Renata memasuki sebuah rumah sederhana minimalis bersama dengan Abian yang kini menjadi suami sahnya dalam agama.
Untuk menghindari keluarga dan menjaga jarak dari para tetangga, mereka memutuskan untuk pindah ke tempat dimana tidak ada orang yang mengenal mereka.
Tetapi, tujuan Renata hanyalah untuk menutupi kesedihan dan rasa tidak suka pada Abian. Ia ingin menjauh dari Abian tanpa sepengetahuan Gayatri karena tugasnya kali ini hanyalah menjadi tokoh utama dalam drama yang akan di aturnya setelah berpikir panjang semalaman.
Ia bahkan tidak peduli, meskipun Abian sudah menjadi suaminya karena setelah ia keluar dari rumah, tidak ada status suami istri.
"Renata?"
"Panggil gue Ren, lebih simpel kan."
"Iya ren. Panggil gue Bian,"
"Tanpa lo bilang juga gue udah tau nama lo Bian, oh ya, kamar gue di atas ya jadi lo yang dibawah oke."
"Tapi--"
"Udah beresin aja dulu!"
"Oh ya, karena kamar gue di atas jadi lo ngga boleh pergi ke atas tanpa seizin gue. Gue ngga mau lo masuk kamar gue sembarangan."
"Tapi kita bukan orang asing, Ren."
"Bagi gue lo tetap orang asing."
"Oke kalo itu mau lo, gue terima dengan senang hati."
"Ternyata lo ngga buruk, mungkin kita bisa berhubungan baik tanpa menyentuh satu sama lain."
"Hah? Gue ngga salah denger?"
"Lo ngga budeg kan?"
"Terus kalo lo kenapa-kenapa gimana?"
"Ya biarin aja."
"Lo gila?"
"Karena lo, gara-gara lo masuk dalam hidup gue mungkin gue akan jadi setengah gila."
"Terserah!"
Bian bukanlah tipe orang yang mudah tersinggung karena ia mengerti bagaimana yang dialami Renata memang tidak mudah untuk wanita seusianya yang ingin menikmati masa remaja dengan kebebasan tanpa adanya ikatan.
Tidak mudah baginya juga untuk menghidupi kehidupannya bersama Renata, ia hanya ingin menjadi suami yang baik hingga pernikahannya diakui oleh negara.
"Biann!!!"
Teriak Renata dari dapur, Bian yang berada di kamarnya berlari tergesa-gesa.
"Kenapa? Lo ngga apa-apa?"
"Lo makan mie yang ada di laci atas?"
"Iya, kenapa?"
"Lo tau ngga, mie itu kesukaan gue dan tinggal satu di minimarket. Lo ngga tau seberapa gue berebut sama ibu-ibu yang bawa anak!"
"Yaa, sorry gue ngga tau. Tinggal beli lagi aja kan ke minimarket lainnya."
"Biann! Lo mau gue lempar pake kursi!"
"Oke, gue yang beli."
Bian mengeluarkan saku celananya yang hanya tertinggal uang logam, ia lupa membawa dompet yang tertinggal disaku jaket. Tetapi, ia tidak ingin menatap mata dan kuping yang memerah pada wajah Renata. Ia takut akan menganggu mentalnya jika terus mengeluarkan emosi.
Apa boleh buat, ia harus menjadi pelayan untuk tiga jam kedepan di minimarket.
Akhirnya, ia keluar dari minimarket tanpa harus ditahan sampai besok pagi, jika tidak Renata mungkin benar-benar akan mengusirnya dari rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someday
RomanceUntuk memenuhi permintaan terakhir sang ayah, Ren harus menerima lamaran Abian meskipun keduanya masih berumur 17 tahun. Ren adalah primadona di sekolah, namun sejak Abian memasuki kehidupannya ia tidak pernah merasa aman karena Ren hanya mencintai...