Safira Adhena Sukma Putri |1|

2 2 0
                                    

♣♣♣

Setiap aksara yang tertera, Ku baca dengan khidmat. Lantunan musik yang mengalun indah, terdengar keras di telinga. Apalagi, di tambah angin sore yang menyejukkan. Hingga, rambut ku yang gemulai bergoyang karna ulahnya.

"Kau belum pulang?" aku menolehkan kepala. Terdapat Laras, temen sekelasku.

"Belum. Masih ingin disini." Laras tersenyum hangat. Kalau boleh jujur, aku kagum dengan senyuman Laras. Lesung pipit di pipi nya yang menjadi ciri khas.

"Baiklah. Aku duluan, ya!" tanpa ku respon, Laras pasti sudah tau jawabanku apa.

Ku lihat sekeliling. Ternyata sudah sepi.

Aku mengangkat tangan kiri ku untuk melihat jam. Pukul 5 sore. Pantas saja sepi.

Buku yang sedang ku baca, kini ku tutup. Dan dimasukan ke dalam ransel hitam ku. Aku akan pulang sekarang.

♣♣♣

Malam ini, hujan turun sangat deras. Hingga mengalahkan suara televisi yang selalu begitu keras di putar. Aroma khas dari tanah pun mulai menyeruak dalam indra penciumanku.

Dengan ditemani secangkir susu coklat panas, aku mengerjakan beberapa tugas yang diberikan guru padaku.

Pintu kamar ku terbuka perlahan demi perlahan. Hingga memunculkan sosok yang mirip dengan ku. Namun, dia Lelaki.

"Ayah membeli koleksi buku baru lho, Ra!" ujarnya

"Oh ya? Buku apa?" aku merespon masih dengan pose menulis.

"Novel. Kalau tidak salah, judulnya itu lubang hitam."

"Emm. Kau sudah membacanya?"

"Belum. Cover nya menyeramkan. Aku tidak suka." Aku tak membalasnya. Karna menurutku, itu adalah sebuah pernyataan, bukan pertanyaan.

"Kau baru mengerjakan tugas?" Ia mulai mendekatiku. Dia ini Viro. Saudara kembar ku.

"Iya. Memang nya kau sudah selesai?"

"Sudah lah." ucapnya dengan bangga. Memang ya, jika tugas kita sudah selesai dari orang lain itu. Rasanya, lahh sudah lah tidak kebayang. Kalian pasti tau.

Aku mulai membereskan beberapa tumpukan buku tugas yang sudah ku selesaikan. Aku akan membaca buku yang di maksud Viro barusan.

"Kau tertidur?" Viro sudah dengan nyaman tidur di kasurku. Dasar!

Di tengah suara air hujan yang mengenai genteng rumah, aku berjalan perlahan untuk menuju perpustakaan. Ayah Kami, sengaja membuatkan perpustakaan pribadi di rumah. Karna, Kami sekeluarga, suka membaca. Aroma khas dari buku mulai menyeruak. Tumpukan buku begitu berjajar rapi di tempat nya. Aku berjalan menuju rak buku Novel.

"Ayah?"

"Safira? Kau mau membaca?" Ayahku mulai mendekati sembari membawa buku Pengetahuan Umum.

"Ya. Kata Viro, Ayah membeli koleksi Novel baru? Aku ingin membacanya."

"Buku nya sedang di baca Ibu." Ayah menunjuk Ibu yang sedang anteng membaca di kursi kayu panjang, yang sengaja di sediakan oleh Ayah. Ayah memang hebat dalam menempatkan beberapa interior rumah.

"Oh. Baiklah." Aku mendekati Ibu.

"Ibu. Bagaimana Novel nya? Apakah seru?" Ibu menolehkan kepala sembari tersenyum padaku.

"Sangat seru!"

"Aku ingin membacanya!"

"Sebentar ya! Ibu nanggung. Satu halaman saja lagi." Aku mengangguk. Sembari menunggu, Aku akan membawa beberapa jenis camilan untuk menemaniku membaca.

Terjebak dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang