Bab 2. Tiba di Kloverost

39 8 9
                                    

Setelah seruan dari Lyria di atas kapal Nagflar, Scarlett berkata mereka harus berangkat ke wilayah Lyfse, tempat tinggal bagi para Pixie atau Peri Cahaya. Selama perjalanan, mereka diperlihatkan pemandangan yang indah, pantai yang putih bersih, beberapa kali mereka mendengar kicauan burung dan angin menerpa dengan lembut. 

“Badanku masih terasa sakit, semoga saja cepat menghilang,” keluh Lyria, ia  tengah berusaha untuk mengabaikan rasa itu.

“Aku mual, padahal selalu melewati proses itu. Tetap saja rasanya mual,” balas Aubrey.

“Dari atas kapal juga aku tahu kau mual. Tidak berhenti bilang, sih.” Lyria yang kini menatap Aubrey.

Aubrey ingin membantah, tetapi itu benar kenyataannya. Jadi ia hanya bisa memalingkan muka karena malu.

“Sudah, kalau memang belum bisa melanjutkan perjalanan nanti kita istirahat dulu,” ujar Dragonilious. Walau kepalanya terasa sakit, ia masih bisa menahannya.

Scarlett yang melihat semua itu tersenyum kecil. Timnya ramai, semoga saja misi ini bisa berjalan dengan lancar. Gadis itu mengeratkan genggamannya pada payung yang ia bawa, nyerinya masih terasa.

“Ada apa, Scarlett?” tanya Dragonilious  yang menyadari ketua mereka sedari tadi hanya memperhatikan.

“Aku hanya memikirkan tentang apa yang kita lakukan di Kloverost. Sedangkan kita harus bisa mengaktifkan sigil sebelum puncak Festifal Nebirth Alfhild, pukul 22.22 malam nanti,” jelas Scarlett. Ia menikmati pemandangan indah yang mereka lewati, hanya saja pikirannya tidak bisa berpaling dari misi mereka.

“Sepertinya untuk mencapai Coeden Amser kita membutuhkan waktu dan melewati berbagai tempat.”

Scarlett mengangguk, gadis itu tampak memainkan payungnya. “Benar. Kita juga harus mencari tahu tentang Rod and Ring.

Dragonilious terlihat ikut berpikir. Sedangkan di sisi lain, Aubrey tengah asyik menjelaskan wilayah di sekitar mereka pada Lyria, karena mereka sudah memasuki wilayah Kloverost. Akan tetapi, atensi milik Lyria berpindah pada rekannya yang lain.

“Sebentar, Aubrey. Kita bergabung dulu dengan pembicaraan Dragon dan Scarlett.”

Aubrey melihat ke arah Scarlett dan Dragonilious yang masih asyik berpikir. Ia berlari kecil untuk berdiri di tengah-tengah mereka. Sepertinya mereka terlaku fokus sampai tidak menyadari Aubrey menatap mereka dengan penasaran.

“Bagaimana kalau kita bertanya pada warga setempat?” tanya Aubrey membuat Dragonilious dan Scarlett terlonjak kaget.

“Jangan tiba-tiba kaya setan yang suka ngagetin! Untung saja aku tidak punya penyakit jantung!” sembur Dragonilious menatap ke arah Aubrey yang kini sedang menyengir.

“Jangan buat kaget!” Scarlett mencoba meredakan jantungnya yang berdetak sedikit cepat.

“Maaf-maaf, habisnya kalian terlalu fokus sampai seperti melamun,” bela Aubrey yang kemudian ditarik Lyria. “Makanya jangan bertingkah aneh!”  Ia merasa sedikit pening melihat kelakuan Aubrey.

“Aku, kan, cuma memberikan saran. Tadi katanya mau bergabung dengan mereka!” keluh Aubrey.

“Aku tahu. Lain kali jangan seperti tadi, oke?” terang Scarlett yang berharap tidak terjadi kekacauan di misi mereka.

Aubrey mengangguk dan tersenyum pada semuanya, akan ia ingat untuk tidak mengagetkan teman se-timnya kecuali di saat yang tepat.

“Ku rasa ide yang dikasih Aubrey bisa dijalankan, apalagi isu selalu berkembang di masyarakat,” ujar Lyria yang sedari tadi memproses percakapan di antara mereka.

The Journey in LyfseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang