10✎

618 82 10
                                    

Subuh tiba bahkan terlihat masih petang dew dan nani pergi untuk pulang sekedar mandi dan juga sarapan. Mereka akan kembali sebelum matahari menampakkan diri.

Takut

Takut, win akan nekat terhadap bright rumah tangga yang belum lama berdiri akan roboh, tentang rencana menggugurkan bayi itu berjalan lancar. Efek alkohol tidak membuat bright tidur terlalu lama, saat alarm berbunyi maka mata tajam itu kian terbuka.

Pusing masih menjalar diseluruh kepala, bahkan badan terasa lengket meminta untuk dibersihkan. Suara nyaring shower terdengar hingga luar kamar mandi, air dingin dipagi hari terasa begitu segar. Bright keluar rapi dengan kemeja putih dan celana hitam panjang yang dirinya gunakan bekerja setiap hari.

Win sudah bangun disaat bright tengah mandi, matanya terlihat segar tanpa mencuci wajah sebelumnya.

"Masih ada waktu mandi dan berangkat sekolah win."

Bright menginstruksi sembari menata rambut depan meja berkaca milik win. Tidak ada niatan untuk berangkat kesekolah hari ini, mungkin win akan lebih diolok-olok.

"Kak aku mau bicara."

Kaki jenjang itu berjalan mendekati sang suami, menatap takut-takut jika harus mendapat tamparan.

"Kak setelah ini ayo kita cerai." Telinga itu mendengar jelas, hingga kegiatan menata rambut terhenti.

"Maksud kamu apa win?"

Bright masih belum mengerti suami kecilnya meminta cerai tanpa alasan yang jelas. Dirinya sudah mulai menerima kehadiran win dan juga calon anaknya, namun mengapa harus ada kata perpisahan begitu cepat.

Uang mulai bright kumpulkan, bekerja hingga larut malam untuk mencukupi kebutuhan keduanya. Menyisihkan uang untuk biaya check up bahkan untuk membayar rumah sakit disaat persalinan anaknya nanti.

"Bisa jawab saya win?!" Bright sudah berhasil masuk dalam mode serius nya mengganti cara bicaranya yang formal bagaimana saat sedang berbicara dengan rekan kerja.

"Bayi udah gak ada, aku menggugurkannya kemarin maaf."

Nafas yang semula teratur kini tercekat, badan menegang dingin sorotan mata mulai menajam. Bright tidak dapat berkata sedetik juga untuk menjawab sebuah ungkapan menyakitkan.

"Kenapa win.." Berkata lirih yang bisa dirinya keluarkan, hingga tidak sadar kedua tangan itu mengepal kuat.

"KENAPA JAWAB!"

Suara keras berhasil keluar.

Win takut.

Takut bright.

Takut bright memukul, menampar, mendorong bahkan menyiksanya.

"Aku malu kak." Spontan kalimat keluar dari mulut win yang mengisi seluruh pikirannya dari kemarin.

BUGG

Mata cantik memerah itu memejam setelah satu pukulan melayang, jantungnya sempat terhenti untuk sekian detik hingga kembali membuka matanya.

Salah win tidak terluka, tangan yang sebelumnya mengepal kuat kini terlihat merah luka. Bright membenturkan punggung tangan sangat kuat didinding yang berdiri kokoh.

"Enak ya malu lalu gugurin anak saya tanpa izin, dimana saya udah mulai menerima kehadiran kalian berdua dihidup saya. Bekerja untuk kalian, bertanggung jawab dengan usia pernikahan belum genap satu bulan. Dan sekarang kamu bunuh anak saya win?"

"Kak kamu kira ini salah aku? engga. Ini salah kamu, andai kamu gak tolong aku, andai kamu gak bawa aku pergi, andai kamu biarin aku lepas malam itu, andai andai andai! AKU MASIH JADI ANAK AYAH DAN BUNDA DIRUMAH BUKAN SUAMI KAMU!"

kak chivaare [Brightwin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang