Bab 5. Akhir Kembar Meresahkan

31 6 5
                                    

Aubrey  hinggap di pucuk bunga berwarna biru. Kontras dengan rambutnya yang berwarna merah muda. Netra menatap tajam kembarannya yang masih asyik terbang ke sana-kemari.

“Berhenti! Aku pusing melihatmu!” seru Aubrey memperingatkan tiruannya. Hanya saja, seruan itu dianggap angin lalu. Mau tak mau, Aubrey terbang dan mendekati kembarannya.

“Aku kira kau sudah lelah. Ternyata masih bisa terbang?” ejek kembaran Aubrey dengan wajah sombong. Pakaian panjang berwarna merah muda terlihat bergerak karena tersapu oleh angin. Pakaian merekalah yang membedakan. Jika tim menggunakan seragam dan jubah berwarna oranye. Maka, kembaran mereka memakai pakaian santai yang anggota tim sukai.

Aubrey sudah mulai merasa jengkel dengan tingkah laku kembarannya. Apa dirinya memang seperti itu? Kalau iya, Aubrey harus meminta maaf pada orang-orang yang telah ia buat kesal. Gadis Nymph itu melepaskan sarung tangan dan menyimpan di dalam kantung.

“Aku tidak pernah berkata lelah. Kau saja yang berpikir seperti itu!”

Serbuk mulai keluar dari sisi Aubrey, lebih banyak dari tangannya. Ia tersenyum sembari melihat keadaan kembarannya. Serbuk itu mulai mengitari tubuh. Ketika menyadari angin berembus tidak kencang, Aubrey mengendalikan serbuk menuju kembarannya. Sosok yang menjelma sebagai Aubrey berhenti terbang, iris mata memindai apa yang terjadi. Ketika melihat serbuk mulai keluar dan terbentuk, ia terlihat kesal. Jelmaan itu mengeluarkan serbuk untuk membentuk perisai. Setelah terbentuk, ia terbang menjauh untuk menghindar.

“Bisanya kabur!” gerutu Aubrey. Ia tetap diam dalam posisinya sambil mengendalikan Aura Pulveris yang telah ia keluarkan sebelumnya. Walau terbentur oleh perisai, Aubrey memusatkan energi untuk serbuk miliknya bisa menembus perisai.

Kembaran Aubrey menoleh dan merengut tidak suka. Tangan terkepal dan membuat serbuk perisai melebur dan melayang ke arah Aubrey dengan cepat. Seringai mulai menghiasi wajah. Jika Aubrey menyerangnya, maka ia juga bisa menyerang.

Keduanya mendapatkan serangan masing-masing. Aubrey segera terbang untuk menghindari serbuk itu. Ia tidak bisa terlalu jauh, atau serbuk akan melemah. Hal itu juga dilakukan kembaran Aubrey. Tindakan mereka membuat keduanya menjauh. Seperti apa yang diperkirakan Aubrey, kekuatan serbuk mereka melemah dan perlahan serbuk menghilang.

Aubrey berputar dan terbang dengan cepat ke arah kembarannya. Tidak peduli apa pun, ia akan menjatuhkan makhluk menyebalkan itu.

“Berhenti terbang! Kau seperti capung!”

*****

Dragonilious mengumbar senyum kepada sang kembaran. Ilalang tinggi menjadi penyambung di antara mereka. Pemuda yang memiliki tato kaki kucing di pergelangan tangan kanan itu berjalan mendekati kembarannya.

“Jadi, apa kau yakin akan memotong telingaku?” tanya Dragonilious.

“Tentu. Tampaknya kau percaya diri bisa mengalahkanku?”

“Mengapa tidak? Aku adalah aku, dan yang bisa mengalahkan aku tentunya hanya diriku!”

“Lagi pula, aku adalah kau!”

Dragonilious tidak mau mengambil pusing dengan percakapan aneh mereka. Ia lebih memilih memanggil kawannya. “Kazuto!”

Seketika muncul rubah putih seukuran rubah biasa, tetapi memiliki sembilan ekor yang melambai. Rubah itu seakan paham akan kondisi, mata memindai seluruh area dan menatap tajam sosok serupa partnernya. Apalagi ketika kembaran Dragonilious juga memanggil sosok yang sama seperti Kazuto. Rubah itu tampak tak suka dan mulai menggeram.

 Geraman kedua rubah mulai bersahutan, Dragonilious menyusun semua informasi di dalam otak. Mungkin rekannya yang lain sudah mulai menyadari, karena ia mulai mendengar teriakan dan suara tembakkan.

The Journey in LyfseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang