words count: 2587
Ahra ingat apa saja hal-hal yang menjadi kesukaannya. Kue coklat, kupu-kupu dan cat warna yang masih baru untuknya melukis—tapi sekarang sepertinya ada satu hal lagi yang Ahra pikir akan menjadi kesukaannya. Yaitu..
bibir Sehun.Ehm—mereka masih berhimpit di salah satu lorong perpustakaan saat ini. Pipi bersemu, dan bibir merah yang sedikit terbuka karena desakan nafas cepat, serta iris sebening kristal yang masih bertatapan dengan obsidian gelap milik sang pria di hadapannya.
"Kak Minho akan membunuhku," Sehun berbisik, kening mereka saling menempel, sembari menetralkan deru nafasnya yang terengah-engah, Sehun memejamkan
matanya sesaat. Mencoba mengumpulkan kembali semua akal sehatnya yang terpecah belah dan beterbangan ke segala arah sebelum dia melakukan hal yang lebih jauh lagi pada gadis mungil di hadapannya ini."Apa artinya ini?" Ahra berbisik kembali, kedua netranya berbinar dengan rasa penasaran dan antusiasme yang besar. Dari buku yang dia baca, ciuman adalah salah satu bentuk seseorang menunjukkan afeksi kepada orang lain.
Sehun tertegun sesaat. Dalam sepersekian detik dia lupa kalau Ahra adalah gadis naif yang belum mengerti tentang.. tentang semua ini.
Oh, sial. Apa yang harus dia lakukan sekarang? Dia sudah terlanjur mencium Ahra—sekarang pembatas tak kasat mata diantara mereka seharusnya sudah tidak ada. Dan hal itu pasti membuat Ahra berpikir bahwa—
"Apa ini artinya kau tertarik padaku, Sehun?" Ahra kembali bertanya, berbisik, binar rasa penasaran dan antusiasme belum hilang dari kedua iris bening indahnya.
Sehun sempat terdiam sesaat, tidak tahu harus menjawab apa kali ini.
Ingin sekali rasanya dia menjawab, 'Ya, ya! Aku begitu memujamu, Ahra. Menikahlah denganku!' tapi dia masih cukup waras untuk melakukan hal itu.
"Aku.." kalimatnya terjeda sesaat, menatap Ahra dalam-dalam, Sehun kembali melanjutkan, berbisik, "Aku bukan pria yang tepat untukmu, Ahra," ucapnya, membuat
binar antusias di kedua iris Ahra meredup dan hilang dalam sekejap.Apakah.. Sehun baru saja menolak dirinya?
Kedua alis Ahra melengkung turun, begitu juga dengan bibirnya yang kini terkatup rapat, dengan segera, dia mengalihkan tatapannya dari kedua obsidian milik Sehun.
Oh, sial. Sehun tidak pernah bermaksud untuk
menghancurkan perasaan Ahra seperti ini."Aku pikir ama ini kau tertarik padaku.."
"Ahra?"
Sebuah suara segera mengejutkan keduanya. Ahra dan Sehun yang terkejut bertatapan sesaat, menyadari kalau suara yang baru saja terdengar itu adalah milik Minho, kakak laki-laki Ahra.
"Ahra? Kau disini?"
Suara itu semakin mendekat, diikuti derap langkah kaki dari sepatu boots milik Minho, membuat Ahra menatap Sehun dalam-dalam kembali.
"Kalau Kak Minho melihat kita seperti ini, dia akan berpikir kalau ada sesuatu diantara kita," Ahra berucap, menatap Sehun lekat-lekat.
Sehun balik menatapnya, kedua alisnya bertaut.
Ya, benar.
Kemungkinan besar Minho akan mengira seperti itu.
Apa yang harus Sehun lakukan?
"Ahra? Choi Ahra?"
"Pergi," Ahra berucap, "Jangan sampai Kak Minho melihatmu bersamaku. Aku tidak ingin kau terlibat dalam masalah nantinya karena berhubungan denganku," Ahra kembali berucap, suaranya terdengar sedih.
YOU ARE READING
Don't Pretend (척하지마) • osh [ R/18+ ]
Fiksi Penggemar[ mature contents ]🔞 Choi Ahra, putri bungsu keluarga Choi yang terpandang itu adalah seorang gadis yang benar-benar bagaikan sebuah kertas kosong. Putih bersih tanpa noda sedikitpun. Tapi kemudian, Tuan Muda Oh Sehun, yang baru saja menyelesaikan...