"Mintalah bantuan jika tidak bisa melakukannya," katanya lalu berjalan mendahului Younghoon yang hanya berjalan nunduk di belakangnya.
Younghoon mengekori orang itu dengan membawa satu bola di tangannya, ia melihat punggung laki laki itu sambil bengong tanpa arti.
Tanpa terasa, mereka sudah ada di depan pintu gudang yang terlihat sedikit kasihan, karena catnya sudah mulai pudar. Orang di depannya membuka pintu itu, namun terlebih dahulu menyingkirkan batu yang mengganjal pintu. Younghoon ikut masuk dan meletakan bola basket yang ia bawa di rak.
'dub', mereka berdua melihat pintu yang tertutup sedikit kencang. Laki laki yang sedikit lebih pendek darinya itu berjalan dan menarik knop pintu namun sial. Mereka terkunci. Laki laki itu sibuk berusaha membuka kunci ekspresinya mulai kesal sekaligus panik. Sedangkan Younghoon, hanya berdiri di pojokan sambil diam menatap laki laki di depannya yang tengah berusaha membuka pintu.
Bahkan Younghoon tidak bergerak, hanya bernafas dengan tenang dan,,, diam.
"Kau bisu hah? Apa kau bodoh? Berteriaklah meminta bantuan, kau tau? Kita terkunci di gudang sekarang!!" Marah si laki laki itu dengan wajah kesalnya di tunjukkan kepada Younghoon yang hanya menatapnya diam sambil sesekali berkedip.
"Apa kau juga tuli hah? Aku memintamu untuk berteriak meminta bantuan!" Marahnya lagi, tapi kali ini dia lebih menekan suaranya hingga urat di lehernya menonjol jelas.
Tak ingin pusing, ia mencoba kembali untuk membuka pintu. Namun memang sulit, dan mau tak mau dia berdiam dan mulai duduk di lantai. Younghoon yang melihat itu langsung berjongkok di pojokan dan mengurung wajahnya di lengannya. Tanpa ia sadari laki laki itu terus menatapnya dengan tatapan tajam.
"Dia, laki laki yang menangis di balkon malam tadi,?" Inner Hyunjae. Ia jadi teringat suara isakan kecil tadi malam.
Jam pulang sekolah tiba, mereka berdua jelas tidak membawa handphone. Karena memang sekolah melarangnya. Jadi jalan satu satunya menunggu satpam mengecek semua fasilitas sekolah. Itupun kalau satpam sampai ke lantai 3.
Hari semakin larut, sedangkan mereka masih berdiam diri di dalam gudang. Pintu itu terbuat dari besi, jelas mereka tidak dabat mendobrak pintu tersebut.
Malam tiba. Younghoon sudah merubah posisinya menjadi duduk di lantai. Ia tidak tertidur hanya memang selalu menundukkan kepalanya.
"Maaf," katanya dengan suara yang kecil.Laki laki itu menekuk alisnya kebawah,
"Maaf?" Ulangnya. Menanyakan maksud Younghoon, sedangkan Younghoon tidak menjawab lagi, dan perlahan air matanya turun dari sumbernya.Si pria itu hanya menatap Younghoon bingung tanpa memperdulikannya. Sampai ia merasa 'sedikit' iba dengan lelaki di depannya itu.
"Kau menangis?" Tanyanya sambil menatap Younghoon.
Dia mendecak "Apa dia anak kecil? Aneh sekali." Katanya sambil terus menatap Younghoon.
Sebenarnya, Younghoon tidak takut dengan malam, gelap, atau apapun itu. Dia hanya merasa bersalah karena membawa Hyunjae menjadi terkunci di dalam gudang bersamanya. Iya, laki laki yang terjebak bersamanya itu Hyunjae. Si anak basket yang tadi bertanding.
Hyunjae mendekati Younghoon lalu mau tak mau ia merangkul bahu Younghoon yang lebih kecil darinya.
Hari semakin larut. Dan kantuk menghampiri mereka, sebenarnya hanya Younghoon. Terbukti jelas dengan matanga yang mulai menyanyu dan perlahan tertutup, kini mereka berdua terduduk dengan Younghoon yang tanpa sadar tidur di bahu Hyunjae. Hyunjae akan tetap terjaga hingga seseorang menemukan mereka, untuk mencegah terjadinya hal berbahaya pada mereka, terutama 'si aneh, yang entah sejak kapan mulai menjadi tanggung jawab Hyunjae di sana.
To Be Continue
Chapter 2 here. Semoga suka dan hope u enjoy.
Sorry for typo and see ya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Only One
Fiksi Penggemar[ COMPLETED ] - 이현자 × 김영훈 fanfiction. - Hyunjae × Younghoon Fanfiction. top : Hyunjae. bot : Younghoon. Younghoon, seorang siswa kelas sebelas yang sama sekali tidak memiliki teman satupun. di pertemukan dengan Hyunjae, si siswa tsunder dari kel...