WU JIAYUE baru dijadwalkan kembali ke FTT besok pagi setelah dua pekan. Laki-laki itu sengaja memilih tiba pada tengah malam saat semua orang sudah tidur. Suasana hatinya masih belum membaik karena kepergian ibunya yang tiba-tiba mengalami serangan jantung.
Tidak langsung menuju kamar, Wu Jiayue meninggalkan kopernya yang bersandar ke dinding ruang latihan gelap gulita. Wu Jiayue terus berjalan ke ujung. Ia menarik buka tirai kaca dan duduk menghadap ke luar.
Mengingat tersisa beberapa hari hingga liga turnamen kota akan segera dimulai, Xiao Na masih sibuk mengutak-ngatik catatan yang sekiranya membantu ia menyusun berbagai jenis strategi. Ia bahkan tidak sadar tersisa beberapa jam sebelum matahari muncul lagi.
Mendengar suara samar ada yang membuka pintu, Xiao Na menautkan alis. "Maling apa yang datang berkunjung sebelum penghuni rumah tidur? Mengapa maling zaman sekarang terang-terangan sekali?"
Dengan langkah mengendap, Xiao Na keluar kamar menuruni tangga. Mengapa seolah-olah aku yang maling di sini? Batinnya bertanya-tanya. Benar juga.
Tiba di lantai pertama, Xiao Na melihat punggung letih Wu Jiayue dan bukannya maling. Ia memutuskan berjalan ke tempat laki-laki itu berdiam diri. Xiao Na duduk di sebelah Wu Jiayue dan menatap laki-laki itu dari samping. Xiao Na bisa melihat mata Wu Jiayue agak sembab. Ekspresinya begitu murung. Laki-laki itu jelas tidak baik-baik saja.
Xiao Na tidak menanyakan apa pun. Hanya menemani sambil membiarkan Wu Jiayue hanyut dalam suasana. Malam tersebut dan malam-malam selanjutnya mereka habiskan dengan duduk berdampingan dalam diam.
🎮❤🎮
"Xiao Na, berhenti melihat-lihat toko daring. Keyboard-mu baik-baik saja, bukan? Sudah jam tidur, kembalilah ke kamarmu dan jangan lupa matikan lampu! Jangan lupa besok turnamen dimulai."
"Iya, iya, sebentar lagi!" jawab Xiao Na menanggapi ucapan Zero.
Setelah kepergian Zero, perempuan itu mematikan perangkat bermainnya tanpa memadamkan lampu seperti yang diingatkan Zero. Xiao Na berjalan ke posisi yang menjadi tempatnya tidur bertumpu pada lutut beberapa hari terakhir.
Tidak seperti malam sebelum-sebelumnya yang mereka habiskan dengan keheningan, Wu Jiayue membuka suara kali ini. "Kenapa kau tidak pernah bertanya apa pun?" tanyanya.
Xiao Na menoleh ke Wu Jiayue bersama pupil melebarnya. Ia mengulas senyum mendengar Wu Jiayue berbicara. Itu berarti keadaan laki-laki itu sudah membaik.
"Aku yakin yang kau butuhkan bukan pertanyaan, tetapi ketenangan," jawab Xiao Na apa adanya.
Wu Jiayue mengangkat alisnya dan melirik Xiao Na dengan ekor mata. "Apa kau tidak bosan terus-terusan duduk diam bersamaku?"
Xiao Na menggeleng-geleng kuat. "Aku yakin ini juga yang aku butuhkan jika aku berada di posisimu."
Kening Wu Jiayue semakin berkerut tidak mengerti. "Maksudmu? Kenapa aku membutuhkan kehadiran ... kau?"
Xiao Na lantas berujar tulus, "Kehadiranku sesederhana memberitahumu kau tidak akan pernah sendirian saja di dunia ini. Paling tidak, kau bisa mengandalkanku sampai akhir." Perempuan itu lagi-lagi melengkungkan bibirnya indah.
Wu Jiayue terdiam menatap dalam tepat di mata cokelat Xiao Na, meresap perasaan hangat yang memancar dari sana. Dua detik kemudian, Wu Jiayue tersadar. Ia berdeham ringan dan kembali menatap ke luar kaca.
Di balik punggung dua orang itu, Zero yang berdiri di tangga tersenyum tipis mendengar mereka. Ia segera naik ke atas dengan sebisa mungkin tidak menghasilkan derap langkah yang mengganggu. []
***
🖱Kamis, 21 April 2022🖱
KAMU SEDANG MEMBACA
METALOVE
Romance[Cerita Pilihan Juri Kontes Colorful Days of April oleh @AmbassadorsID cs. 🏅] Tidak boleh ada pemain bergender perempuan di klub e-sport FTT. Kesepakatan itu akan terus berlaku, kecuali seseorang mendoakan Wu Jiayue mati muda dan melangkah melewati...