zee dengan ekspresi penuh penasaran.

"Eh, anak baru nih. Gue Aran, salam kenal!" ucap Aran sambil menjulurkan tangan.

"Salam kenal, gua Zee," balas Zee singkat.

Obrolan ringan terjadi di antara mereka, sampai akhirnya Mira, salah satu anggota geng Aran, membisikkan sesuatu yang membuat Zee terdiam. "By the way, lu tau ngga, kakak lu punya pacar?"

"Who?" tanya Zee, bingung.

"Dia tuh, yang tadi kenalin diri ke lu, Aran."

Zee menoleh, menatap Aran dengan mata tajam. "Ran!" panggilnya.

Aran menoleh. "Apa?"

"Lu pacar kakak gue?" tanya Zee tegas.

Aran tampak terkejut sesaat, tapi akhirnya mengangguk dengan senyum yang sedikit canggung. "Yap, gua pacarnya Chika."

Zee memperhatikan Aran dengan tatapan penuh selidik. "Kok lu deket banget sama cewek-cewek?"

Aran mendadak kikuk, lalu menjawab dengan hati-hati. "Mereka temen gue, Zee. Nggak ada yang aneh."

Sementara itu, di sisi lain kelas, Ashel dan gengnya sibuk dengan obrolan mereka sendiri. Kathrina melontarkan pertanyaan iseng, "Eh, menurut kalian, Zee itu straight apa nggak ya?"

Ashel hanya tertawa kecil mendengar spekulasi temannya, sementara yang lain melanjutkan obrolan mereka dengan santai.

Waktu berjalan, dan tanpa disadari Zee mulai merasa lebih akrab dengan Aran dan gengnya. Mereka ngobrol tentang banyak hal-mulai dari sekolah, hingga tempat nongkrong di sekitar.

Ketika waktu pulang tiba, Zee kembali menemui masalah. "Ck, kenapa sih ka chika sama Christy pulang duluan," gerutunya sambil menunggu jemputan.

Tak jauh dari sana, Ashel juga menunggu jemputan dengan raut wajah kesal. "Ini mama belum jemput juga, hadeh."

Zee melirik Ashel dan menawarkan, "Mau bareng?"

Ashel tampak ragu. "Emang kita searah?"

"Satu perumahan kan? Bareng aja, nggak repot kok," balas Zee santai.

Mereka pun pulang bersama, diantar oleh supir Zee. Setelah 30 menit, mobil berhenti di depan rumah Ashel.

"Bye, Zee. Makasih ya udah nganterin!" seru Ashel sambil melambai.

Zee membalas senyuman itu sebelum supirnya melajukan mobil kembali. Kini, Zee hanya ingin segera sampai di rumah dan berbaring di kasurnya yang nyaman, mencoba mencerna semua hal yang terjadi di hari pertamanya.


To be continued ..

"dalam hidup ada kalanya sesuatu tidak berjalan sesuai harapan, ada kalanya kita harus menerima dan mengikhlaskan mereka yang telah pergi."-

A&A END ( Sedang Dalam Tahap Revisi )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang