1.Hari Sialan

2 2 4
                                    

Seberapa semangatnya kalian membaca cerita ini? 1-10 ya.

Sudah lama tidak bertegur sapa, akhirnya cerita ini hadir. Walau tidak sebagus author yang lain, tapi semoga cerita nya menghibur.
____

🍃 HAPPY READING 🍃
____

Pagi-pagi sekali leila sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya, leila masih menginjak bangku 12 IPS. Bahkan hari ini adalah hari dimana ia pertama kali masuk kesekolah Binahasa sekaligus termasuk sekolah favorit di kota jakarta. Leila adalah murid pindahan, ia jauh-jauh pindah ke jakarta hanya untuk mencari pria tersebut. Teo- nama lengkap nya Teo arjuna anggara, namun leila memanggilnya ara, panggilan yang bisa membuat pemilik namanya kesal.

Hingga saat ini leila masih belum menemukan keberadaan teo, leila bahkan baru sadar jika ia sangat membutuhkan keberadaan teo di sampingnya. Senyum leila terbit, kala mengingat momen-momen bersama teo dulu.

Leila bukan tipe seorang yang pelit senyum, leila bahkan seharian bisa mencapai dua puluh kali senyuman, ya, segabut itulah leila hingga menghitungnya.

Mungkin, jika dilihat dari luarnya, leila itu cantik, jika senyum terlihat imut. Namun jika dilihat dalam sisi gelap nya, mungkin, tidak ada yang percaya jika leila mempunyai sikap keras.

"Ila, cepat habisin makanan kamu! Saya akan mengantar mu ke sekolah barumu itu!" Suara paman masuk ke dalam gendang telingaku, paman memang memanggil namaku dengan sebutan ila, bukan hanya paman, tapi semua anggota keluargaku memanggil ku seperti itu.

"A-apa? Gue gak salah denger nih?" Tanya ku kepada paman, hanya untuk sekedar memastikan, apalagi aku tahu bahwa paman memiliki rutinitas jadwal yang sangat sibuk dan tidak memiliki waktu luang.

"Jangan kebiasaan memakai kata gue-lu!" Tegur paman, aku tersenyum dan dengan cepat menghabiskan makananku, jarang-jarang paman bisa meluangkan waktu dengan ku.

Sedikit aku akan menceritakan latar belakang paman ku, nama paman adalah Arga devando. Paman arga berumur dua puluh tujuh tahun. Paman arga masih single ia sendiri, tapi kalian jangan salah paham, dirumah paman bukan hanya kami berdua, disana juga ada bibi rini yang bekerja menjadi ART di rumah paman arga, dan juga ada pak haris yang menjadi satpam di rumah paman arga. Jadi kami berempat berada di satu rumah. Kadang juga rekan kerja paman sering datang untuk menginap, jadi sangat jarang jika rumah paman sepi dan hanya ditempati kami berdua. Paman arga adalah pengusaha sekaligus dosen di salah satu universitas besar dijakarta. Wajah paman arga, bisa di bilang tampan, dingin, ketus. Paman arga itu tingginya sekitar 187 cm, paman arga badannya tegap, bahkan saat berjalan pun ia masih terlihat menawan. Paman arga itu orangnya irit bicara, dia tidak menyukai seseorang yang terlambat, dia orangnya tegas. Mungkin karena ia merupakan keturunan kakek yang memang dulu berprofesi sebagai tentara. Jadi mungkin seperti itulah sifat tegas yang ia dapat. Setidaknya hanya itu yang bisa ku nilai dari paman arga.

"Hhaaah" aku menghela napas sebentar, lalu kembali melanjutkan cerita.

Walaupun aku baru satu minggu ini tinggal bersama paman, namun tentu saja aku dapat bercerita panjang lebar seperti ini. Tapi bay the way ada isu yang mengatakan bahwa paman sudah bertunangan. Aku kurang tahu, tapi kalau tidak salah, tunangannya adalah mahasiswi di universitas yang menjadi tempat kerja paman arga, tapi aku juga tidak tahu, toh nyatanya tidak ada satu pun cincin yang tersemat di sela jari nya.

Aku merogoh tas gendongku, mencari sesuatu berukuran 4x6. Foto hitam putih itu, aku melotot. Mencari nya dengan teliti bahkan malah mengeluarkan kembali buku-buku yang ada didalam tas ku. Gelagat aneh ku mampu membuat paman arga menoleh kearahku.

LEYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang