Ceklek!
Pintu kamar dengan cat berwarna putih tersebut menampilkan seorang gadis remaja yang telah lengkap dengan atribut sekolahnya.
Dengan segera gadis itu berlari ke lantai bawah, lalu menghampiri mamanya di meja makan.
"Hati-hati kenapa sih nak, kalau jatoh gimana?" ucap Thias panik.
"Iya maaf ma, buru-buru soalnya." Balas Qaila sambil meminum susunya.
"Ma, aku sarapan di sekolah aja yaa, soalnya takut ketinggalan angkot, Assalamu'alaikum." Sambung Qaila sembari mencium tangan dan memberi salam kepada mamanya dan berjalan keluar rumah.
"Iya, Wa'alaikummussalam." Ucap Thias yang tentu tidak dapat didengar lagi oleh Qaila.
***
SMA Paradise School, salah satu tempat belajar dari berbagai kalangan yang mempunyai prestasi akademik maupun non-akademik.
Di hari pertama Qaila Mathias menginjakkan kakinya di sini, ditahun penerimaan siswa baru.
Putri berdarah Melayu tersebut tidak sendiri. Ia bersama dua sahabatnya, Eca Nafeha dan Utirayola.
"Yaaah. Kelas kita beda semuaaa artinya pisah dong," desah Uti kecewa.
"Iyaa, ga terima banget guee! Masa lo IPA¹, Qaila IPS gue malah masuk kelas Bahasa," ucap Eca mellow.
"Udah gpp, cuma beda kelas bukan beda alam." Balas Qaila seraya memeluk kedua sahabatnya seperti Teletabis.
***
Setelah acara mellow beberapa menit lalu, Qaila sekarang sudah melangkahkan kakinya ke dalam kelas X IPS¹, kelas yang ternyata sudah banyak penghuni. Dimana ada yang sedang bermain game, berselfie ria, dan masih banyak lagi.
Qaila memantapkan hatinya untuk duduk di kursi barisan tiga, dia melihat ke seluruh penjuru kelas dimana teman-teman barunya dikelas itu sudah ada beberapa yang berkenalan satu sama lain. Tidak berselang lama ia dihampiri oleh salah satu teman kelasnya dan diiringi dua teman lainnya, dengan tersenyum manis seraya menyodorkan tangan.
"Haiii kenalin nama aku Amei, disamping kiri aku Una, satunya lagi Gita. Salam kenal yaa!semoga kita bisa berteman baik hehehe."
"Eh-haii, kenalin aku Qaila Mathias." Balas Qaila dengan senyum kikuk.
"Udah santai ajaa ga usah canggung, sekarangkan kita teman." Ucap Amei seraya tertawa.
"Eh Qai kita kedepan dulu yaa, kalo butuh apa-apa panggil ajaa kita siap bantu." Sambung Amei dan di angguki oleh Una dan Gita.
"Oh okayy," balas Qaila tersenyum ramah.
***
Berbeda halnya dengan kelas Qaila, dalam kelas XI IPA² dengan jam pelajaran berlangsung, dimana para siswanya ada yang sedang tiduran, makan dibawah kolong meja, bercengkrama, dsb.
Tapi tidak berlaku dengan Semesta Raden Charon! Manusia dingin bak kulkas 10/1000 pintu yang bisa juga mencair seperti air dengan suhu 100°C, lelaki keturunan darah biru dari Tanah Jawa blasteran Inggris dengan rahang kokoh tegas itu, comma hair style dan kancing baju yang sedikit terbuka menambah kadar ketampanannya, sangat rileks memperhatikan guru yang sedang menjelaskan pelajaran Matematika di papan tulis, sesekali ia menganggukkan kepalanya seraya mengerti dengan apa yang dijelaskan guru didepan.
Hmm cowo jelek aja kalo pinter kelihatan tampan, gimana dengan Charon yang tampangnya emang kelewatan?
so perfect to have!Tidak sampai disitu.
Charon juga menjabat sebagai Ketua Geng.Tetrach.
Dimana geng beranggotakan 432 dari berbagai kalangan remaja, dan 6 anggota inti with a collection of perfectly chiseled handsome men yaitu, Charon, Nata, Ibey, Daffa dan Adnan.Tetrach diresmikan pada 22 april 2001 oleh Reno Armada (pak le Charon) yang dulu menjabat sebagai ketua pada zamannya.
Jika banyak yang berfikir bahwa tetrach perkumpulan remaja yang suka balap liar, tawuran dan lain sebagainya? maka itu tidaklah benar. Tetrach merupakan cerminan geng lain yang mana mereka geng yang suka membantu, berbagi dengan manusia yang ada di jalanan. Maka dari itu Charon sangat menjunjung tinggi perbedaan dan cara menghargai satu sama lain.Back to the topic.
Bertolak belakang dengan Charon yang memperhatikan guru, tiga temannya grasak grusuk sibuk sendiri dimeja masing-masing.
"Ronn, nanti pinjem catatan lo yaa." Ucap lelaki berambut brokoli di bawah mejanya.
Siapa lagi kalau bukan Ibey Arkanza, lelaki perawakan tinggi dengan rambut keriting itu selalu meminjam catatan Charon, yaa walaupun hanya alibi agar terhindar dari amukan maminya agar disangka anak rajin. Tetapi jangan salah, sedari SMP ia bercita-cita masuk teknik pertambangan ITB jalur SBMPTN. Ntahlah, katanya sih yang pintar akan kalah sama yang beruntung.
"Jangan mau Ronn, orang mah minjem buat dicatettt. Bedaa kalo Ibey yang minjem buat dilapukin doanggg, ujung-ujungnya juga ga pernah ngumpulin nih orang." Sinis Daffa disamping Ibey.
Daffa azad atmaja, lelaki berciri khas timur tengah dengan senyum manis dan cool style itu tidak henti-henti mengocehi Ibey lantaran buku didalam tas miliknya habis di sobek untuk membuat pesawat kertas.
Tidak jauh didekat mereka bertiga, dibarisan paling pojok terdapat lelaki bermata sipit yang mempunyai lesung pipi, sebut saja Adipati Nata Praja. Lelaki yang sering di panggil Nata itu tertidur pulas tanpa terusik sedikit pun, dengan tangan yang masih stay cool didalam that trouser pocket semakin menambah kadar gula manis dan ketampanannya.
Good looking mah bebas yagesyaa!"IBEY, DAFFA, NATA NGAPAIN KALIAN!"
"mampusss!" Shock Daffa dalam hati.
"A-anu buu," balas Ibey terbata-bata.
"Sudah-sudah cepat balik kebangku kalian! Kerjakan soal yang ibu kasih, setelah itu kumpulkan." Ujar bu Nyimas.
"Busett buu, banyak bener. Satu aja ga ngerti apalagi beranak pianak gini." Keluh Ibey.
"Makanya Bey kalo guru jelasin tuh diperhatiin, bukannya nongkrong di bawah meja." Ucap Daffa tertawa ringan.
"HEH caper banget lo, ga nyadar diri barusan makan kuaci di bawah meja." Balas Ibey sengit.
"Udah yaa bu, cukup ibu sama bakso aja yang beranak. Matematika jangann!" Celetuk Ibey setelah beberapa menit terdiam, dibalas dengan pelototan tajam dan was-was diseluruh penjuru kelas.
"IBEYYY, NILAI KAMU C!" Putus bu Nyimas memandang Ibey dengan tatapan maut.
Mampusss lo Bey.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEMESTA (ON GOING)
Novela JuvenilSederhana. Menceritakan tentang Semesta Raden Charon dan juga tentang Qaila Mathias, yang sama-sama menyukai hujan. Akankah hujan menyatukan mereka? atau malah membuat kenangan di bawah guyurannya?