Si Banyak Ulah

37.5K 4.6K 357
                                    

"Si, Sisi."

"SISI!"

"Akh. Aduh Maaaa!" aku terperanjat kaget dengan tarikan Mama, yang menarikku dari kasur secara spontan.

"Hari ini ikut ke peternakan, belajar perah susu sapi ya?"

"Ish!" Aku masih kesal karena tarikan Mama berhasil membuatku terduduk.

"Nggak usah tarik-tarik gitu lah Ma," ujarku dengan wajah dongkol.

"Ayo, keburu siang. Mandi sana, rejekimu keburu ditarik cewek lain."

Pikiranku loading sejenak.

...

........

...............

"ADA AYASH, MA?!"

"Iya, tapi agak siangan. Nanti Ayash dateng sama Pak Mantri."

"Yang keburu ditarik cewek lain maksud nya apa, Ma? Si Rani sama Siti itu?"

Seketika darah juang ex- mahasiswa yang rajin ikut demo membuncah.

"Oke! Mari kita terjun ke lapangan, Mom!" seruku beranjak dari posisi duduk.

"Mam Mom Mam Mom. Mandi dulu! Itu sarung bantal diganti, bekas iler kamu nempel tuh!" omel Mama.

"Hehehe. Ibuk..... Ibuk baik deh..." rayuku.

Mama mendengus, "giliran Ayash aja semangat. Giliran disuruh ganti sarung bantal panggilnya alus kamu ya. Hmmmm."

Aku terkekeh pelan dan masuk ke kamar mandi.

Fyi, kamar mandi kamar ini paling exclusive karena ada bathtub-nya, dan paling aku suka. Nggak ada gayung.

Bisa pegel tangan aku kalau mandi pakai gayung. Dan aku nggak bisa mandi seperti itu. Meskipun aku dulu mahasiswa yang suka demo. Tapi aku nggak bisa hidup sederhana.

Halah Sisi! Hentikan hayalan babumu itu nak. Sadar sekarang kamu hidup di desa!

Dengan cepat aku mandi. Lalu dressing like a good girl in the town. Aku memakai baju berwarna pink dan tennis skirt warna putih. Tidak lupa loafer putih yang baru aku beli, segera aku kenakan.

Nice!

"Ibuk.... Ayo Buk....." aku turun dari tangga sambil memanggil Mana.

Kemudian Mama terlihat dari dapur rumah.

"Kamu ini mau meres susu sapi di kandang apa meres susu sapi di New Zealand?"

"Ya yang di kandang dong Mah. Eh, Buk, maksudnya hehehe." Aku masih harus membiasakan diri memanggil Mama dengan sebutan "Ibuk"

"Terserah kamu lah, Si. Sini sarapan dulu, ibuk nggak masak banyak hari ini."

Aku rasa, aku nggak butuh sarapan. Soalnya energy ku sudah full charging, 100%.

"Nggak usah, Buk. Nanti ajaaa. Sekarang ayo berangkat sekarang aja."

Mama berdecak. "Cuma gara-gara Ayash ini. Anakku jadi kegilaan sama cowok," sindir Mama.

"Ya salah siapa yang mau kriteria calon mantu minimal harus PNS, harus sopan, lalalala lila lala."

Mama terdiam.

"Nggak bisa jawab kan, Maaa? Hehe."

"Cengengesan kamu? Bilang makasih sama ibuk dulu yang udah paksa kamu buat balik ke sini."

"Makasih Ibukku sayang. Sisi sayang banget sama Ibuk." Aku buru-buru memeluk Mama sampai dia merasa risih.

Akhirnya kami pergi ke peternakan sapi milik Papa. Kata Mama, di sini ada dua jenis sapi. Ada sapi perah dan sapi ternak yang khusus diternak untuk dijual badannya. Aduh how to explain this? Pokoknya sapi buat kurban sama sapi yang diambil susunya.

Clumsy SisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang