Rumah

2 0 0
                                    

Karya oleh  : Dita

Suasana di dalam rumah minggu pagi sibuk seperti biasa. Ayah sedang membetulkan sepeda Anas, dan ibu sedang membersihkan rumah bersama Nana, si sulung.

Sementara itu Anas sedang bermain game di ponsel dan seolah tak memperhatikan suasana rumah yang sedang sibuk. Nana kemudian memanggil adiknya, Anas.

Nana : Dek, tolong ambilkan ember dan kain pel. Tangan Kakak kotor, Ibu juga sedang melipat pakaian bersih. Tolong, Dek.

Anas : Nanti, Kak. Baru juga mulai main game nya. Masak ditinggal. Ini game online, Kak, nggak bisa di pause.

Nana yang sedang membersihkan jendela kemudian menghampiri adiknya karena jarak mereka tidak begitu jauh.

Nana : Lihat deh orang satu rumah sedang sibuk dan bekerja sama untuk membuat rumah ini jadi jauh lebih rapi. Ayah bahkan lagi membetulkan sepeda kamu yang rusak. Terus kamu di sini cuma main game?

Nana terlihat masih menahan kesabarannya. Anas tidak menggubris sama sekali dengan ucapan sang kakak. Karena telanjur kesal dan tak bisa menghadapi adiknya, akhirnya Nana pun pergi ke garasi untuk mengadu pada Ayahnya.

Nana : Yah, Anas tuh dari tadi cuma main game. Padahal sejak pagi aku sudah bantu ibu ke pasar dan masak. Masih dilanjutkan beres-beres rumah juga. Aku minta tolong diambilkan kain pel dan ember saja dia tidak bergerak dari kursinya.

Nana benar-benar jengkel saat mengucapkan kalimat itu. Ayah lalu menoleh pada putrinya itu dan bertanya.

Ayah : Memangnya kamu sudah ajak bicara Anas baik-baik?

Nana : Ya, sudah.

Ayah lalu bangun dari posisi duduknya dan menghampiri putra bungsunya.

Ayah : Anas, kenapa kamu tidak mau menolong kakak?

Anas yang masih seru bermain game lalu menjawab tanpa melihat wajah sang ayah.

Anas : Ya, kan Anas sibuk, yah. Ini aja hampir kalah karena diganggu sama kakak. Ini Ayah ngomong, Anas juga hampir kehilangan konsentrasi nih.

Ayah menoleh pada Nana yang mengangkat bahunya lalu masih tidak mau pergi sebelum Ayah menegur Anas dengan keras.

Ayah kemudian mengambil ponsel Anas dengan sigap dan mematikannya. Anas nampak terkejut dan langsung menyuarakan protes.

Anas : Kenapa ponsel Anas diambil, Yah? Tadi udah hampir menang.

Ayah lalu bicara pada putra bungsunya.

Ayah: Itu ponsel ayah yang belikan, jadi secara kepemilikan, ponsel itu milik ayah. Jadi ayah bisa berbuat apa saja pada barang milik ayah. Dan ayah merasa memberikan kamu hape justru membuat Anas jadi malas. Kakak tadi minta tolong pun tidak Anas bantu. Padahal tidak sampai satu jam yang akan kamu habiskan jika mengambilkan ember dan lap pel untuk kakakmu.

Anas : Ya, tapi kan itu memang pekerjaan perempuan, Yah. Pekerjaan laki-laki memang dilayani bukan?

Ayah terkejut mendengar pernyataan Anas tersebut.

Ayah : Bagaimana kamu bisa berpikiran demikian, Anas? Dengar dari mana? Karena sepertinya Ayah tidak pernah mengajarkan kamu hal itu

Anas : Dari Kakaknya Rizky. Katanya tugas perempuan itu ya memang beres-beres, membantu di rumah, memasak. Sementara tugas laki-laki itu dilayani dan dihormati.

Ibu datang dari arah dapur dan berdiri di samping ayah.

Nana : Dan kamu menelan bulat-bulat apa yang disampaikan oleh kakaknya teman kamu itu? Coba aku tanya? Apa ketika Ibu masak, ayah diam saja? Tidak. Ayah pasti ada membantu ibu. Bahkan ketika aku mau bantu, ayah menyuruh untuk segera mengerjakan tugas sekolah saja.

Ibu : Yang dikatakan oleh kakakmu itu benar, Nak. Peran laki-laki dan perempuan untuk urusan rumah ini adalah setara. Tidak ada pekerjaan khusus untuk perempuan atau untuk laki-laki saja. Sebab semuanya punya kewajiban yang sama.

Ayah pun menyambung.

Ayah : Kamu perlu menyaring lagi informasi yang kamu dapatkan Anas. Tidak semuanya kamu telan mentah dan mengaplikasikannya seolah itu adalah sebuah kebenaran. Apalagi perkara menjaga dan merawat rumah. Ini rumah kita, jadi sepatutnya kita rawat dan jaga bersama.

Anas : Lalu apa yang dikatakan kakaknya Rizky itu salah?

Ibu : Mungkin persepsinya saja yang salah. Karena tugas rumah itu tidak memandang jenis kelamin. Dan karena ini tempat kita tinggal bersama, berarti kita juga yang harus menjaganya bukan?

Anas mengakui kebenaran dari ucapan ibunya. Akhirnya ia pun meminta maaf dan mulai membantu bersih-bersih.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ScénarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang