03. Bersyukur

35 20 4
                                    

Suasana kediaman Charon kali ini hening, hanya bunyi dentingan sendok yang terdengar.

"Abang, nanti anterin Mama kamu kerumah Eyang kakung ya." Ujar Papa Charon memecah keheningan.

"Iya pa."

"Oh iyaa, gimana sama sekolah kamu? baik-baik aja kan bang?"

"Alhamdulillah baik pa."

"Pa, Sekolah Cania minggu depan ngadain perkemahan sabtu-minggu. Emm Cania boleh ikut ga? soalnya Cania juga masuk dalam pengurus regu perkemahannya" Celetuk Cania adik Charon satu-satunya yang sedang duduk di kelas 3 smp.

"Ga."

"Apasiiih bangggg, aku ga minta izin sama abang jugaaa."

"Yaa tetap aja ga boleh."

Adi, Papa Charon. Menghela nafas panjang, dengan perdebatan kecil anak-anaknya.

"Cania yakin bisa jaga diri, hm?" Tanya Papanya sembari mengelus lembut kepala Cania.

"Iyaa yakin paa, toh Cania kan ga sendiri."

"Iyaa sudah Papa bolehin. Tapi ingatt! Ga boleh macem-macem."

"Aaaaa terimakasih Papaa." Ucap Cania sambil terseyum senang.

Beda halnya dengan Charon yang diam menyimak sedari tadi, sesekali melirik Papa, Mama, dan Cania. Bukan tidak mau ngizinkan adiknya pergi, tetapi untuk anak seperti Cania itu perlu di waspadai, apalagi ia sangat hafal betul dengan adiknya itu. Jangankan mengurus regu perkemahan, mengurus telor rebus tiga buah saja hangus tak tersisa.

***

"Bangg, temenin Cania ke toko buku ya?"

"Pergi sendiri."

"Oh gituuu, yaudah aku aduin Papa sama Mama nih yaa! Maa~

Dengan segera Charon membengkap mulut ember adiknya tsb, dan terpaksa mengikuti kemauan monyet satu itu.

"Ck, iyayaa tunggu bentar!" Charon berjalan ke kamar untuk mengambil kunci motor dan berganti pakaian santai.

"Dari tadii dongg." Ujar Cania tertawa mengudara.

***


Di hari Jum'at ini, setelah mengantarkan Cania pulang dari toko buku, Charon dan inti Tetrach langsung melajukan kendaraannya ke salah satu pemukiman kumuh. Dimana ada banyak anak-anak jalanan yang seharusnya belajar di sekolah harus terpaksa bekerja, banting tulang membantu keluarga.

"Waaaaah lagi pada ngumpul, ngapain aja nih?" Daffa mendekat ke arah mereka dengan membawa kantong kresek berisi makanan untuk dibagikan.

"Lagi panjat sosmed kak!"

Bukan. Bukan para anak-anak itu yang menjawab, melainkan Ibey yang sedang bertengger di pohon jambu sambil mencomot makanan yang Daffa beli sebelum datang kesini, dan lagi-lagi membuat Daffa melirik sinis ke arahnya.

Semua yang ada disana pun tertawa melihat kelakuan Ibey, yang selalu membuat Daffa darah tinggi.
Untung temen!

"HEH monyett! Gue ga ngasih lo yaa tuh makanan."

SEMESTA (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang