8. Pertemuan

4 0 0
                                    

Thalita terkejut melihat orang asing di depannya. Cowok cupu- kaca mata bulat besar, rambut keriting dan dan tompel besar dipipi kanan tak lupa gigi yang keluar.

"Kamu siapa?"

"Aku kesini karena adek itu ambil makanan kami."

"Kami?" Yang ditanya hanya mengangguk.

"Roki sini! Kakak mau tanya apa bener yang kakak ini katakan."

"B ... bener kak tapi Roki cuma kasian sama adek Roki dari tadi dia kelaparan."
"Ayo minta maaf dulu sama kakak ini."

"Roki, minta maaf kak."

"Nanti aku ganti ya makannanya, maaf kalau Roki udah mencuri makanan punya kamu."

"Eh gak usah. Ini aku bawain makanan buat kalian. Kami memang niat bagi-bagi makanan di sekitar sini."

"Makasih ya kak. Kakak ini baik."

"Makasih ya."

"Sama-sama kenalin nama aku Basti-."

"Basti?"

"Maksud aku Basuki."

"Oh Basuki, nama aku Thalita."
"Kamu gak takut liat aku?"

"Takut? Kenapa aku harus takut? Kamu kan juga manusia."

"Iya tapi kan wajah aku."

"Kamu bukan monster kan?"

"I iya bukan, sih"

"Makanya. Aku baru takut kalau kamu itu vampir aku takut di gigit."

"Haha."

"Oh iya kamu gak di cariin sama temen kamu?"

"Gak aku udah kabarin."

"tadi kata kamu kamu di jauhin sama orang-orang. Tapi kok kata Roki temen-temen kamu banyak."

"Anu ituu akuu cuma bantuin aja kok."

"Oh ya kamu siapanya mereka?"

"Aa? Oh mereka. Mereka itu udah aku anggap adek dan teman buat aku. Aku suka ngajarin mereka membaca, berhitung, dan beberapa pelajaran lainnya."

"Kenapa? Maksud aku kenapa kamu mau ajarin mereka padahal kan kamu gak dapat apa-apa."

"Aku cuma mau berbagi ilmu aja sama mereka walaupun sedikit. Mereka itu punya cita-cita yang tinggi dan mulia. Kamu liat yang tubuhnya gempal dia mau jadi polisi dia mau jagain orang-orang dari kejahatan katanya. Dan itu si Abil dia punya cita-cita jadi pemadam kebakaran, dia mau bantuin orang kalau ada kebakaran."
Itu Siti dia ingin jadi perawat. Dia pingin mengabdi sama orang-orang yang membutuhkan jasanya."

"Dia memang beda," batinnya.
"Kamu sekolah dimana?"

"Aku udah gak sekolah. Aku gak mampu bayar biaya sekolah. Karena itu aku putusin buat berhenti."

"Emangnya orangtua kamu dimana? Kenapa bukan mereka yang biayain."

"Orang tua aku udah meninggal dua tahun lalu. Sekarang aku hidup sendiri dan biayai hidup aku sendiri."

"Maaf aku gak tahu.aku minta maaf kalau aku nyinggung perasaan kamu."

"Haha gak apa-apa kok. Aku udah kebal kalau cuman masala gini."

"Kenapa kamu gak coba daftar beasiswa aja. Kamu kan pintar."

"Aku pernah sih nyoba tapi sampe sekarang belum ada pengumumannya. Udah ah lupai aja."

"Kamu kenapa suka tempat ini?"

"Ahahaha kamu mah perasaan dari tadi nanya mulu."

"Emang gak boleh ya? Maaf."

Thalita maju dua langkah. "Karena tempat ini sepi dan nyaman. Damai dan gak ada cahaya kecuali murni dari bintang. "

"Aku gak tahu kenapa tapi aku sangat suka gelap. Mungkin orang akan anggap aku aneh."

"Kedengarannya memang aneh sih "

"Aku suka gelap karena, dalam kegelapan malam,  aku bersyukur itulah yang terbaik. Daripada mengeluhkan segala apa yang belum kita dapatkan."

"Kamu suka senja?"

"Hmm gak! Tapi aku gak pernah benci.
Kamu sendiri?"

"Aku sangat suka."

"Kenapa? Senja kan bersifat sementara."

"Ya kamu benar. Sesuatu yang terlihat indah sebagian memang hanya sementara."

"Lalu?"

"Senja tetap berjanji bahwa ia pasti kembali. Dan memang senja akan menepati janjinya. Dan walaupun banyak yang gak suka tapi senja akan tetep berikan keindahannya."

"Denger kamu cerita aku tertarik dan akan selalu nunggu senja"
"Aku boleh gak minta sesuatu? Ya walaupun kita baru kenal."

"Apa? Aku pasti usahakan."

"Kamu mau gak menunggu aku seperti senja itu?"
"Kenapa?"

"Karena Di antara senja dan keheningan di tempat ini, mengingatmu menjadi kesibukan kecil yang membahagiakan
"Hahahah."

"Hahaha."

□□□

"Alhamdulilah semuanya sudah dibagiin"

"Eh Bastian kemana?"

"Ia ." Jay celengak celenguk
"Eh nih Bastian chat gue  katanya kita di suruh pulang duluan. Dia ada urusan "

"Aduh mamae itu anak eh keluyuran mulu."

"Udah ah mending cabut Bastian bisa jaga diri. Besok ada ulangan kan? Gue mau belajar."
"Tumben lo?"

"Gak panas."

"Apaansih lo pegang-pegang dahi gue. Gue gak sakit. Gue abis di marahin abis-abisan sama nyokap gegaraa nilai gue anjlok. Bokap ngancem bakal potong uang jajan gue kalau gak belajar."

"Belajar yang rajin ya haha."

"Oh iya Jay. Lu jadi pindah ke sekolah Bastian?"

"Jadi dong. Gue sama Sekta dan si upin ipin besok udah resmi jadi murid di sana."

"Yah lo tinggalin kita dong."

"Iya kok pada pindah sih."

"Ya kita kan masih bisa ketemu di luar. Kayak mau kemana aja lo peluk-pelukan. Lebay."

Ilusi Gadis pemimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang