♣♣♣
Suasana kantin sekolah yang begitu ramai. Membuatku hanya bisa menghela nafas kala akan mengantri membeli makanan.
"Bu. aku bakso satu!" bodo amat dengan orang yang menatapku dengan gelogat seperti tak terima. Aku hanya ingin makan. Itu saja.
"Aku Bakso satu. Di bening, namanya Safira. Aku duduk di bangku nomor 25. Tolong antarkan segera!" beres! Aku melangkah menuju bangku yang ku sebutkan barusan.
Aku menunggu pesanan sembari membaca buku yang ku bawa dari rumah. Masih ingat dengan Novel 'Lubang Hitam'? Yaps, Aku membaca buku itu.
"Ini, Baksonya. Dengan Nama Safira, kan?"
"Ah iya. Makasih ya Bu! Dan ini uangnya." asap dari kuah Bakso masih mengepul, membuat aromanya tak sengaja ku hirup.
"Kau memesan dengan berteriak lagi?" Viro sudah ada di samping ku.
"Iya." Aku tak menatap Viro. Aku lebih fokus memakan bakso.
"Jangan seperti itu. Tidak sopan. Orang-orang berusaha mengantri membeli makanan. Tapi Kau? Hanya berteriak lalu menunggu." dan sekarang Aku menghentikkan acara makan ku. Ku tatap Viro dengan lekat.
"Memang nya Kau tak seperti itu?"
"Tidak."
"Hilih! Omong kosong." Viro sepertinya tak membalas ucapanku. Ia lebih memilih membaca buku komik.
"Ah iya, Ra. Apa Kau tau siapa penulis buku 'Lubang Hitam' itu?"
"Hanya tau namanya. Tidak tau orangnya."
"Siapa namanya?" berhubung Aku malas menjawab. Aku serahkan saja buku nya pada Viro. Biarkan saja Dia membaca sendiri.
"Ziella Anastasya." gumamnya. Entah kenapa. Viro seperti tergesa gesa membuka ponselnya.
"Kisah dalam Novel Lubang Hitam adalah kisah nyata dari sang penulis." ucapan Viro mampu membuatku tersedak kuah bakso. Aku segera meneguk minuman yang dibawa oleh Viro.
"Kau jangan bercanda, Viro!" ucapku sebal setelahnya.
"Kau pikir Aku bercanda? Lihat saja ini. Ini artikel tentang identitas sang penulis. Dan penulisnya memang dirinya sendiri. Ziella Anastasya."
"Berarti. Kalau itu kisah nyata. Alamatnya pun, memang nyata?" Viro mengangguk.
Jadi, cerita pembunuhan itu memang benar adanya. Ku kira hanya fiksi belaka.
"Memang. Buku ini menceritakan tentang apa?" Viro tak berani membuka lembarannya. Masih ingat jika Viro pernah berkata, jika Ia tak menyukai cover nya? Viro memang seperti ini. Jika suatu hal yang Ia tak suka, Ia tak akan menelusuri lebih jauh. Namun, entah mengapa, Ia malah mencari nama 'Ziella Anstasya' di laman pencarian.
"Pembunuhan. Keluarga Ziella di bunuh entah oleh siapa. Ziella seperti mengajak pembaca untuk membantunya mencari pembunuh itu."
"Penulis yang handal!" Viro bertepuk tangan untuk ucapannya sendiri.
"Apa Kau mau ikut membantu Ziella mencari pembunuh itu?"
"Menarik. Ayok!"
♣♣♣
Mata Viro melirik Ku. Lantas melirik Andi. Siswa di kelas Kami yang pandai menyelesaikan masalah. Seperti teka teki contohnya.
Kami akan mengajak Andi untuk membantu Ziella.
"Kau saja yang mengajak nya." bibir Viro bergerak berbicara pada Ku.
"Kau kan cowok. Andi juga cowok. Akan lebih enak jika Kau yang mengajak nya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak dalam Kata
FantasySafira Adhena Sukma Putri. Gadis remaja yang harus masuk dalam sebuah kisah Novel yang sedang ia baca. Ini bukan tentang perpindahan jiwa dari sang pembaca kepada sang pemeran. Ini nyata. Safira yang mendadak menjadi peran utama. Pembunuhan. Itulah...