7. Bacotan

0 1 0
                                    

Cerita ini sedang berada di sudut pandang afarats, jangan heran ya ...

Kita bawa enjoy dulu, karena tokoh selanjutnya belum tiba ...

Komen yang banyak di setiap paragraf nya!

⚠️ TYPO HARAP TANDAI ⚠️
______

🍃 HAPPY READING 🍃
______

Dua jam telah berlalu, lampu UGD kini redup tanda operasi telah berhenti. Aku, juna, dan tono, bapak-bapak tadi. Kini kami bertiga berdiri, menanti dokter keluar.

Kreeet

Pintu besi itu dibuka, dokter ando pun keluar, bersama satu suster yang memegang buku dan pena di tangannya.

"Dengan keluarga pasien?" Dokter ando memulai pertanyaan.

"Saya teman nya dok". Ucap ku menyahut cepat.

"Pasien dinyatakan koma, kami tidak tahu kapan ia akan sadar. Namun, kami akan melakukan yang terbaik untuk dirinya." Pernyataan itu berhasil membuat ku terduduk,

"Apakah tidak ada keluarga pasien?" Tanya dokter ando sembari menatap ketiga pria dihadapannya.

"Dari barang bawaan kami tidak menemukan handphone pasien dok," Papar suster disamping dokter ando.

"Apakah ada yang bisa menghubungi keluarga pasien?" Dokter ando kembali menanyakan hal tersebut.

Semua terdiam, benar disini tidak ada keluarga leila, aku memikirkan solusi nya, apakah harus keluarganya yang diberitahu? Jika biaya aku pun bisa untuk membayarnya.

"Kita bisa bicara dok!" Ucap ku, tak tahan lagi berbasa-basi seperti ini.

"Tidak bisa, kamu terlalu dini untuk tahu masalah nya!" Ucap dokter ando tajam.

"Kita bisa bicara dok!" Kini tono mulai angkat suara,

"Hanya keluarganya yang tahu!" Kini dokter berusaha untuk menutupi masalah.

"Masalah apa? Penyakit?" Juna angkat suara, aku terdiam. Tidak akan berkomentar. Bahkan ku lihat dokter sedikit gelagapan dan berbisik dengan suster disampingnya. Dan suster itu mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Maaf kami tidak bisa memberitahu nya, tapi dimohon sekali lagi untuk memberitahu keluarga pasien," ujar suster tersebut, lalu dokter ando pergi dengan suster tadi.

Aku kembali terduduk, ada penyakit apa yang sedang bersarang ditubuh leila? Memikirkan hal ini membuat ku pusing tujuh keliling.

"Yang sabar nak". Ucap pak tono sembari menepuk-nepuk pundakku pelan. Aku hanya tersenyum membalasnya.

Kreeet

Kedua suster bermunculan, suster tersebut tersenyum ramah.

"Pasien bisa di jenguk, tapi hanya di perbolehkan satu orang saja". Ucap salah satu suster tersebut sembari mempersilahkan diantara kami masuk, tentu aku langsung berdiri tegap.

"Buat biaya administrasi bisa ikut saya". Aku menoleh ke salah satu suster tersebut, bimbang.

Disatu sisi aku sangat menginginkan untuk bisa bertemu leila. Namun disisi lain ada pihak yang sedang menunggu.

"Biar gue aja!" Juna angkat suara.

"Ha?". Aku yang gak koneks pun langsung menganga

"Administrasi!" Balasnya singkat.

LEYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang