Bab 2

9 4 5
                                        

"Karyawanmu sehat?" celetuk Aera setelah selesai mengamati rekaman CCTV dari Hope Flower bersama Seolmi.

Kini kedua wanita itu saling pandang.

Aera menyentuh pipi Seolmi dengan kedua tangannya, lantas ia mendekatkan wajah sahabatnya dengan paksa ke layar laptop yang masih menyala, menampilkan seorang laki-laki yang berada di toko bunga. "Lihat," suruhnya.

Aera menyingkirkan tangannya dari pipi Seolmi, ia lantas mengangguk dengan alis terangkat.

"Dia sangat tampan. Lihatlah rahang tegas itu, badannya yang bagus dan tinggi, gaya rambut yang oke. Dia terlihat sempurna. Bagaimana bisa karyawanmu mencurigai laki-laki seperti dia? Aku saja yang hanya melihatnya dari layar laptop, bisa tahu jika dia laki-laki baik," imbuh wanita itu.

"Seperti itukah? Sejauh ini semua laki-laki tampan kau anggap baik, Aera." Seolmi bersedekap dada. "Tentang karyawanku, itu artinya dia waspada, berarti mereka peduli dengan toko bungaku," cetus Seolmi tersenyum lebar.

"Hei-hei, lihat senyuman itu. Apa kau bangga?"

Seomi melirik sahabatnya. "Tentu saja."

"Namun, bagaimanapun juga kau tidak boleh berprasangka buruk pada seseorang. Ingat, laki-laki itu tidak pernah absen untuk datang ke sana. Dia sudah menjadi pelanggan tetapmu," ucap Aera. Matanya melebar menggambarkan keantusiasan.

Ucapan wanita itu ada benarnya. Namun, ekspresi wajah itu membuat Seolmi heran. Ia menyeringai, mengejek Aera yang entah pikirannya terisi oleh apa.

"Biasanya kau tidak peduli seperti ini." Seolmi mengubah posisi duduknya. "Kecuali perihal laki-laki," imbuhnya.

Aera menanggapinya dengan tersenyum lebar, membuat kelopak mata bagian bawahnya melengkung seperti bulan sabit. "Kau sudah lama tahu, tapi Seolmi ... pelanggan tetap seperti dia apa bukan suatu keberuntungan? Hem?" bisik wanita itu.

Bisa ditebak. Jika itu tentang laki-laki, Aera pasti akan bersemangat. Begitulah wanita itu. Meskipun sebenarnya Seolmi memahaminya, ia akan tetap mempertanyakan apa yang ada di balik ekspresi sahabatnya.

Setelah melihat jam tangannya, wanita berbulu mata lentik itu menarik lengan Aera agar bangun dari tempat duduk. "Hentikan omong kosongmu. Sekarang waktuku untuk istirahat. Aku tidak berniat mengusirmu, tapi jika kau terus berada di sini, aku tidak akan bisa istirahat," ucapnya.

Saat diperhatikan, ternyata mata Seolmi sudah memerah. Wanita itu juga menguap beberapa kali, bisa dipastikan itu karena ia mengantuk.

Aera terus saja ditarik maju oleh sahabatnya. Lantas ia berkata, "Kau berkata seolah aku membawa nasib buruk untukmu."

"Kadang-kadang," cetus Seomi.

Itu membuat Aera memelototinya. "Aku pulang, tapi ...."

"Ada apa?"

Mereka berdua berhenti di depan pintu yang sudah terbuka.

"Bukankah tadi kau juga terpesona dengan laki-laki itu? Kau tertarik? Jika iya, dia untukmu saja, ambillah," terang Aera tertawa. Wanita itu menaik-turunkan telunjuknya yang mengarah pada wajah sang sahabat. Ia bermaksud menggoda Seolmi.

Seolmi sontak saja terkejut. Ada sedikit seringai di mulutnya. "Apa kau bertanggungjawab atas hidupnya? Pulang sana!" usirnya memutar badan Aera agar menghadap pintu, lalu mendorong pelan bahu sahabatnya itu dari belakang agar keluar dari rumah.

***
Hari ini Seolmi akan menjadi tamu di pernikahan kakak sahabatnya. Wanita tersebut baru saja selesai bersiap. Ia mengenakan dress code gelap dengan blazer hitam dan celana panjang, busana yang lebih kasual dengan warna cenderung gelap atau netral memang sering dipakai untuk acara pernikahan di Korea. Dress code seperti itu juga dianggap untuk menghormati kedua pengantin.

Real of Feeling [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang