7. Simpatik

5 1 0
                                    

Happy reading

□□□

Layung senja telah mencuatkan sinar indahnya. Menyambut hangatnya malam.
Bastian dan ketiga temennya tiba di rumah Ojang. Di sana sudah ada teman-temannya yang lain. Anggota Geng Laskar pelangi sudah berkumpul setelah ashar.

Di antara mereka ada 4 anggota inti dari geng Laskar yaitu Ammar, Bastian, Jay dan Viktor. Sekta merupakan ketua mereka dan Bastian sebagai wakil.
Di antara mereka berlima cuma Sekta, Amar, dan Bastian yang waras. Sekta adalah orang yang paling irit bicara. Sedangkan Jay dan Viktor tidak perlu ditanyakan. Amar tidak jauh berbeda hanya saja Amar bisa dibilang sedikit lebih dewasa di banding mereka berdua. Sayangnya, Amar itu play boy. Jay apalagi. Sedangkan Sekta dan viktor paling anti dengan cewek.

Mereka adalah teman-teman sekaligus saudara bagi Bastian dari sekolah lamanya. Bastian memang sudah tiga kali pindah sekolah sejak SMA. Walaupun begitu mereka tetap menjalin hubungan yang baik.

Walau diketahui di sekolah baru Tian belum mempunyai satu teman. Bukan karena ia di jauhi atau sulit mendapatkan teman tapi ia sendiri yang tidak tertarik berteman ia hanya takut salah memilih teman dan berteman dengan seorang fake.

Citt

Suara motor ketiganya yang sudah terparkir. Bastian tentunya dapat sambutan hangat dari teman-temannya.
"Halo, Brother. Apa kabar?"

"Alhamdulillah, gue baik. Jadi gimana semuanya udah beres?"

"Ini, Bas. Ada makanan, beras sama ada pakaian. Rencananya kita mau bagi 4 kelompok. Jadi lo ikut sama kelompok kita bagiin ke daerah kembang sepatu.
Lo gak keberatan kan Bas?"

"It's okey. Gue ikut aja."

"Attar tolong angkat yang itu terus bagiin ke rumah sana. Gue dan Sekta bagiin ke jalan."

"Eh Jay bantuin gue napa. Jan sibuk pacaran." Kesalnya.

Ekor mata Jay melirik sebentar ke arah Viktor kemudian fokus lagi ke benda kecil di tangannya.
"Bilang aja lu iri kan. Ayo ngaku. Makanya cari cewek Vik. Lo sama Sekta kelamaan jomblo."

"Malah bawa-bawa gue. Pacaran Virtual aja bangga." Sekta.

"Gak papa virtual daripada gak ada."

"Oi, bantuin gue. Bahas ceweknya nanti aja, berat nih."

"Sekta aja yang bantuin. Gue mau telponan dulu ama ayank."

"Ayank lagi ayank lagi. Tolong, Sek. Berat banget."

"Sabar. karena, yang berat itu dosa lu Mar."

Semua tertawa. Sekta emang irit bicara tapi jika sudah mengeluarkan kata-katanya biasanya sangat menohok.
"Anj* bener tuh, dosa lu yang berat."

"Udah jangan pada berantem. Liat tuh yang lain pada sibuk bagiin."
Saat sedang asik-asiknya membagikan makanan. Ada seorang laki-laki sekitar umur 13 tahun mengambil paksa makanan yang di pegang Viktor dan membawanya lari.

"Woy yang bener dong. Dasar set*n."

"Kenapa? Marah-marah mulu lo."

"Ada apasih bro?"

"Itu bocah main ambil makanan dari tangan gue. Gak terima kasih malah kabur."

"Udah lah, Vik. Gak usah dipermasalahkan. Kan kita niatnya emang mau bagiin buat mereka."

"Bukannya gue gak mau kasih, Bas. Tapi, gak sopan.
"Yaudah gue ikuti dulu ya. Gue penasaran sama tuh bocah. Kalian tunggu aja di sini."

"Gue ikut Bas." Sekta.

"Gak usah lo lanjutin bagiin makanannya aja sama yang lain."

"Eh mau kemana Bas?"

"Gue cuma sebentar."

"Eh mau kemana tuh si bas?"

"Udah, Bastian lagi ada urusan. Ayo, lanjut bagiin!"

Roki sampai di sebuah gudang. "Dek kakak bawa makanan."

"Yeyy abang Roki udah pulang." Teriak Leta, girang.

"Eh Roki."

"Iya, kak. Kak Thalita udah lama?"

"Hmm lumayan sih. Kamu dari mana? tadi pas kakak sampai kamunya gak ada."

"I-itu kak Roki abis nyari makan di luar."

"Yah, maaf kakak gak sempet bawain kalian makanan soalnya kakak baru pulang kerja langsung kesini."

"Gak papa kak lagian aku udah bawa banyak makanan."

Roki membagikan makanan itu kepada adek dan teman-temannya.

"Roki kamu dapat makanan ini dari mana? Kamu gak nyuri kan?"

"Eh, ngg ngak kok kak. Roki tadi dikasi sama ibu-ibu di pasar karena Roki bantuin bawa belanjaannya."

"Yang bener? Yaudah makan ya abisin jangan lupa baca do'a."
"Kakak gak mau? Masih banyak kok, kak."

"Kakak udah makan, kalian aja." Mereka makan dengan lahap.

Bastian sampai di depan gudang
"Kok dia lari ke arah gudang? Gudangnya juga udah mau roboh gini."
Bastian mendengar suara dan mengintip. "Itu kan bocah tadi jadi dia kasi makanan itu untuk teman-temannya."

Bastian hendak menyamperi mereka tapi, "tunggu, itu kan gadis yang ada di bus? Kok bisa ada dia?"

Bastian mengendap-endap kembali ke motornya agar tak ketahuan teman-temannya yang masih membagikan makanan. Ia mengeluarkan rambut palsu yang kebetulan ia bawa tadi tentunya tanpa sepengetahuan temannya.

Ia kembali ke gudang. "Lo kan-"

Roki berdiri, "kakak siapa?"

"Lo yang ambil makanan punya temen gue, kan?!"

"Aduh, kak. Tolong jangan kasi tahu mereka soal makanan itu. Tolong jangan marah, kak."

"Roki kamu bicara sama siapa? Kakak udah bilang jangan bicara sama orang yang gak kamu kenal."

□□□

Gaje ya? Hihi iya nih.
Otak gak bisa mikir jadinya kek gitu dah.

Ilusi Gadis pemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang