Suara adzan menggema kala waktu solat subuh telah tiba. Ibu telah membangunkanku sejak jam 4 pagi tadi. Karna Aku anak perempuan, jadi Aku yang membantu Ibu beres-beres rumah.
Kali ini, Aku di tugaskan untuk membangunkan Viro.
Kami akan melaksanakan solat subuh berjamaah.
"Viro! Solat subuh dulu! Ayah sama Ibu udah nunggu di bawah, tuh!"
"Ya!" oke. Jika Viro sudah menjawab, Viro pasti akan segera ke bawah.
"Aku duluan ya!" tak ada jawaban dari Viro. Ya sudah, Aku duluan saja.
Entah kenapa. Suasana subuh itu lebih nyaman di banding malam, siang, ataupun pagi. Yang menjadi ciri khas sih, suara kokokan ayam. Dan, yang paling aku rasakan adalah. Adzan yang berbeda dari adzan lainnya. Emm maksudku bukan adzan nya yang berbeda. Tapi, ada tambahan dalam adzan nya. Yang aku tau artinya adalah 'solat lebih baik daripada tidur'.
Apalagi jika suasana subuh menjelang idul fitri.
"Viro nya mana?" Ibu sudah siap dengan mukena putih nya, serta Ayah yang sudah siap pula dengan baju koko serta sarung.
"Ada. Dia menyusul sebentar lagi." Ibu mengangguk.
Aku segera memakai mukena kala Viro sudah sampai di mushola kecil di rumah kami.
"Ayok, mulai."
Suara takbir dari sang imam, yaitu Ayah. Membuat kami segera merapikan shaf. Menandakan, solat akan dimulai.
Setelah kewajiban kepada Tuhan telah terlaksana. Biasanya kami langsung melakukan aktivitas lainnya. Seperti diriku yang mandi untuk berangkat ke sekolah. Dan, Viro yang sudah duduk manis di depan tv, hanya untuk menonton siaran favoritnya.
"Viro. Ibu simpan bekal makanmu di atas lemari es, ya!" kalau Ibu sih, sudah pasti banyak pekerjaan nya. Seperti saat ini. Sibuk menyiapkan keperluan Ayah untuk pergi bekerja, serta anak kembarnya ini. Ibu emang hebat, deh!
"Iya, Bu. Makasih."
"Viro. Mandi sana. Aku sudah selesai, kok." kini, giliranku yang duduk di depan tv. Pagi-pagi seperti ini, biasanya aku menonton siaran berita.
"Safira. Sarapan dulu!"
"Nanti, Bu. Bareng Viro aja." aku kembali menyisir rambut ku yang sempat tertunda, dan mengikatnya menjadi satu. Baiklah, singkatnya, aku mengikat rambutku menjadi kuncir satu.
"Pemirsa. Tepatnya, pukul tiga pagi. Seorang gadis remaja yang sedang menyebrang dengan menyeret koper besarnya. Menjadi korban tabrak lari di Palembang. Dan, yang paling mengejutkan adalah. Sang korban merupakan, Ziella Anastasya. Seorang Penulis asal Bandung." aku seketika mengehentikan gerakan yang sedang kulakukan. Jantung ku berdetak tak karuan. Ziella Anastasya, menjadi korban tabrak lari? Yang benar saja! Astagaa!
"Virooo!"
"Safira! Jangan teriak-teriak!" aku tak memperdulikan teguran Ibu. Viro mengetahui berita ini, itu adalah bagian penting nya.
"Apa sih, Ra?"
"Lihat!" Viro duduk berdampingan denganku. Kami sama-sama menyimak apa yang di ucapkan oleh sang penyiar berita.
"Ya Allah. Ra. Ziella, kecelakaan?" jangankan Viro. Aku saja terkejut kala mendengar berita itu.
"Andi. Kabari Andi." ucapku mengintruksi. Viro segera merogoh saku celana abu nya.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam. Iya, Ndi. Kamu udah lihat berita pagi ini?"
"Iya, sudah. Jadi bagaimana? Apa kita akan terus membantu Ziella? Sedang keadaan Ziella saja kritis."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak dalam Kata
FantasySafira Adhena Sukma Putri. Gadis remaja yang harus masuk dalam sebuah kisah Novel yang sedang ia baca. Ini bukan tentang perpindahan jiwa dari sang pembaca kepada sang pemeran. Ini nyata. Safira yang mendadak menjadi peran utama. Pembunuhan. Itulah...