Part 3

180 19 2
                                    

Yesung berlari kencang untuk keluar dari perusahan ini, air mata megalir di kedua matanya. Dia merasa buruk karena perlakuan keji dari CEO itu, yesung mencaci lelaki itu karena telah berani berbuat seenak hati pada dirinya. Dia memutuskan untuk duduk di taman kota sebentar sebelum pergi ke rumah sakit untuk menemani adiknya, pandangan mata yang kosong serta hatinya yang lelah itu membawanya untuk berdiam diri.

“Ayah, aku merindukanmu” hanya gumaman kecil yang keluar dari bibirnya, dia teringat kembali akan kenangan manis ketika bersama dengan sang ayah.

Rumah peninggalan ayahnya tidak boleh diambil darinya karena di sana terdapat banyak kenangan manis mereka, yesung akan berusaha untuk menebus rumah itu lagi. Dering smartphone miliknya berbunyi, tangan itu mengambilnya dari dalam tas untuk melihat siapa yang menelepon.
Yesung menggeser icon telepon berwarna hijau tersebut untuk menerima panggilan, namun suara panik dari ibunya mampu membuat jantungnya berdetak dengan cepat.

“Ada apa, ibu?”

“Yesung, jongjin kejang-kejang”

“Apa? Aku akan kesana, tunggu bu” setelah itu yesung mematikan sambungan telepon mereka dan bergegas ke rumah sakit, pikirannya sangat khawatir pada kondisi adiknya saat ini. Dia berdoa pada Tuhan agar memberikan kesembuhan untuk jongjin, yesung tidak ingin kehilangan lagi orang yang dia cintai.

Setelah bus itu berhenti di halte yang ada di depan rumah sakit maka yesung segera turun dengan langkah terburu-buru, kaki jenjangnya menuju kamar jongjin dengan mata yang kembali memanas. Nafas yang terengah-engah itu disertai wajah yang sarat akan kekhawatiran mencoba untuk bertanya pada sang ibu yang kini masih menangis di depan kamar jongjin, yesung berusaha untuk menguatkan sang ibu “jongjin anak yang kuat, bu. Dia pasti akan baik-baik saja” namun air mata tetap saja mengalir di kedua mata perempuan ini.

Yesung segera menanyakan keadaan jongjin pada dokter yang baru saja keluar dari kamar inap adiknya itu, melihat penjelasan dari dokter itu maka yesung bisa bernafas lega bahwa kondisi adiknya sudah kembali stabil. Perawat mempersilakan mereka untuk masuk karena jongjin membutuhkan dukungan dari keluarganya, yesung dan ibunya perlahan masuk ke ruang rawat itu dan duduk di tepi brankar jongjin.

Yesung menggenggam tangan adiknya dengan lembut, menciumnya sebentar untuk menyalurkan rasa kasih sayang yang besar. Dia mendengar jika sang ibu memarahi jongjin karena belum juga bangun hingga sekarang, namun yesung tahu jika ada nada kerinduan di dalam setiap kata-kata yang keluar dari bibir ibunya tersebut.
Yesung mengelus sayang rambut jongjin kemudian membisikkan kata-kata penyemangat agar adiknya itu segera bangun dari tidur panjangnya.

***

Di kamar yang tidak terlalu besar namun mewah ini terdapat dua insan yang tengah sibuk mencapai kenikmatan duniawi, mereka bahkan tidak peduli pada dua manusia yang sejak tadi memperhatikan ke arah mereka dengan tatapan yang berbeda. Salah satu dari orang itu terlihat menahan hasrat sejak tadi namun berbeda dengan orang satunya yang terlihat biasa saja bahkan sibuk menikmati wine yang berada di tangannya.

“Cepatlah choi siwon!” geraman ini membuat lelaki yang belum mencapai puncak kenikamtannya ini pun menoleh dengan tatapan tajam, dia mengubah gaya bercintanya hingga mampu membuat lelaki yang berteriak padanya tadi melebarkan matanya dengan jakun yang naik turun.

“Threesome?” siwon menaikkan alisanya secara bergantian dengan senyuman menantang sekaligus menggoda, tentu hal ini disambut ceria oleh lelaki yang kini mulai melepaskan semua pakaiannya dan berjalan ke ranjang dengan telanjang bulat.

“Kyu, tidak ingin bergabung?” si pemilik nama hanya menggeleng singkat kemudian kembali menegak wine di gelasnya, dia mengeluarkan smartphone miliknya dan melihat di galeri foto. Bibirnya tersenyum tipis ketika menemukan foto seseorang yang dia cari, hatinya tiba-tiba menghangat ketika melihat senyuman manis itu.

Why I Like You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang