Episode 7

29 3 0
                                    


    "Waah best gila" Vairy terkagum melihat pulau yang mereka singgahi
   
    Pulau ini menyediakan dua resort sedang dipinggir danau untuk bermalam, di tengah-tengah pulau ada danau yang besar, sangat cantik. Pencahayaan yang dipakai adalah obor. Sangat nyaman berada disini. Sejauh mata memandang baru terlihat mereka berlima saja disini
   
    Gelang hitam yang dipakai Onyx bergetar, segera dia tekannya tombol hitam besar yang dia kira sebelumnya hanyalah sebuah aksesoris biasa
   
    Setelah dipencet, keluar layar monitor persegi seukuran kepala orang dewasa. Benda ini Laksamana Tarung berikan pada Onyx sebelum mereka berlima resmi berangkat
   
    "Dah sampai?" tanya Laksamana Tarung lewat layar monitor
   
    "Sudah Laksamana" balas Onyx
   
    "Bagus. Ingat-! Bila ada masalah segera hubungi markas"
   
    "Baik Laksamana" jawab mereka serempak
   
    Layar menghilang begitu saja, lengang sejenak menyisakan suara gemuruh serangga dan hembusan angin
   
    Pandangan Kaizo terus mencari Alice dari tadi, dia belum ikut turun
   
    "Korang pergi dulu, aku ada hal penting yang tertinggal" ucapnya sambil melangkah masuk ke dalam kapal angkasa
   
    "Tch-!, mengatur" Onyx mendecih tidak suka, kemudian melangkah pergi mendekati danau
   
    Dan Aliya tahu apa alasan Kaizo masuk kembali

****
   
    Ia memberanikan diri untuk memasuki toilet wanita, memeriksa dengan hati-hati tapi tidak ada satu orang pun disana
   
    Terakhir Alice bilang dia mau berkeliling, terakhir kali mereka mengobrol di area istirahat
   
    "Kapten Kaizo cari saya?" Suara Alice-! Kaizo berbalik
   
    Alice tersenyum manis dengan memiringkan kepalanya. Dia mengepang rambutnya seperti princess Rapunzel, Kaizo terdiam sebentar
   
    "Tak. Cermin mate ni tertinggal" tapi setidaknya Kaizo berkata benar, untung saja kaca mata hitam ini memang ketinggalan dibangku panjang. Untung saja
   
    "Iye keee, ha. Macam mana?" Alice bertanya dengan memasang senyum bangga
   
    Sedangkan yang ditanya hanya mengangkat satu alisnya dan berekspresi datar seperti biasa
   
    "Saya macam mana? Cantik tak?" Alice mengulang pertanyaannya sambil berpose imut, masih mencoba meminta jawaban Kaizo
   
    "Tak"
   
    Seakan disambar petir disiang bolong, Alice layu seketika. Ini percuma, kemudian ia berpura-pura membongkar kepangannya
   
    "Kau nak buat ape?"
   
    Plak-! menepis tangan Kaizo
   
    "ADUH-!! AAA-!!" Alice menahan rasa ngilu dipipinya "Apesal cubit-cubit" mengerang marah dan membuang wajah
   
    "Macam. Budak. Kecik" Kaizo memberikan tatapan marah kearah Alice, kedua alisnya menukik. Kaizo mengambil ujung kepangan rambut, menggenggamnya dan kemudian menariknya
   
    Alice mengikut saja kemana Kaizo pergi, dari pada dia terjambak. Sambil mengerjap ngerjap kan matanya, Alice tersenyum bagai iblis
   
    "Hihihi.. Saya memang cantik. Kaaaan?" ia tak habis-habisnya menggoda Kaizo dengan tawa jahil dan senyuman iblis
   
    "Tak-!"
   
    •
    •
   
    "Kaizo. Jangan lupa rencana awal kita, lebih cepat lebih baik" layar monitor dari gelang hitam Onyx mati setelah petinggi TAPOPS dengan cahaya mata merah mengingatkan akan tujuan sebenarnya dari 'liburan' dua pekan ini
   
    "Aku dan Aliya sudah tahu Kaizo, itu sebabnya kami ikut, para petinggi nak kami tolong..."
   
    "Kita atur rencana dulu, lepas tu jalankan" Kaizo berucap pelan
   
    Entah kenapa perasaan dilema seakan mengikutinya terus. "Haruskah?" tanya nya dalam hati setelah melihat Alice dan Vairy asik bermain air di danau
   
    "Kapten.."
   
    "Tinggal kan aku sendiri Aliya, aku nak mengatur rencana" dia tidak mengizin kan Aliya menatap matanya sama sekali, tidak ada yang boleh melihat kegoyahan seorang Kapten Kaizo. Mau itu orang terdekat atau bukan
   
    "Aliya" Onyx memberi kode agar Aliya segera ikut pergi dengannya
   
    "Bila Kapten nak bercerita untuk meluapkan keluh kesah, saya akan dengarkan" Aliya menawarkan diri, sebelum benar-benar pergi dia memegang kedua bahu Kaizo dan menatap seolah sedang menguatkan
   
    "Terima kasih" balas Kaizo dengan senyum yang dipaksakan
  
    Matahari terbenam terlihat sangat cantik dari atas batu tinggi ditepi danau, angin sore seakan membelai manja tengkuk lehernya. Sore ini ternyata agak dingin
   
    "Mak.. Ayah.. Fang.. Maaf" Kaizo berucap lirih sambil memperhatikan kedua tangannya dengan tatapan kosong
   
    Hangat..
   
    Itu lah yang dia rasakan saat Alice tiba-tiba menyalurkan cahaya merah muda ditelapak  tangannya, menyalurkan kehangatan dari sana
   
    Dia memejamkan mata dan menikmati aliran energi yang menenangkan itu, semakin lama rasa hangat terus menjalar ke seluruh tubuhnya
   
    "Dah. Tak payah sedih-sedih sangat, Saro mati berkorban untuk Ruby pun supaya Ruby selamat"
   
    Kaizo menanggapi ocehan tak masuk akal Alice ini dengan mengerjapkan matanya beberapa kali
   
    "Apa yang kau bahas ni?" Tanya Kaizo bingung

Hyacinth UnguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang