Who Is He??

18 3 0
                                    


"Ingat ya sampai sana kamu langsung catat untuk perbandingan!" seru Raysa kali ini tidak ingin ada kesalahan lagi.

"Baik kak, aku pastikan tidak akan lupa buat catat semuanya," kata Mika mencoba mengingat perkataan dan petunjuk dari Raysa agar tidak membuat kesalahan.

Namun, belum sampai di toko itu.  Mika yang mencari pulpen di dalam tas mungilnya itu, seperti ada sesuatu yang tidak beres.

"Ada apa?" tanya Raysa sudah merasa ada hal aneh saat ini.

"Kak itu ... Pulpennya nggak ketemu yang biasa aku pakai," jawab Mika berbicara sebentar saja sudah keringat dingin karena, ketakutan akan kemarahan Mika.

"Bukannya kamu selalu bawa ke mana aja itu pulpen?" tanya Raysa sudah tidak mengerti kenapa semua ini terjadi di saat penting.

"Maaf, Ka. Nanti saya usahakan catat lewat handphone kalau pulpennya tidak ketemu," jawab Mika serba salah juga merasa bingung pulpennya dimana sampai tidak bisa menemukannya

"Ya sudah kita lanjut jangan sampai ke sorean ke sana," kata Raysa sudah tidak menganggap masalah itu karena, hanya pulpen aja dan banyak cara untuk mencatat semuanya nanti.

Mika yang melihat perubahan sikap Raysa tidak marah padanya karena, masalah kecil seperti itu. ia mencoba memperbaikinya dengan mendownload aplikasi catatan di handphone miliknya, supaya Raysa tidak kecewa lagi dengannya.

***

Di Toko Material

Seorang laki-laki memakai setelan jas mengecek satu persatu bahan-bahan di toko miliknya seperti, tidak ada satu celah yang dilewati memeriksa ketersediaan bahan bangunan dan kualitas tersebut.

"Pak, di sini berapa orang yang jaga toko hari ini?" tanya pemuda itu sangat ramah namun, terlihat tegas dari ucapannya itu.

"Sebenarnya ada 3 orang tapi, satu orang izin ada urusan keluarga," jawab laki-laki separuh baya menunduk berbicara dengan pemuda tersebut.

"Ya sudah nanti biar saya gantikan kalau gitu tolong, bawakan kaos panjang hitam di mobil dan jas ini letakkan di dalam ya," pinta pemuda itu memberikan jas warna hitam supaya tidak kotor terkena debu tanah.

"Siap Bos," ucap laki-laki separuh baya itu yaitu salah satu karyawan langsung mengikuti perintah dari atasannya itu.

Di salah satu sisi, Raysa merasa tidak asing dengan pemuda yang dipanggil bos oleh pegawai toko material itu. Namun dirinya yang penuh dengan rasa gengsi yang tinggi itu, malu untuk bertanya langsung dengan pemuda tersebut.

Raysa pun yang mempunyai ide untuk mencari tahu pemuda itu dengan cara, meminta bantuan dari Mika untuk menanyakannya langsung tanpa perlu repot-repot menurunkan rasa gengsinya itu.

"Mika, kamu lihat pemuda itu yang lagi berjalan ke arah kita kan?" tanya Raysa berbicara sangat pelan sekali supaya tidak terdengar oleh pemuda itu.

"Iya Kak, memangnya kenapa ya? Dan itu siapa ?" jawab Mika yang tidak sengaja membuat Raysa kesal hingga, membuang nafas kasar.

"Mika, gue nyuruh lihat ke sana biar Lo yang tanya nama dia siapa. Bukan malah tanya ke gue," geram Raysa menahan emosinya untuk tidak marah di depan umum.

"Maaf, Kak. Maksud aku bukan begitu tadi, hanya saja kok seorang pemuda berpakaian rapi dan jas datang ke toko material," ucap Mika jadi serba salah kalau sudah dalam situasi seperti saat ini.

"Makanya jadi orang itu jangan langsung gitu saja! Kamu itu kalau saya minta lihat, berarti ada sesuatu dan biasakan peka terhadap sekitar. Sudah paham!" tegur Raysa tidak mau tahu kalau ada kejadian seperti tadi.

Mika yang mendengar Raysa terus memarahinya karena, salah pahaman itu hanya bisa menundukkan kepalanya ke bawah dan tidak berani untuk menatapnya.

"Sekali lagi, Mika minta maaf kak Raysa," sesal Mika tidak ingin menambah masalah dengan Raysa lalu, menanyakan langsung kepadanya. "Apa yang harus Mika lakukan saat ini?"

"Kamu pergi ke sana dan kenalan dengannya karena, aku merasa tidak asing lihat wajahnya itu," pinta Raysa memberitahu niatnya dari awal dan juga kalau situasi seperti ini memudahkannya untuk memanfaatkan juniornya itu.

"Harus aku ya, Kak Raysa. aku itu type pendiam orangnya dan pemalu," ujar Mika ragu ketika sudah diberitahu apa yang harus ia lakukan sesuai permintaan seniornya.

"kamu ingat ya, aku nggak mau tahu soal itu terpenting apa yang aku minta tadi harus dikerjakan sekarang atau ...." Ancam Raysa yang belum selesai bicara langsung diputus oleh Mika.

"Baik kak, aku akan pergi ke depan tapi, jangan buat aku susah untuk bekerja sama dengan kak Raysa. Mika mohon ya kak ...," pinta Mika yang memasang wajah melasnya supaya Raysa mau menerimanya.

"Ya sudah, sana jangan pakai alasan lagi kalau mau lho selamat dari kerjasama kita!" seru Raysa sengaja menyuruhnya cepat pergi untuk kepentingan pribadi.

Mika yang sudah tidak berbuat apa-apa lagi hanya bisa pasrah dan berlapang dada karena, semua ini demi kerjasama yang sudah ia rencanakan dan tidak ingin berantakan dalam waktu sehari.

"Sabar Mika ... Ikutin saja permintaan Kak Raysa, mau bagaimanapun juga dia senior dan rekan kerjamu. Hari ini saja kamu mengorbankan rasa malumu," batin Mika merasa berat karena, hanya masalah kecil saja bisa menghancurkan pekerjaannya selama ini.

Mika berjalan perlahan untuk mendekati pemuda itu yang tengah sibuk mengurusi beberapa pekerjaannya namun, tanpa disadari oleh Mika dan juga Raysa sedari tadi. pemuda itulah yang sudah memperhatikan mereka berdua, sebelum turun dari mobil untuk menemui karyawan toko miliknya.

"Permisi mba, ada yang bisa saya bantu?" tanya pemuda itu melirik Mika berjalan mendekatinya.

"Ekh?!" Mika terkejut karena, belum siap dirinya untuk berbicara dan baru saja menyiapkan mental, sudah keduluan pemuda tersebut yang menanyakan terlebih dulu.

"Maaf mba, kalau saya buat mba kaget dengan ucapan saya tiba-tiba," ucap pemuda itu dengan sangat sopan meminta maaf walaupun, bukan kesalahannya sudah membuat Mika terkejut.

"i ... Iya saya ti ... Tidak apa-apa. Saya sendiri yang salah. Bapak ke sini ada urusan apa ya?" tanya Mika reflek menanyakan masalah pribadinya.

"Owh, saya itu owner dari material di sini dan lagi ingin mengawasi perkembangan dari toko ini sendiri karena, sudah lama tidak pernah datang ke sini," jawab pemuda itu dengan senyuman menawan membuat hati Mika berdebar.

"Oh, iya, sampai lupa nama kamu siapa? Kalau saya Mika dan itu teman kerja sama Raysa. Kebetulan juga, saya lagi ada projek di kantor ini  boleh minta rekomendasi untuk bahan bangunan dong?" tanya Mika langsung kepada inti bicara dan tanpa sadar membuat Raysa yang sedang memperhatikan jeniornya itu membuatnya semakin kesal sambil menggerakkan jari telunjuknya yang  kanan tidak bisa diam.

Aries Love Of Story  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang