Don't Pretend (척하지마) (2/6)

1.3K 78 0
                                    

Gadis mungil itu akhirnya membuka kedua matanya saat sudah mulai memasuki tengah hari, sepasang alisnya bertaut saat merasakan perasaan tidak nyaman di perutnya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing dan dia masih belum terlalu menyadari keadaan di sekelilingnya. Hal pertama yangn Ahra lakukan adalah mengerang pelan hingga mengalihkan perhatian mamanya yang rupanya sedang menunggu dirinya di sisi tempat tidur.

"Oh astaga, dia sadar," sebuah suara terdengar, dan Ahra masih mencoba mengumpulkan kesadarannya. Saat kedua matanya sudah benar-benar terbuka, Ahra bisa melihat sang mama yang sedang duduk di sisi tempat tidurnya dengan dua orang pelayan—salah satunya Ahyoung yang berada di belakang mamanya.

"Heejin, Ahyoung, cepat ambilkan minum," sang mama kembali memberi instruksi, membuat kedua gadis muda itu mengangguk sesaat.

"Baik, nyonya." Dan keduanya segera berlalu dari ruangan itu.

Kepala Ahra terasa sedikit berputar—dan sedikit nyeri. Dadanya masih terasa sesak, dia mencoba menarik nafas beberapa kali untuk memenuhi dadanya dengan udara, seolah tubuhnya masih tidak mempercayai dirinya sendiri kalau mereka sudah bisa bernafas kembali dengan normal sekarang,perutnya juga terasa sedikit tidak nyaman, terasa penuh—Ahra rasa karena dia menelan terlalu banyak air.

"Mama.."

Jihyo segera mendekati putrinya, mengusap wajah dan rambut Ahra berulang kali, mencoba menenangkan anak bungsunya. Dia tidak berpikir dua kali untuk mengecupi wajah Ahra lagi-lagi, sebelum meraihnya dalam dekapan, memeluknya dengan penuh rasa lega. Dia begitu ketakutan sejak tadi, Jihyo benar-benar takut kalau kali ini dia benar-benar akan kehilangan Ahra. Meski saat ini dia begitu ingin memarahi Ahra karena dia melanggar peraturan yang dia dan Hae-il buat untuknya, tetap saja, rasa sayang dan khawatirnya mengalahkan segalanya.

"Mama di sini, sayang." Ucap perempuan itu membelai dan mengecup pelipis Ahra berulang kali sembari mendekapnya dengan erat. "Tidak apa-apa, mama di sini."

Ahra mengernyit, kedua matanya kemudian kembali terpejam. Ingatan terakhirnya memunculkan gambaran seorang pria yang mengejutkannya—wajahnya sedikit samar, tapi dia masih bisa mengingat dengan jelas kalimat yang Ahra dengar sebelum dia hilang kesadaran dan segalanya menjadi gelap

Pria itu meminta Ahra untuk tetap bernafas.

Tak lama, Ahyoung dan Heejin kembali, masing-masing dengan sebuah teko porselen dan yang lainnya dengan sebuah nampan berisi gelas.

Setelah menuangkan isinya ke dalam gelas, Jihyo kembali mendekati putrinya, membantunya sedikit terbangun, "Ini sayang, ayo minum dulu supaya perutmu lebih nyaman."

Ahra sedikit mengernyit saat merasakan rasa rempah-rempah yang sedikit menyengat dari minuman yang baru saja dia minum.

"Sudah," gadis mungil itu menggeleng pelan saat sang ibu akan kembali meminumkan isi dari cangkir di tangannya itu. Dia kemudian menggeleng pelan dan mengusap bibirnya sendiri. Rasa sedikit pahit bertahan cukup lama di lidah Ahra. Dia jelas tidak menyukainya.

Jihyo meletakkan kembali cangkirnya ke atas nampan yang masih berada di tangan Ahyoung, dia kemudian memerintahkan kedua gadis itu untuk keluar dari kamar putrinya, meninggalkan dirinya dan Ahra yang kini sudah terduduk bersandarkan bantal empuk berisi bulu angsa miliknya.

"Sudah baikan, sayang?"Jihyo bertanya kemudian, masih menatap Ahra dengan raut wajah yang khawatir. Dia berulang kali mengusap rambut dan wajah Ahra. Ahra mengangguk kecil sebagai jawaban, meskipun wajahnya masih sedikit pucat, tapi rona di pipinya samar-samar sudah kembali nampak.

"Apa ada yang sakit?"

Gadis mungil itu menggeleng pelan, kemudian bergerak meringkuk lebih dekat pada dekapan lengan mamanya. "Ma, dingin.." dia kemudian sedikit merengek, membuat Jihyo meraih selimut di bagian kakinya dan semakin merapatkannya agar kaki Ahra tetap hangat.

Don't Pretend (척하지마) • osh [ R/18+ ]Where stories live. Discover now