Hingga pada hari ke tujuh tidak sekalipun saling menyapa, peduli satu dengan lain. Benang yang mulai mendekat kian terulur mundur, masih kepada ego nya masing-masing.
Keputusan untuk bercerai? bright tidak memikirkannya, isi kepala itu kosong. Bright berfikir win telah kembali kepada orang tuanya, telah bahagia yang mana menjadi tempat untuk pulang.
Tentang ponsel bright kembali mengaktifkannya terlalu banyak pesan bahkan sambungan telefon masuk. Nama win tidak tertera dilayar, yang berarti tidak sama sekali mencoba menghubungi bright.
Win mengusap perutnya halus terasa lebih nyeri dari hari sebelumnya, kini dia sedang dalam keadaan sendiri karena sudah memasuki waktu sekolah khao dew dan nani berangkat satu jam yang lalu.
Dirinya paksakan berdiri untuk menggosok gigi, namun saat langkah itu dia ambil maka terasa semakin sakit. Beberapa kali meringis hingga telah sampai didalam kamar mandi, dan untuk rumah win masih bertinggal dikediaman bright.
Entah apa yang terjadi energi win melemah, kram mulai terasa sangat nyeri. Dengan tergesa win sedikit berlari ingin segera membaringkan tubuhnya, namun sebelum menyapa kasur darah dengan sangat tiba-tiba keluar. Kaki putih berbalut celana diatas lutut mulai terdapat bercak merah mengalir.
Win panik sungguh panik, tanganya bergetar meraih ponsel mencoba menghubungi ketiga temanya namun tidak satupun ada jawaban. Terbesit dipikirannya, mencari nomor bright tanpa memperdulikan pertengkaran.
Dua kali panggilan langsung terhubung, namun diseberang hanya diam menunggu win beralasan mengapa menelfonnya. Merasa lega win tersungkur dilantai saat suaminya itu mengangkat panggilan.
"Kak.."
"Kak bai, pulang sakit arggg sakit perut win sakit."
Bohong jika bright tidak panik mendengar lirihan win memintanya pulang. Kecepatannya mengambil kunci mobil tanpa memperdulikan penampilan begitu saja melangkah keluar apartemen. Sambungan telefon tidak terputus, beberapa kali bright menerobos lampu merah.
"Ada darah huuu kak sakit banget."
Sebelum lima belas menit bright sudah mendobrak semua pintu masuk. Langkah panjang dirinya ambil menaiki anak tangga, pintu coklat tua itu terbuka lebar memberikan pemandangan win terkapar diatas dinginnya lantai.
Bright mendekat menopang punggung itu dengan tangannya, win menahan seluruh rasa sakit dengan menangis. Dan benar saja celana win sudah basah darah, tanpa banyak pertanyaan bright mengangkat win keluar.
Menaruhnya diatasi pangkuan tanpa ada rasa kesusahan saat menyetir. Win meremat lengan bright kuat menyalurkan rasa sakit, dannmenangis diceruk leher yang lebih tua.
Win belum pernah merasakan begitu sakit dibagian perut, wajar saja jika dirinya kaget saat kram menusuk sangat nyeri. Dengan tegas bright memerintah suster segara membawa win untuk diperiksa, win menolak melepas genggaman bright dimana dari awal dia takut rumah sakit.
Dua jam lebih pemeriksaan selesai karena win sangat rewel. Kini win sudah tertidur pulas diatas hospital bed dan juga merasa lelah. Win diperbolehkan pulang jika kantong infus sudah habis.
"Makasih el." Bright sungguh berterimakasih kepada kael sudah bertindak cepat.
"Ingat ya tolong dijaga kesehatannya, jangan telat makan, vitamin harus rajin diminum. Pendarahan cukup sering terjadi apalagi saat trimester awal kehamilan dan itu berbahaya bagi win dan juga janin."
"Hum mengerti."
Awalnya bright sangat terkejut ternyata win belum menggugurkan kandungannya, bahkan win sendiri tidak tahu jika dia masih hamil.
KAMU SEDANG MEMBACA
kak chivaare [Brightwin]
FanficPercikan indah dilangit berubah saat seseorang membawa win pergi, kekacauan itu tidak disengaja hanya karena kepenasaran win membuat dirinya menangis, dunianya berubah. ミ brightwin ミ bxb ミ m-preg Start 12/10/21