Keputusan

37 5 0
                                    

Bingung, Panik, khawatir bercampur jadi satu dalam diri Sagara.
Ia mengguncangkan pelan Midori dengan harapan perempuan itu sadar, namun itu tak kunjung terjadi.

Satu hal yang ada dipikiran nya sekarang 'Rumah Sakit'.

Sagara dengan cepat meraih handphonenya dan ingin memanggil ambulans, tapi hal itu dia urungkan karena dia pikir kondisi Midori tidak terlalu parah.
"Taksi! Taksi!" Teriak Sagara saat ada taksi yang lewat.

Taksi yang dipanggil pun mulai menepi sesuai arahan. Supir taksi itu membuka jok penumpang agar Sagara bisa dengan leluasa masuk ke taksi sambil menggendong Midori yang sudah tak sadarkan diri.

"Ke rumah sakit terdekat pak!"

Supir taksi itu dengan cepat membawa mereka menuju Rumah sakit terdekat di area itu.

Saat sampai di rumah sakit, Sagara dengan cepat menggendong Midori ala bridal style menuju UGD rumah sakit setelah lebih dulu membayar ongkos taksi.

"Tolong!! Dia tadi pingsan saat kami sedang berjalan."

Para tenaga medis disana dengan sigap mengecek keadaan Midori sambil mendengarkan kronologi keadaan dari Sagara.

Setelah beberapa menit memeriksa Midori, seorang pria yang Sagara duga adalah dokter umum disitu berbisik kepada perawat. Dan perawat itu segera pergi.

"Ada apa dengannya Dok?" Tanya Sagara khawatir.

"Dia tidak apa-apa, saya pikir keadaan nya tidak berbahaya. Dia hanya kehabisan energi dan ada beberapa gejala kecil. Hanya saja saya pikir lebih baik jika dia ditangani oleh orang yang lebih ahli di bidangnya."

Sagara cukup bingung dengan yang dikatakan dokter itu. Namun tiba-tiba dokter itu meminta izinnya untuk membawa brankar Midori menuju ke suatu tempat karena Midori yang belum juga sadarkan diri.
Dirinya yang juga tidak begitu tau mengenai hal tersebut hanya bisa meng-iyakannya.

Sagara mengikuti kemana mereka  mendorong brankar Midori.

Dia terhenti setelah melihat kemana mereka membawa Midori masuk. 'Sanfujinka'(dokter kebidanan dan Kandungan).

Sagara sedikit menegang. Nilai biologinya terlalu tinggi jika sampai tidak mengerti kenapa Midori di bawa ke sini.

Sagara berusaha mensugesti dirinya bahwa hal yang ada di pikirannya tidak terjadi.

Namun....
Pupus sudah harapan Sagara. Apa yang begitu ia takutkan akhirnya terjadi. Terlihat didalam ruangan Midori sudah sadar dan sedang diperiksa oleh seseorang yang dia yakini adalah dokter SpOG.

Fokus Sagara teralihkan saat melihat layar monitor berwarna hitam yang menampilkan sebuah titik aneh yang bergerak-gerak.

Sejenak Sagara takjub akan hal itu. Namun segera tersadar karena perkataan dokter bahwa itu adalah embrio yang sedang ada dalam perut Midori.

****

Setelah keluar dari rumah sakit, mereka berjalan menuju taman dengan saling diam.

"Midori, bagaimana keputusan mu?" Akhirnya Sagara memecah keheningan

"Aku akan mempertahankan  dia apapun yang terjadi dengan atau tanpamu." Midori menjawab pertanyaan Sagara dengan sangat lugas

"Tidak, ayo kita menikah!! Aku bukan pria pengecut yang hanya bisa menanam benih lalu meninggalkannya."

"Kamu tidak perlu bertanggungjawab jika memang tidak mau. Aku tidak keberatan membesarkan dia, karena tanpamu pun kami akan hidup." Sambungnya lagi tanpa memberikan Sagara kesempatan menjawab.

NIJITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang