Part 1

326 29 3
                                    

Langkah kaki yang terburu ini menyusuri lorong rumah sakit, matanya basah hingga buliran bening itu senantiasa mengalir di pipi putihnya. Langkahnya terhenti tepat di depan kamar operasi, matanya bertemu dengan mata sendu nan penuh kesakitan seseorang yang duduk di bangku itu.

"Ibu, bagaimana ini bisa terjadi?"

"Ini salah ibu, semua ini gara-gara aku" tangisan itu pecah saat mengingat bagaimana awal mula kejadiannya.

"Tidak, jangan menyalahkan dirimu sendiri bu."

"Tapi semua ini tidak akan terjadi jika ibu tidak memintanya membeli obat di apotek malam itu. Semua ini gara-gara aku, yesung" wanita ini merengkuh ibunya dalam pelukan hangatnya untuk menenangkan, dia tidak ingin menanyakan kronologi kejadiannya untuk saat ini. Yesung ingin membiarkan hati ibunya tenang dulu, matanya menatap lampu ruang operasi yang belum padam.

Tuhan, selamatkan adikku.

Hanya seuntai doa yang bisa dia lakukan sekarang, berharap operasi ini lancar dan adiknya bisa terselamatkan.

Empat jam sudah operasi ini berjalan dan kini lampu itu telah redup, yesung berdiri dan menghampiri dokter yang baru saja keluar ruang operasi.

"Bagaimana keadaan adik saya, dok?"

"Operasinya berjalan dengan lancar, tapi kami masih terus memantau keadaannya. Pasien akan dipindahkan ke ruang ICU untuk sementara waktu karena kami harus memantau perkembangannya dulu pasca operasi ini" penjelasan dokter bisa dimengerti oleh yesung, dia merangkul bahu ibunya yang kembali bergetar saat melihat brankar adiknya didorong menuju ruang ICU.

Yesung menunggu hingga fajar menyingsing di depan kamar ICU ini bersama ibunya, dia meminta agar sang ibu pulang ke apartemen kecil miliknya namun wanita paruh baya ini menolak dengan perasaan bersalah yang masih menghinggapi hatinya.

"Ibu, dengarkan aku. Tolong pulang ya, aku yang akan menjaga jongjin. Aku khawatir dengan kesehatan ibu, ayo aku antarkan pulang" yesung berusaha keras membujuk ibunya, hingga akhirnya Mrs. Kim mengangguk patuh.

Kedua wanita ini pulang setelah yesung meminta tolong pada perawat agar menjaga adiknya sebentar, beruntung perawat berperawakan mungil itu dengan tulus menuruti permintaan yesung.

***

Sesampainya di apartemen kecil nan sempit ini, yesung meminta ibunya untuk segera mandi sementara dirinya keluar untuk mencari sarapan.

Lima belas menit berlalu, yesung telah kembali ke apartemen ini dan menemukan ibunya tengah duduk atas kasur dengan pandangan kosong. Melihat kondisi ibunya seperti ini membuat hatinya sangat sakit, anak mana yang tega melihat wanita yang telah melahirkannya mengalami kondisi seperti ini.

"Ibu, ayo makan dulu" mrs. Kim mengangguk kemudian menyantap makanan diiringi tangisan dalam, dia diam-diam menghawatirkan kondisi putranya yang belum siuman.

Yesung melihat setiap gerakan ibunya, dia menjadi teringat kembali akan biaya rumah sakit yang belum terselesaikan.

Setelah memastikan bahwa ibunya tertidur, kini yesung kembali ke rumah sakit untuk menemani adiknya. Kakinya menyusuri trotoar untuk sampai ke halte bus yang jaraknya satu kilometer dari apartemen kecil yang telah disewanya lebih dari tiga tahun itu.

Kakinya menendang pelan kerikil kecil yang sialnya mengenai kepala seseorang yang baru saja keluar dari minimarket untuk membeli minuman kaleng, dia menunduk dalam sembari meminta maaf berulang kali namun tidak ada jawaban yang didengarnya.

Yesung menegakkan badannya untuk melihat orang itu dengan jelas, matanya melebar saat melihat siapa orang tersebut.

"Idiot!" orang itu berlalu begitu saja setelah mengatakan kalimat ini dengan nada dingin, sementara yesung hanya mampu mencaci orang itu dalam hatinya.

***

Setelah sampai di rumah sakit, yesung meminta izin untuk masuk sebentar ke ruang perawatan adiknya. Dirinya tersenyum tulus saat perawat itu mengizinkannya, yesung duduk di kursi kemudian memandangi wajah serta tubuh adiknya yang terpasang berbagai alat itu.
Hatinya tersayat perih melihat kondisi jongjin yang seperti ini.

“Hi, anak nakal. Ayo bangun, jangan membuatku sedih” yesung menjeda kalimatnya sebentar seraya mengusap kasar buliran bening yang berlomba-lomba membasahi pipinya, dia menghembuskan nafas kasar sebelum melanjutkan kalimatnya “Bukankah kamu paling tidak suka saat aku menangis? Tapi sekarang aku menangis karena kamu.”

Tidak ada pergerakan dari jongjin, yang bisa dilakukan yesung sekarang hanyalah berdoa agar adiknya ini bisa segera sadar.

Sepuluh menit cukup bagi yesung di dalam kamar ICU ini, dia keluar dan duduk di bangku yang ada di depan ruangan tersebut. Tangannya mengambil smartphone yang ada di tas miliknya, mengecek jumlah saldo di rekeningnya melalui m-banking.

“Sepertinya ini masih cukup untuk biaya rumah sakit”

***

Lelaki berparas tampan, tinggi dan berkulit putih ini berjalan melewati beberapa karyawan yang memandangi dirinya dengan kagum. Dia berjalan menuju lift khusus CEO untuk sampai ke ruangannya, tidak mempedulikan banyak pasang mata yang memperhatikan dirinya.
Sebuah senyuman singkat adalah rutinitas yang biasa dia lakukan pada mereka, tidak lebih dari itu.

Lelaki ini akhirnya tiba di ruangannya kemudian duduk dengan tenang sembari membuka laptop miliknya, setelah itu melepaskan kacamata hitam yang sejak tadi bertengger untuk menutupi mata indahnya.

“Cho kyuhyun” suara nyaring ini membuat si pemilik nama hanya memutar bola matanya malas, dia masih sibuk dengan laptopnya tanpa ada niatan melihat orang yang kini duduk di sofa miliknya.

Orang itu membuat secangkir kopi untuk dirinya dan kyuhyun di mini pantry yang ada di ruangan ini, aroma harum kopi menyeruak sampai hidung kyuhyun. Dia berhenti dari kegiatannya saat secangkir kopi seolah memintanya untuk duduk di sofa untuk menemani tamu yang tak diundang tadi.

“Kau pasti tidak akan menyangka jika aku menceritakan sesuatu” orang itu menaikkan sebelah alisnya saat mendengar kalimat ini, dia meminum kopi sebelum menanggapi kalimat kyuhyun.

“Sepertinya ada reaksi dari juniorku saat melihat seorang perempuan tadi” mata itu melebar saat mendengar kalimat ini, dia sangat tertarik dengan topik kali ini.
Orang itu mengangguk-angguk paham ketika mendengar cerita kyuhyun, sebuah ide terlintas di otak pervert-nya itu.

“Kyu” merasa dipanggil maka kyuhyun segera menjawab walaupun matanya fokus pada kopi ditangannya  “Apa?” dia meminum kopi itu dengan perlahan untuk merasakan nikmatnya rasa yang masuk melalui tenggorokannya.

“Kamu harus tidur dengan perempuan itu, bercintalah dengannya” sedikit tersedak saat saran dari orang ini masuk ke pendengarannya, kyuhyun menatap tajam ke arahnya namun hanya ditanggapi dengan tatapan menggoda.

“Kau sudah gila! Aku saja tidak mengenalnya”

“Cari tahu makanya. Come on, dude! Tidak ada yang sulit bagimu” kyuhyun terdiam sesaat, merenungkan hal ini namun pikiran-pikiran itu segera ditepis saat seseorang mengetuk pintu ruangannya.

Perempuan yang merupakan sekretarisnya itu masuk untuk memberikan beberapa berkas laporan keuangan, kyuhyun hanya mengangguk kemudian sekretaris itu berjalan keluar ruangan tanpa berkata apapun lagi.

“Tunggu dulu, sepertinya perempuan itu tidak terlalu asing untukku” kyuhyun mencoba mengingat-ingat tapi rasanya begitu sulit, setelah itu dia mengabaikannya membuat orang di sampingnya hanya mampu tersenyum dan menggelengkan kepalanya sebentar.








.
.
.
.
.
.
.

~220508~

🐧🐢🦞🦐

Why I Like You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang